oleh Pepe Escobar
Sangat mustahil untuk memahami mengapa Turki melakukan aksi bunuh diri dengan menembak jatuh pesawat Su-24 di atas wilayah Suriah– aksi ini secara teknis merupakan deklarasi perang NATO terhadap Rusia—tanpa meletakkannya dalam konteks permainan kekuasaan Turki di Suriah utara.
Turki menggunakan, mendanai, dan mempersenjatai kelompok-kelompok ekstrim di seluruh kawasan Suriah utara, dan karena itu, dengan segala cara, jalur suplai dari selatan Turki harus tetap terbuka. Target Turki kemudian adalah menaklukkan Aleppo, yang akan membuka jalan bagi Ankara untuk menumbangkan rezim Assad.
Pada saat yang sama, Turki juga takut pada YPG – Unit Perlindungan Rakyat Kurdi Suriah—yang berafiliasi dengan PKK yang berhaluan kiri. Buat Turki, orang-orang Kurdi ini harus dikontrol dengan cara apapun. Karena itulah Turki mendukung segala aksi takfiris dan jihadis-Salafi, termasuk ISIS, dalam melawan kaum Kurdi dan melakukan perubahan rezim di Damascus.
Tak heran bila YPG sangat dicitrakan sebagai monster oleh pemerintah Turki, dituduh sebagai kelompok yang berupaya melakukan pembantaian massal terhadap etnis Arab dan Turkmen di utara Suriah. Padahal, yang diupayakan oleh Kurdi-Suriah –dengan bantuan AS [AS berdiri di dua kaki—DYS]—adalah menghubungkan dua wilayah Kurdi di utara Suriah. Di antara dua wilayah itu, ada wilayah yang dimiliki kaum Turkmen (etnis Turki). (Lihat peta)
Wilayah kaum Turkmen ini –membentang sejauh 35 km–sangat penting bagi Turki, karena di sanalah Turki ini memberlakukan “safe zone” atau “no-fly zone” untuk ditempati pengungsi Suriah, dengan biaya dari Uni Eropa [UE memberi uang 3 M Euro kepada Turki agar menahan para pengungsi Suriah sehingga tidak lagi membanjiri Eropa-DYS].
Dan penghalang bagi Turki untuk melaksanakan rencana itu adalah Rusia.
Ada sekitar 200.000 orang etnis Turkmen dan sebagian mereka bergabung dalam “jihad”, baik FSA maupun Al Nusra (jaringan Al Qaida). Baik Washington maupun Ankara menyebut para “jihadis” Turkmen ini sebagai “pemberontak moderat”. Media Turki mencitrakan mereka sebagai kelompok pemberontak yang innocent, korban dari kebrutalan Assad, dan bukan ISIS. Ya, mereka bukan ISIS, tetapi sebagian besarnya Al Nusra, yang sebenarnya sama saja.
Buat Rusia, tak ada beda antara ISIS dan Al Nusra [ideologi dasar dan kebrutalan mereka sama saja—DYS], terutama karena banyak orang Chechens, Uzbeks dan Uyghurs (intel China sedang mengusut kasus ini) bergabung dengan kelompok “moderat” ini. [Baca bagaimana milisi Wahabi membuat onar di Rusia-Chechnya: Mengenal Ramzan Kadyrov]
Bagi Rusia, yang terpenting adalah menghancurkan kemungkinan terbentuknya “jalan tol” jihadis sepanjang 900 km antara Aleppo dan Grozny [ibukota Chechnya]. Dan itulah sebabnya mengapa Rusia membombardir provinsi Latakia utara. Dan itu pula sebabnya Ankara naik darah. Mereka menyebar tuduhan bahwa Rusia tidak sedang memerangi teroris tetapi membombardir rakyat sipil Turkmen. Ankara secara langsung membantu milisi Turkmen dengan kedok bantuan kemanusiaan, tetapi sebenarnya adalah senjata, yang pengirimannya dikontrol intelijen Turki.
Aksi Turki seiring dengan pencitraan Partai AKP sebagai partai yang memperjuangkan Islam; mereka mencitrakan Turkmen sebagai kelompok saleh, sesaleh para pemimpin Turki.
Rusia mengetahui bahwa pegunungan Turkmen (Bayirbucak) di utara Latakia merupakan jalur suplai senjata dari Ankara, bersama CIA, untuk para milisi. Bagi Rusia, pergerakan Turkmen akan mengancam pangkalan militer Rusia di Khmeimim, atau bahkan pelabuhan Tartus. Jadi, untuk menghabisi Jabhat al-Nusra dan Jaish Al Fath, Russia membombardir para penyelundup senjata Turkmen. Mereka sama sekali bukan kelompok moderat. Salah satu buktinya adalah aksi brutal mereka saat membantai pilot SU-24 Russia Lt. Col Oleg Pershin yang menyelamatkan diri dengan parasut setelah pesawatnya ditembak; ini adalah perilaku kejahatan perang menurut Konvensi Jenewa.
Poin yang perlu digarisbawahi:
- CIA mempersenjatai pemberontak dengan misil anti tank terkenal (dan sangat mahal), TOW, yang diselundupkan melalui wilayah Turkmen, yang merupakan merupakan basis kekuatan Turki di Suriah dengan menggunakan tangan al-Qaeda (Al Nusra). Artinya, wilayah Turkmen ini sangat penting buat AS, Turki, dan Saudi Arabia dalam misi mereka mengalahkan Damaskus.
- Rusia sangat berkepentingan menghabisi ISIS dkk demi mencegah mereka memperluas wilayah “jihad” ke Rusia.
- Turki dan Russia tidak mungkin berada dalam satu kubu untuk melawan ISIS, karena tujuan keduanya sangat berlawanan. Rusia benar-benar ingin menghabisi ISIS dkk; sementara Turki bekerja sama dengan mereka.
Diterjemahkan bebas sebagian oleh Dina Y. Sulaeman. Sumber asli: Why Turkey Stabbed Russia in the Back