Peran Turki Bagi Petrolium Kaspia dan Timur Tengah

Tulisan ini merupakan intisari dari paper yang dimuat dalam Energy Sources, Part A: Recovery, Utilization, and Environmental Effects yang berjudul The Role of Turkey Within Petroleum Between the Caspian Sea Basin and the Middle East. Artikel ini dipublikasikan secara online pada 7 Juni 2010 di tautan ini: http://dx.doi.org/10.1080/15567030903078202. Perspektif, analisis, dan kesimpulan yang dilakukan penulis jurnal tidak mencerminkan sikap ICMES. Pemuatan artikel ini bertujuan untuk mempelajari model-model analisis yang dilakukan para ilmuwan dari berbagai latar belakang, dengan tujuan akademis. Selanjutnya, ICMES akan membuat tulisan [Commentary] yang berisi tanggapan ilmiah atas artikel paper ini.

Turkish Prime Minister Tayyip Erdogan, accompanied by his son Bilal and daughter Sumeyye, greets his supporters in AnkaraPeran Turki Bagi Petrolium Kaspia dan Timur Tengah

A. Demirbas, Sirnak University, Sirnak, Turkey

Pendahuluan

Turki memiliki posisi yang strategis, merupakan penghubung antara Eropa dan Asia. Akibatnya, Turki memiliki peranan penting sebagai jalur minyak dan gas alam dari Timur Tengah menuju Uni Eropa. Turki juga menjadi transit minyak Rusia dan Asia Tengah. Jadi, Turki merupakan daerah penting, strategis, dan ekonomis bagi Timur Tengah, Asia Tengah dan Kaukasus (Demirbas: 2005).

Kebutuhan energi utama dipenuhi oleh sumber energi dari fosil konvesional seperti minyak bumi, batu bara, gas alam. Sumber daya minyak dan gas yang ditemukan di dalam negeri merupakan sumber energi dan keamanan nasional, mengingat hari ini, minyak dan gas secara alami mendorong perekonomian.

Cadangan Petroleum Dunia

Minyak mentah adalah sumber energi yang paling penting dalam perspektif global. Sekitar 35% dari konsumsi energi primer dunia dipasok oleh minyak, diikuti oleh batubara dengan 25% dan gas alam dengan 21%. Sekitar 90% transportasi bergantung dari minyak, baik itu transportasi di jalan, oleh kapal-kapal, atau dengan pesawat. Oleh karena itu, ekonomi dan gaya hidup industri masyarakat sangat bergantung pada kecukupan pasokan minyak.

tabelTimur Tengah sendiri menghasilkan 32% dari minyak dunia (Tabel 3), dan memiliki 64% dari total cadangan minyak dunia. Hal ini penting karena cadangan minyak di Timur Tengah paling lama habis dibandingkan tempat lain. Sehingga jika wilayah tersebut terjadi perang, kemungkinan akan berdampak pada naiknya harga minyak dunia (IEA, 2007). Timur Tengah mengekspor minyak sebesar 50% dari total ekspor minyak negara-negara OPEC.

tabellNegara-negara OPEC adalah penentu harga minyak dunia. Namun dengan tingkat konsumsi bahan bakar hari ini, maka 50 tahun yang akan datang akan habis. Puncak produksi minyak global terjadi antara tahun 2015- 2030.

tabelllPosisi Turki dalam Organisasi Internasional

Turki menjadi anggota pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1945 dan bergabung dengan Dewan Eropa pada tahun 1949. Karena meningkatnya ancaman keamanan di Eropa, Turki bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada tahun 1952. Pada tahun 1963, Turki menjadi cikal bakal dari Uni Eropa (UE). Turki juga merupakan anggota dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), Kerjasama Ekonomi Laut Hitam (BSEC), Organisasi Konferensi Islam (OKI), Badan Energi Internasional (IEA) dan Organisasi Kerjasama Ekonomi (ECO).

OECD adalah organisasi internasional beranggotakan tiga puluh negara yang menerima prinsip-prinsip perwakilan demokrasi dan ekonomi pasar bebas. IEA adalah organisasi energi internasional. IEA didirikan oleh negara anggota OECD setelah terjadi guncangan minyak pada 1970-an sebagai penyeimbang OPEC. Sejak saat itu IEA dianggap sebagai pengawas energi dunia Barat dan seharusnya membantu untuk menghindari krisis di masa depan. Sampai tahun 2004, IEA menerbitkan Outlook Energi Dunia
(WEO) setiap dua tahun yang memberikan laporan terkait situasi pasar minyak.

Turki wajib memegang saham minyak minimum setara dengan 90 hari dari konsumsi tahunan sesuai dengan persyaratan dari IEA. Karena harga minyak meningkat, IEA telah menggunakan stok minyak mereka untuk mengkompensasi, dan diperlukan tambahan stok minyak. Itulah mengapa. Turki terus berupaya mendiversifikasi sumber dan rute minyak yang memperkuat perannya sebagai negara transit untuk minyak dan gas dari Asia Tengah, Kaspia dan Timur Tengah ke Uni Eropa.

Sejarah Singkat Petrolium Turki

Keberadaan minyak di Turki pertama kali disebutkan oleh sejarawan Turki yang terkenal, Evliya Celebi, pada abad ke-18. Eksplorasi dimulai pada paruh kedua abad ke-19, ketika perusahaan domestik dan asing melakukan eksplorasi di Thrace. Sumur produktif pertama, yang dioperasikan oleh Perusahaan Minyak Eropa, terletak di wilayah Hora Deresi (Thrace). Namun, Perang Dunia I, ditambah dengan runtuhnya Kekaisaran Ottoman dan kelahiran negara Turki modern, kegiatan yang berhubungan dengan minyak dihentikan sementara.

Setelah Republik Turki diproklamasikan pada tahun 1923, eksplorasi minyak kembali dilakukan di bawah kewenangan badan pemerintah baru, yang memberdayakan untuk mengeksplorasi mineral dan minyak bumi di Turki. Insitute Ekspilaris Mineral Negara (MTA), mengebor beberapa sumur di wilayah tenggara, terutama di terutama di Raman. Pada tahun 1951, ladang minyak juga ditemukan di Garzan, yang akhirnya dieksplor dengan dukungan MTA.

Turki Petroleum Corporation atau Turkiye Petrolleri Anonime Ortakligi (TPAO), merupakan perusahaan produksi minyak milik negara. TPAO memiliki lebih dari 45 ladang minyak, yang mengebor minyak di distrik-Siirt, Diyarbakir, Gaziantep dan Adana. Dari tahun 1994 hingga pertengahan tahun 1998, TPAO membangun 2-3 kilang minyak tiap tahun. TPAO didirikan pada tahun 1954 dan mengambil alih dari MTA. Jika MTA telah membangun kilang minyak besar pertama Turki di Raman pada tahun 1940 dan 1945, dan telah membangun kilang di Garzan pada tahun 1951, maka TPAO telah membangun lebih banyak kilang minyak, sebagian besar dengan bantuan tenaga ahli dari luar negeri.

Pada tahun 1960, produksi minyak nasional mencapai 363.103 ton, 97% merupakan hasil produksi TPAO. Pada tahun 1954, undang-undang minyak bumi diliberalisasi, membuka eksplorasi minyak ke perusahaan swasta dari dalam dan luar negeri. Perubahan-perubahan kebijakan pemerintah terkait minyak tercermin dalam UU Minyak nomor 6326, yang saat ini mengatur semua kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak (Yilmaz dan Uslu, 2007). Pada tahun yang sama, TPAO, perusahaan minyak nasional, didirikan berdasarkan UU nomor 6327. Selama tahun 1954-2004, 70% dari survei geologi, 75% dari survei geofisika, dan 76% dari total pengeboran di Turki dilakukan oleh TPAO. TPAO memproduksi 55% dari total minyak mentah dan 93% dari total gas alam di Turki.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (MENR) Republik Turki didirikan pada tahun 1963 untuk membantu dalam menentukan tujuan dan kebijakan sektor energi dan untuk memungkinkan eksplorasi, pengembangan, produksi, dan konsumsi sumber daya energi sesuai dengan tujuan dan kebijakan ini. Produksi energi primer dari Turki meningkat dari 9,54 (mtoe- juta ton setara minyak) di tahun 1960, menjadi 18,86 mtoe di tahun 1980, meningkat sekitar dua kali lipat.

Pada tahun-tahun 1973 dan 1977, Turki terkena dua kali krisis minyak bumi yang diakibatkan dengan naiknya harga minyak bumi. Pada tahun 1983, dibentuklah ‘Hukum Petroleum’ dalam rangka mendorong eksplorasi minyak bumi. Operasi eksplorasi dan pengembangan TPAO dilakukan tiga lini, yaitu eksplorasi internasional, lepas pantai dan domestik.

Empat puluh lima persen dari TPAO atau sekitar 100.000 barel per hari diproduksi dari kilang minyak domestik, dan sisanya berasal dari luar negeri. TPAO sendiri memiliki tiga lisensi di Kazakhstan yang menghasilkan 10.000 barel per hari secara berkelanjutan.

Masa Depan Peran Turki dalam Petroleum

Konsumsi minyak Turki meningkat dari 16,7 juta ton (Mt) di 1983 menjadi 30 Mt pada tahun 2005, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 2,8%. Konsumsi minyak memiliki tren yang berlawanan, dan mungkin akan meningkat menjadi 41,8 juta ton di 2010 (Demirbas, 2002). Produksi minyak T urki ini hanya mencukupi 7,7% dari permintaan, sehingga sisanya 92,3% harus diimpor dari Arab Saudi, Libya, Iran, Irak, Rusia, Suriah, dan Aljazair. Tagihan impor minyak dan produk minyak bumi pada tahun 2005 adalah 12,4 miliar dolar AS dan untuk gas dan LPG sekitar 7,1 miliar dolar AS.

Eksplorasi, produksi, impor minyak mentah Turki telah diliberalisasi. Ada sekitar 20 perusahaan yang mengeksplorasi minyak dan gas di 18 kabupaten. Kilang minyak umumnya berukuran kecil, tua, dan tidak ekonomis di Turki bagian tenggara (Demirbas dan Bakis, 2004). Mengingat hasil produksi dalam negeri dan perkiraan permintaan, maka diperlukan untuk mengimpor total 96 juta kaki (4.060 PJ) energi pada tahun 2010.

TPAO telah lama melakukan ekspolarasi dan ekstrasi untuk mendapatkan minyak di Laut Hitam. TPAO bersama-sama dengan perusahaan minyak nasional Brasil, Petrobras, memulai pengeboran pada 2010 untuk eksplorasi minyak di Laut Hitam. TPAO tampaknya akan memperluas kegiatannya dalam proyek Mediterania, juga rencana eksplorasi di perairan dangkal Antalya, Iskenderun, dan Mersin. Menurut kantor berita Anatolia, Turki akan mulai eksplorasi dengan mitra asing pada bulan Juli atau Agustus 2007. TPAO juga berencana untuk mengeksplorasi minyak di Mediterania Timur.

Pada tanggal 19 Oktober 1998, ulang tahun ke-75 berdirinya Republik Turki, Presiden Azerbaijan, Kazakstan, Turkmenistan, Georgia, dan Turki menandatangani deklarasi dukungan untuk proyek pipa minyak dari Laut Kaspia, Baku (Azerbaijan) melalui Tbilisi (Georgia) ke Ceyhan (Turki). Upaya negara trans-Kaspia untuk memotong Rusia yang memiliki hidrokarbon, telah mendorong munculnya Turki sebagai pemain dominan dalam ekspor minyak dan gas Kaspia. Pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan menjadi prioritas kebijakan Turki terhadap kawasan Kaspia.

Turki memiliki ikatan sejarah, budaya, dan tradisional dengan negara-negara Timur Tengah, dan memelihara hubungan baik dengan semua negara di wilayah ini. Turki mendukung segala upaya yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian abadi yang komprehensif di Timur Tengah. Turki merasa bisa ‘bersatu’ dengan Israel karena adanya obligasi strategis, dan lebih dari satu dekade terakhir, Turki telah menjadi aktor regional yang penting dalam Proses Perdamaian Timur Tengah (Barkey, 1996). Turki telah menjadi bagian dari sistem negara Eropa sejak abad ke-19. Sementara itu, Turki juga memiliki keanggotaan penuh EC, dan telah menjadi tujuan utama dari kebijakan luar negeri Turki.

Kesimpulan
Kesimpulan artikel ini adalah bahwa Turki merupakan negara yang efisien dalam membangun dan memenuhi kebutuhan minyak di dalam negeri, ataupun menyalurkan minyak di luar negeri yang berpengaruh pada kepentingan ekonomi negara-negara pemasok energi. Turki secara geografis dekat dengan daerah yang memiliki sumber daya minyak dan gas alam sebesar 70%, dan dengan demikian, Turki adalah jembatan energi antara daerah penghasil minyak di Kaspia, Timur Tengah, dan Rusia dengan para konsumen Eropa. Produksi minyak Turki hanya mampu memenuhi 8% dari permintaan dan sisanya (92%) diimpor.
Turki, tidak diragukan lagi, adalah negara pengimpor minyak yang tinggi.

Karenanya, petroleum memainkan peran yang sangat penting dalam kebijakan luar negeri Turki dan internasional yang menyangkut hubungan Turki dengan sekutu-sekutunya ataupun negara tetangganya. Dengan ikatan budaya, sejarah, dan geografis Turki untuk Eurasia dan Timur Tengah; kemitraan strategis dengan Amerika Serikat; dan calon keanggotaan dari Komisi Eropa membuat posisi Turki sebagai partner strategis menjadi tak tergantikan baik di kawasan regional maupun internasional.

Referensi:

Balat, M. 2008. Energy consumption and economic growth in Turkey during the past two decades.
Energy Policy 26:118–127.
Barkey, H. 1996. Reluctant Neighbor: Turkey‘s Role in the Middle East. Washington, DC: USA
Institute of Peace.
Demirbas, A. 2001. Energy balance, energy sources, energy policy, future developments and energy
investments in Turkey. Energy Convers. Mgmt. 42:1239–1258.
Demirbas, A. 2002. Turkey’s energy overview beginning in the twenty-first century. Energy Convers. Mgmt. 43:1877–1887.
Demirbas, A. 2008a. Energy priorities and energy isssues. Energy Sources Part B 3:41–49.
Demirbas, A. 2008b. Biofuels sources, biofuel policy, biofuel economy and global biofuel projections. Energy Convers. Mgmt. 49:2106–2116.
Demirbas, A. 2008c. Present and future transportation fuels. Energy Sources Part A 30:1473–1483.
Demirbas, A. 2008d. Economic and environmental impacts of the liquid biofuels. Energy Edu. Sci.Technol. 22:37–58.
Demirbas, A. 2008e. Recent progress in biorenewable feedstocks. Energy Edu. Sci. Technol. 22:69–95.
Demirbas, A., and Bakis, R. 2004. Energy from renewable sources in Turkey: Status and future direction. Energy Sources 26:473–484.
Dis Ticaret Mustesarliyi (DTM). 2004. Electricity generation and consumption in Turkey. Undersecretariat of Foreign Trade. Available from: <http://www .dtm.gov.tr>
International Energy Agency (IEA). 2007. Key world energy statistics. Paris: IEA.
Turkish Electricity Distribution Co. (TEDAS). 1998. Annual reports. Ankara, Turkey: Turkish Electricity Distribution Co.
Yılmaz, A. O. 2006. Technical assessment of renewable sources into energy using in Turkey.Energy Explor. Exploit. 24:55–74.
Yılmaz, A. O., and Uslu, T. 2007. Energy policies of Turkey during the period 1923–2003. Energy Policy 3:258–264.