Artikel ini adalah intisari dari jurnal Energy Sources, Part A: Recovery, Utilization, and Environmental Effects yang berjudul The Position of Oil in the Middle East: Potential Trends, yang dipublikasikan secara online pada 21 September 2006 di tautan ini: http://dx.doi.org/10.1080/009083190951384. Perspektif, analisis, dan kesimpulan yang dilakukan penulis jurnal tidak mencerminkan sikap ICMES. Pemuatan artikel ini bertujuan untuk mempelajari model-model analisis yang dilakukan para ilmuwan dari berbagai latar belakang, dengan tujuan akademis. Selanjutnya, ICMES akan membuat tulisan [Commentary] yang berisi tanggapan ilmiah atas artikel paper ini.
Memetakan Minyak di Timur Tengah
Mustafa Balat, Sila Science Universite, Mah Trabzon, Turkey
Saat ini minyak adalah sumber energi utama yang paling cepat berkembang di dunia. Eksplorasi, produksi, impor minyak mentah lainnya telah diliberalisasi. Total konsumsi energi pada tahun 2001 adalah 39% minyak, 23% gas alam, 24% batubara, 6% nuklir dan 8% lainnya. Cadangan minyak dunia, tidak termasuk minyak konvensional sekitar satu triliun barel. Konsumsi minyak pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 28 miliar barel. Sekitar 730 miliar barel minyak diperlukan sepanjang tahun 2000- 2020. Jumlah cadangan minyak hanya bisa dipulihkan selama ada ladang minyak baru yang ditemukan (IEA, 2001).
Potensi Minyak di Timur Tengah
Timur Tengah memiliki lebih dari setengah total cadangan minyak di seluruh dunia, dan menjadi penentu pasar minyak dunia (BP, 2002). Cadangan terbesar ada di Arab Saudi, yang memiliki sekitar 36% dari total cadangan minyak di Timur Tengah, disusul Irak 16%, UAE 14%, Iran 13%, Kuwait 13%, Libya 4%, Oman 1%, Qatar 1%, Yaman 1%, dan Aljazair 1% (BP, 1999). Cadangan minyak Timur Tengah bisa dilihat dalam Tabel 2.
Saudi memproduksi minyak mentah sekitar 10-10,5 juta barel per hari (IEA, 2004a). Jauh meningkat dari tahun 2003 yang memproduksi sekitar 8,7 juta per hari. Sementara itu, OPEC memperkirakan Iran masih memiliki 100 miliar barel cadangan minyak (IEA, 2001). Prospek produksi minyak Iran tergantung pada akses keuangan dan teknologi modern.
Irak diperkirakan masih memiliki 115 miliar barel cadangan minyak, dan mungkin saja jumlah ini meningkat. Masih ada daerah-daerah ‘perawan’ yang belum dijelajahi. Sehingga, cadangan minyak Irak menempati posisi ketiga di dunia (IEA, 2003a). Pada tahun 2003, produksi minyak Irak rata-rata 1,29 juta per barel.
Pasar dan Perdagangan Minyak Timur Tengah
Timur Tengah adalah eksportir minyak yang paling penting. Saat ini, 60% dari ekspor minyak Timur Tengah ditujukan untuk pasar Asia. Kawasan Timur Tengah memasok sekitar 29% dari 3,4 miliar barel minyak mentah yang diimpor oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun 2001 (Mobbs et al, 2001). Saudi yang merupakan pemasok utama minyak mentah kepada AS, telah menyediakan sekitar 588 juta barel atau 17% dari impor minyak mentah AS pada tahun 2001. Karenanya, Saudi bisa menentukan harga yang tinggi untuk minyak, misalnya pada musim panas tahun 2000, harga minyak 30 dolar yang membuat Saudi mampu memenuhi kebutuhan APBN, dan juga membayar sebagian utangnya.
Jika kita lihat APBN Saudi pada tahun 1999, negara ini tidak akan bisa bertahan jika harga minyak lebih rendah dari 20 dolar per barel. Untuk membayar gaji pegawai Saudi harus mengeluarkan 44 miliar dolar, belum lagi belanja militer. Jika harga minyak 20 dolar per barel, maka jumlah ini hanya cukup untuk memenuhi APBN dan menyisakan sedikit untuk membayar hutang (Chalabi, 2000).
Iran mengekspor minyak sekitar 2,6 juta barel per hari pada tahun 2002 (EIA, 2003a). Pelanggan utama minyak Iran adalah Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, Taiwan, dan Eropa. APBN Iran pada tahun 2004/2005 didasarkan pada perkiraan harga minyak sekitar 19,9 per barel. Kondisi ini sebanding dengan harga rata-rata minyak mentah Iran pada tahun 2003 yang mencapai 26 dolar per barel, dan perkiraan untuk tahun 2004 sekitar 30 dolar per barel. Defisit anggaran Iran adalah masalah kronis, sebagian besar disebabkan karena Iran memberikan subsidi sekitar 4,7 miliar untuk rakyatnya, termasuk untuk bahan pokok makanan dan bensin. Pendapatan dari ekspor minyak yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir telah membantu memperbaiki kondisi ini. Iran mendapatkan peningkatan keuntungan sekitar 900 juta dolar setiap kenaikan harga minyak 1 dolar per barel. Kelebihan pendapatan Iran sebesar 15 miliar dolar dijadikan ‘dana stabilisasi minyak’ (EIA, 2004b).
Pada tahun 2005, pemerintah Irak membuat program perluasan industri minyak, agar bisa memproduksi minyak sebesar 3 juta barel per hari. Dengan biaya sekitar 30 miliar dolar, dan bekerjasama dengan perusahaan asing, Irak memproduksi minyak lebih dari 3 juta barel per hari. Jika sanksi Irak dicabut, maka Irak mudah untuk memproduksi minyak sebsar 10 juta barel per hari pada tahun 2010. Irak, yang mengekspor 290 juta barel ke AS, berada di urutan keenam negara pemasok minyak AS pada tahun 2001 (Mobbs wt al., 2001).
Impor Turki dari Saudi telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, yang disebabkan karena meningkatnya produksi minyak Irak. Turki menandatangani perjanjian untuk membeli minyak Irak sebanyak 75.000 barel per hari. Pelabuhan Ceyhan Turki adalah gerbang utama masuknya minyak Irak. Pada tahun 2002, 175.667 ribu barel minyak diangkut dari Irak. Pada tahun 2004, AS mengucurkan 1,7 miliar dolar untuk rekonstruksi sektor minyak Irak, 809 juta dolar direncanakan untuk konstruksi infrastruktur Irak, 501 juta dolar untuk impor minyak sulingan, 323 juta dolar untuk perlengkapan lainnya, dan sekitar 68 juta dolar untuk keamanan infrastruktur (EIA, 2004c).
Kuwait mengekspor minyak sekitar 2 juta barel per hari pada tahun 2003. Pada tahun 2004, ekspornya sekitar 1,9 juta barel. Sedangkan Qatar, pendapatan dari ekspor minyaknya mencapai 8,5 miliar dolar. APBN Qatar pada tahun 2003/2004 didasarkan pada asumsi harga minyak senilai 17 dolar per barel, sekitar 11 dolar di bawah harga yang sebenarnya. Qatar diperkirakan mengekspor minyak sebsar 47.000 barel per hari pada tahun 2004(EIA, 2004e). Uni Emirat Arab (UEA), pendapatan dari ekspor minyaknya sekitar 24, 2 miliar dolar pad tahun 2003, naik sebesar 29% dari total pendapatan pada tahun 2002.
Perspektif Masa Depan dan Emisi Karbondioksida
Permintaan minyak Timur Tengah meningkat sekitar 2,1 % per tahun. Sedangkan kenaikan konsumsi di kawasan juga diperkirakan akan berdampak pada upaya pengembangan gas alam. Badan Energi Internasional (EIA) meyakini bahwa negara-negara penghasil minyak di Teluk akan memproduksi minyak sekitar 45 juta barel per hari untuk mencukupi kebutuhan. Menurut perkiraan EIA, dunia akan sangat bergantung pada 5 negara penghasil minyak yaitu Iran, Irak, Kuwait, Saudi, dan UEA, yang akan diminta untuk memproduksi dua kali lipat dari kapasitas produksi minyak sehari-hari (Chalabi, 2000).
Salah satu penyebab global warming adalah emisi karbon dioksida yang sangat tinggi. Emisi ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Menurut struktur kimianya, bahan bakar yang juga disebut hidrokarbon terdiri dari rantai atom karbon dan hidrogen. Jika hidrokarbon ini dibakar dengan oksigen, maka akan menghasilkan karbondioksida dan uap air. Tetapi jika pembakarannya tidak sempurna maka akan dihasilkan juga karbonmonoksida yang sangat beracun.
Ada 15 negara di Timur Tengah yang berkontribusi besar bagi minyak dunia. Dari konsumsi energi di kawasan itu, mereka hanya menghasilkan 5,8% karbon dioksida. Timur Tengah, pernah sangat banyak menghasilkan karbondioksida karena kebakaran di ladang minyak Kuwait yng mengakibatkan 130 Mt karbondioksida memancar ke atmosfer. Negara penghasil emisi terbesar bahan bakar minyak adalah Saudi (55,86 Mt).
Timur Tengah adalah pusat dari pasar minyak global, karena memiliki cadangan minyak sekitar 65%. Saat ini, 60% dari ekspor minyak Timur Tengah ditujukan untuk kawasan Asia. Timur Tengah juga menyediakan 29% dari total 3,4 miliar barel minyak mentah yang diimpor AS pada tahun 2001. Bahkan, IEA meyakini bahwa negara penghasil minyak di Teluk akan memproduksi minyak sejumlah 41 juta barel pada tahun 2010, dan pada tahun 2020 akan mencapai 45 juta barel per hari (Chalabi, 2000).
Referensi:
Balat, M., Balat, H., and Acici, N. 2003. Environmental issues relating to greenhouse carbon
dioxide emissions in the world.Energy Exploration and Exploitation21:457–473.
BP (Statistical Review of World Energy). 2002. London: BP Amoco p.l.c.
Chalabi, F. J. 2000. Middle East oil in the face of world energy transition.The Brown Journal of
World Affairs7(2):43–52.
Cordesman, A. H. 1999.The Middle East and the Geopolitics of Energy: A Graphic Analysis—
Part 1. Center for Strategic and International Studies (CSIS), September 15, Washington, DC, USA.
Demirba¸s, A. 2002. Turkey’s energy overview beginning in the twenty-first century.Energy Convers. Mgmt.43:1877–1887.
EIA (Energy Information Administration). 2003a. International Energy Outlook. DOE/EIA, Washington, DC, USA.
EIA (Energy Information Administration). 2003b. Iraq Country Analysis Brief. Washington, DC, USA.
EIA (Energy Information Administration). 2004a. Saudi Arabia Country Analysis Brief. Washington, DC, USA.
EIA (Energy Information Administration). 2004b. Iran Country Analysis Brief. Washington, DC, USA. Available from <http://www.eia.doe.gov/cabs/iran.html>.
EIA (Energy Information Administration). 2004c. Iraq Country Analysis Brief. Washington, DC, USA.
EIA (Energy Information Administration). 2004d. Kuwait Country Analysis Brief. Washington, DC, USA.
EIA (Energy Information Administration). 2004e. Qatar Country Analysis Brief. Washington, DC, USA.
EIA (Energy Information Administration). 2004f. The United Arab Emirates Country Analysis Brief. Washington, DC, USA.
IEA (International Energy Agency). 2001.Assessing Today’s Supplies: To Fuel Tomorrow’s Growth.
World Energy Outlook 2001, Organization for Economic Publishing, ISBN: 9264196587.
Marland, G. T., Boden, A., and Andres, R. J. 2003. Global, regional, and national CO2emissions.
InTrends: A Compendium of Data on Global Change. Oak Ridge, TN, USA: Carbon Dioxide
Information Analysis Center, Oak Ridge National Laboratory, U.S. Department of Energy,
MEES (The Middle East Economic Survey). 2005. Opec Crude Oil Production (MEES Estimates).
Middle East Economic Survey Statistics, November 21, Nicosia, Cyprus. Available from <www.mees.com/Energy_Tables/crude-oil.htm>
Mobbs, P. M., Wilburn, D. R., and Yager, T. R. 2001.The Mineral Industries of the Middle East.
U.S. Department of the Interior, U.S. Geological Survey—Minerals Information, National Center, Reston, Virginia, USA. Available from <minerals.usgs.gov/minerals/pubs/country/2001/ mideastmyb01r.pdf>