[Jurnal] Walid Jumblat dan Aliansi Politik: Politik Adaptasi (2)

[Baca bagian pertama]

Tahun 1984, milisi Druze bertikai dengan Lebanies Forces. Pertempuran ini berakhir setelah Lebanese Force dan orang-orang Kristen lokal diusir paksa. Meskipun kelompok Druze mendukungnya, dan ia juga dibeking oleh NF, namun kemenangannya nyaris tidak akan bisa diraih tanpa adanya dukungan dari Suriah. Suriah telah memberinya dukungan tentara dan logistik militer. Beberapa milisi Palestina pro-Suriah yang bermunculan di Lebanon pasca evakuasi PLO juga ikut berjuang mendukungnya. Akhirnya, selama dua dekade setelahnya, Jumblat menjadi sekutu utama Suriah di Lebanon. Sejak tahun 1980, Jumblat menyusun kebijakan politik yang bersesuaian dengan orientasi ideologi, agenda politik, dan kebijakan Suriah di Lebanon. Pada 15 Mei 1989, Jumblat berkata, “We as Lebanese should not be ashamed if Lebanon and Syria merge into one Arab state. Since we are Arabs we do share a common destiny with Syria.”

Jumblat berulang-ulang menyuarakan ketidak-percayaannya terhadap Tentara Lebanon yang dibentuk berdasarkan komposisi sekterian. Jumblat berkata, “The Lebanese army is a tool in the hands of the Maronites to impose their hegemony over Lebanon.” Ia menyerukan untuk membentuk ulang kembali komposisi Tentara Lebanon dengan tatanan yang lebih masuk akal, untuk mempertahankan Lebanon dan rakyatnya.

Dalam periode tersebut, Jumblat secara berkelanjutan mengkritisi penduduk Kristen, dan khususnya Manorit yang beroposisi pada Suriah dan Arabisme. Ia sangat mengecam hubungan yang dijalin oleh kelompok Kristen dengan Barat. Dalam salah satu pidatonya, Jumblat berkata, “The Maronite plan in Lebanon was to align Lebanon with the West as an instrument to weaken Syria. The Maronites always had rejected reform of Lebanon’s political system that would allow the Lebanese of other sects to govern the country with them. They are doing something dangerous by building their own state within state and taking Lebanon into an alliance with the enemies of the Arab nation.”

Ia menunjukkan penolakannya terhadap AS ataupun pengaruh Barat di Lebanon. Saat itu, Suriah berada dalam konflik yang mendalam dengan AS. Tahun 1980, AS menempatkan pasukannya di Lebanon dan mengakibatkan krisis di Lebanon semakin parah. Tentu saja, Jumblat menentang keras kehadiran militer AS ini, dan mengklaim bahwa tentara AS bertujuan untuk membantu menguatkan Israel dan sahabatnya, Kristen Lebanon.

Dalam beberapa pidatonya, Jumblat terus menunjukkan solidaritas dan dukungannya untuk Suriah. Setelah perang sipil berakhir pada tahun 1990 dan pemerintah Lebanon bertekad untuk melucuti semua senjata milisi Lebanon, Jumblat berkata, “We will surrender our weapons only to Syria since we do not trust the Lebanese state.”

Dalam konferensi pers pada tahun 1991, ia meminta Suriah untuk turut andil dalam kebijakan luar negeri Lebanon, dan negosiasi antara Lebanon dengan Israel.

Pada tahun 1995, ia berkata, “We should continue in our strategic alliance with Syria… Syria’s presence and influence in Lebanon is needed to protect and safeguard the unity of Lebanon and its peaceful coexistence… it is our only line of defence against Israel.

Tahun 1998, ketika mengunjungi Damaskus, Jumblat kembali mengkonfirmasi posisinya terhadap Suriah, dan berkata, ”Syria’s role and presence in Lebanon remain as important as ever to provide Lebanon with internal stability and prosperity.

Konflik Dengan Suriah 2000-2009

Setelah peristiwa 9/11, AS dengan radikal mengubah kebijakannya terhadap Suriah, iran, dan irak, dan menuduh negara-negara ini melindungi/ menyembunyikan teroris yang anti-AS. Tahun 2003, AS menginvansi Irak untuk melumpuhkan Saddam Hussein. Dinamika internasional ini secara silmutan juga mengubah peran Suriah di Lebanon. Pengangkatan Bashar (putera Hafez Al Assad) sebagai perwakilan resmi Suriah untuk menangani urusan Lebanon (yang semula ditempati oleh wakil presiden Suriah Abdul Halim Khaddam) menandai adanya perubahan preferensi Suriah atas Lebanon.

Peristiwa ini penting untuk dicatat mengingat Khaddam adalah teman dekat dari Jumblat. Perubahan besar pertama setelah pengangkatan Bashar adalah digantikannya Hikmat Shahabi, yang telah dipercaya oleh ayahnya utnuk menangani masalah Lebanon. Reshuffle ini juga memiliki dampak bagi Jumblat, karena Shahabi adalah teman Jumblat.

Jumblat berasumsi, bahwa ini adalah indikasi bahwa wacana politik dan perubahan sekutu, dan keseimbangan kekuatan di Lebanon telah merugikan Suriah. Persepsi ini mungin bisa menjelaskan mengapa ia menentang perubahan kebijakan Suriah di Lebanon. Misalnya, Jumblat secara terbuka membela Shahabi dan ia mendukung kaum Druze Suriah untuk bertikai dengan Badui Suriah. Pemerintah Suriah menganggap pernyataan Jumblat sebagai sesuatu yang tidak bisa diterima, pasalnya hal itu adalah intervensi terhadap masalah internal Suriah, dan sejak itu, Jumblat tidak lagi bisa menikmati status ‘VIP’-nya di mata pemerintah Suriah.

Kebijakan Bashar di Lebanon tidak saja hanya me-reshuffle pejabat Suriah, tetapi juga akhirnya mengganti ‘sahabat utama’ Suriah. Presiden Lebanon Emile Lahoud menjadi ‘top man’ bagi Suriah, menggantikan posisi yang selama ini disandang oleh Jumblat selama beberapa dekade. Musim semi 2000, Bashar mengambil alih kekuasaan di Suriah setelah kematian ayahnya. Sebagai presiden Suriah yang baru, ia menyanjung Lahoud dan mengabaikan Jumblat.

Keresahan Suriah terhadap Jumblat terungkap di hadapan publik ketika untuk pertama kalinya, Suriah menempatkan tentaranya di Pegunungan Lebanon, di sekitar Mukhtara, yang merupakan basis kuat dari kubu Jumblat selama berabad-abad. Selain itu, Suriah meningkatkan dukungannya terhadap oponen Druze, yaitu Talal Arslan and Iam Wahab.

Untuk meng-counter posisi Suriah di Lebanon, maka Jumblat pun melakuakn rekonsiliasi dengan Kristen Lebanon, termasuk para elit dan partai politiknya. Merupakan kemajuan yang esensial bagi Jumblat jika ia juga bisa membangun relasi dengan Maronite Patriarch Mar Nassrallah Boutrous Sfeir, salah satu lawan tangguh Suriah di Lebanon.

Kelompok Kristen merespon dengan positif pemilihan hubungan dengan Jumblat. Tentu adalah hal yang menguntungkan bagi mereka ketika dekat dengan Jumblat, karena bisa menguatkan posisi Kristen Lebanon dalam melawan Suriah. Agar semakin dekat dengan kelompom Kristen, maka Jumblat pun memainkan peran penting untuk mengembalikan orang-orang Kristen yang diusir paksa pada tahun 1984 ketika milisi Jumblat mengontrol kota. Secara terbuka, Jumblat mendukung Qurnat Shihwan, koalisi Manorit yang disponsori oleh Pendeta Manorit yang dengan tegas menentang posisi Suriah di Lebanon.

Jumblat berkata, “We should support Qurnat Shihwan since it is our duty as Lebanese to support any Lebanese movement that is based on patriotic principles.

Di kesempatan lain, Jumblat juga berkata, “We support the Maronite Patriarch and his attempt for national reconciliation. We strongly reject any military presence of the Palestinians outside their camps and they should refrain from using Lebanon to attack Israel.

Meskipun sudah tidak lagi bersahabat dengan Suriah, namun dari langkah politiknya terlihat bahwa Jumblat tidak ingin menjadikan konfliknya dengan Suriah menjadi besar. Bagaimanapun juga, Tentara Suriah masih menempati Lebanon dan mendapat dukungan dari berbagai faksi dan grup.

Daripada mengkritisi Suriah, Jumblat lebih memilih memojokkan sekutu Suriah di Lebanon, yaitu Presiden Lahoud. Dalam wawancara dengan An Nahar, Jumblat berkata, “The Lebanese security forces led by Lahoud should to stop its authoritarian practices in Lebanon. We reject that the army becomes involved in politics as is the situation in Syria. We are different than Syria and the Syrians should respect this. We are after all a democracy.”

Dalam beberapa kasus, ia mengirim pesan kepada rezim Suriah. Jumblat menasehati Bashar agar mengubah beberapa kebijakannya terhadap Lebanon. Selama rapat umum yang diadakan pada bulan November 2003, ia meminta Suriah untuk berhenti mensponsori beberapa politisi Lebanon yang korup, yang menggunakan koneksi untuk keuntungan pribadi. Menurut Jumblat, hal ini akan menghancurkan citra Suriah di Lebanon.

Tak hanya itu, Jumblat juga secara terbuka menyerukan agar rezim Suriah melakukan reformasi terlebih dahulu di internal Suriah. “I believe that Bashar should be courageous and walk in the footsteps of his father and reform Syria’s political system as his father did before him. This would allow Syria to face the challenges that are appearing in the region and the world respectively.”

Jumblat tidak hanya bersekutu dengn kelompok Kristen. Ia juga menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Rafik Hariri, seorang pemimpin politik Sunni, yang beroposisi terhadap kehadiran dan hegemoni Suriah di Lebanon. Kekayaan, pengaruh dan hubungan Hariri yang dekat dengan berbagai negara Arab merupakan asset untuk menghadapi tantangan Suriah. Pemulihan hubungan antara Jumblat dan Hariri mulai terkonsolidasi setelah Suriah menggunakan pengaruhnya dalam Parlemen Lebanon, untuk melakukan amandemen terhadap konsitusi Lebanon sebagai legitimasi untuk memperpanjang masa jabatan Lahoud, yang seharusnya hanya 3 tahun. Baik Hariri maupun Jumblat secara tegas menolak Lahoud dan ekstensinya di pemerintahan.

Krisis antara Jumblat dan Suriah mencapai klimaksnya dengan pembunuhan terhadap Hariri yang terjadi pada 14 Februari 2005. Jumblat dan beberapa pemimpin Lebanon bergabung untuk memimpin protes besar-besaran di Lebanon (the 14th of March Movement) sebagai bentuk perlawanan terhadap Suriah dan rezim politik Lahoud.

Jumblat juga beroposisi terhadap sekutu Suriah di Lebanon, yaitu Hizbullah. Menurutnya, Hizbullah yang harus bertanggung jawab terhadap pembunuhan Hariri, dan menuduh Hizbullah tengah berusaha untuk merusakkan tatanan negara. Ia juga menyebut Hizbullah sebagai boneka Iran dan Suriah.

Pada Juli 2007, Jumblat berkata, “Hezbollah’s ideology is the biggest threat to Lebanon’s future and peaceful coexistence and democracy… Hezbollah has a plan and this plan is to bring the country under its control. It had built strong institutions, a military arsenal, and a network of communications [that were] much better than the ones of the Lebanese state.”

Di kesempatan lain, Jumblat berkata, “Hezbollah is a tool in the hands of Iran and Syria…Its weapons are a big threat to Lebanon’s internal stability and should be brought under the control of the Lebanese state.”

Jika sebelumnya Jumblat berkata bahwa ia tidak pernah percaya pada tentara Lebanon, maka pada Oktober 2005 Jumblat mengeluarkan pernyataan berbeda. Menurutnya, Tentara Lebanon-lah yang seharusnya menjadi satu-satunya otoritas bagi hukum di Lebanon.

[Lanjut ke bagian tiga]