Catatan Panjang Permusuhan Arab Saudi Terhadap Iran (2)

Baja juga: Sejarah Panjang Permusuhan Arab Saudi Terhadap Iran Bagian Pertama

Permusuhan antara Arab Saudi dan Iran memiliki sejarah yang panjang. Mendukung Saddam Hussein selama perang Iran-Irak, dan melakukan Kepentingan Iran di Irak, Suriah dan Lebanon, merupakan langkah yang ditempuh Arab Saudi untuk menjegal Iran. Arab Saudi mengkonsolidasikan pijakannya di kawasan, dengan cara mendekatkan pemerintah Irak dengan House of Saud, lalu Arab Saudi berusha memisahkan Suriah dengan Iran, hendak mengehntikan Hizbullah di Lebanon, dan juga memberikan dukungan kepada teroris transnasional Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Fararu.com, pada 10 November 2015 merilis laporan yang mengulas permusuhan yang ditunjukkan Arab Saudi memusuhi Iran, seperti:

8. Dukungan Finansial dan Intelejen Saddam Hussein

Sebelum kemenangan Revolusi Islam, Arab Saudi telah memiliki kekayaan yang tak terhitung jumlahnya, yang digunakan untuk mengancam Iran. Invasi Saddam ke Iran, menjadi kesempatan Arab Saudi untuk turut bermain. Sudah jelas bahwa Saddam tidak akan mampu menangani invasi ke Iran – yang pada akhirnya gagal – tanpa adanya dukungan dari Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya.

Iran berang dan waspada terhadap dukungan finansial dan persenjataan dari Arab Saudi untuk Irak selama perang pada tahun 1980-an. Iran memenangkan perang, yang membuat Arab Saudi dan sheikhdoms lainnya menyadari tentang kekuatan di Iran, Hasilnya, Arab Saudi meningkatkan persenjataan selama perang melawan Irak. Ada sebuah kasus terjadinya kesepakatan antara Kuwait dan Arab Saudi untuk menyediakan dana tahun 1982, yaitu berupa kesepakatan menyediakan (dana senilai harga jual-red) 350.000-350.000 barrel per hari untuk Irak.

Intelejen Arab Saudi turut membantu Saddam Hussein. Jeune Afriqur (majalah mingguan berbahasa Perancis yang diterbitkan di Paris) menulis pada 9 Juni 1982 bahwa satu bulan sebelum pecahnya perang Iran-Iran, Arab Saudi memberikan hadiah kepada Saddam: laporan dari agensi rahasia AS tentang kondisi ekomomi, militer dan sosial di Iran, juga tentang intelejen, tentara Iran, dan informasi penting lainnya.

9. Kebijakan Arab Saudi Perdagangan Minyak.

Arab Saudi, yang memproduksi 10 juta barrel per hari, merupakan negara pengekspor minyak terbesar di dunia. Arab Saudi-lah satu-satunya negara yang mampu mengatur harga minyak secara drastis. Arab Saudi tercatat memiliki masa menggunakan kemampuannya untuk memanipulasi harga minyak, sebagai senjata untuk menjatuhkan Republik Islam Iran.

Dalam rangkaian Arab Spring yang menimpa negara-negara di sekitar Arab Saudi , mengkonfirmasi bahwa Arab Saudi kembali menggunakan minyak untuk menjatuhkan Iran, dan dalam hal ini Arab Saudi menggalang kerjasama dengan Barat bersama-sama.

Arab Saudi melanjutkan menggunakan minyak untuk memerangi Iran. Sebagai negara yang memiliki kunci permainan, rendahnya harga minyak hari ini sangat memberatkan perekonomian negara-negara regional, termasuk Iran.

10. Arab Saudi Mendukung Sanksi Amerika Serikat (AS) Terhadap Iran

Setelah kemenangan Revolusi Islam, Arab Saudi semakin menjadi-jadi menunjukkan permusuhannya terhadap Iran. Arab Saudi mendukung sanksi yang dikenakan kepada Iran oleh AS. Arab Saudi juga menggunakan kesempatan ini untuk menutupi kebobrokan di internal kerajaannya.

11. Pengaruh Bulan Sabit Syiah

Pengaruh bulan Sabit Syiah di kawasan regional menjadi salah satu concern Arab Saudi. Seperti diketahui, pengaruh Iran semakin terlihat di Irak, Suriah, dan Lebann. Bentuk pemerintahan Irak adalah hal yang vital bagi negara tetangganya, termasuk Arab Saudi dan Iran. Persatuan, integrasi dan dominasi Syiah di Irak mengancam keberadaan pemimpin-pemimpin Wahabi di kawasan, termasuk Arab Saudi dan Yordania.

Setelah invasi AS di Irak dan jatuhnya diktator Saddam Hussein, kelompok Syiah menguasai pemerintahan di Iran dan menunjukkan kedekatannya dengan Iran. Pemerintah Irak, dianggap merupakan ancaman bagi kaum wahai regional maupun terhadap kepentingan AS. Itulah mengapa, isu bulan sabit Syiah memiliki arti yang signifikan.

Intervensi politik Arab Saudi di Lebanon bertujuan untuk membendung pengaruh Syiah dan menciptakan seteru. Pada tahun 2006, dalam perang Israel-Hizbullah, Arab Saudi berada di sisi Zionis. Perang dimenangkan oleh Hizbullah. Koalisi regional baru yang dipimpin oleh Iran, menjadi masalah besar bagi rezim Arab Saudi.

Menurut dokumen Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Samir Geagea (politikus Lebanon) meminta Kedubes Arab Saudi untuk membayar guna mewujudkan rencana Arab Saudi di Lebanon. Di dokumen tersebut, Kedubes Arab Saudi juga ditakankan perlunya Arab Saudi mendukung Geagea dengan dana untuk memerangi Hizbullah.

12. Terkait Nuklir, Arab Saud Meminta AS Serang Iran

Fakta bahwa Arab Saudi meminta Amerika Serikat (AS) untuk memerangi Iran adalah bukti jelas permusuhan ini. Menurut dokumen yang disampaikan oleh Wikileaks, pada tahun 2008 King Abdullah meminta AS untuk menyerang Iran. Arab Saudi menyeru,”Potonglah ular di bagian kepalanya (Raja Abdullah mengulang-ulang meminta kepada AS untuk memotong kepala ular dengan dengan melancarkan serangan militer untuk menghancurkan program nuklir Iran. (Reuters – November 29, 2010)

13. Kerjasama Intelejen untuk Menghancurkan Nuklir Iran.

Sejak awal, Arab Saudi merupakan penentang dalam kasus nuklir Iran (termasuk dalam perundingan dnegan negara-negara 5+1). Hal ini disebabkan karena keseimbangan regional (yang dikhawatirkan akan terganggu jika Iran memiliki nuklir). Arab Saudi yang beroposisi terhadap nuklir Iran.

Implementasinya, Arab Saudi menyusun rencana dengan rezim Zionist untuk menyerang situs nuklir Iran. Bersama dengan Mossad, intelejen Arab Saudi terus berupaya menghadang pengayaan nuklir.

14. Tragedi Mina

Pada hari Selasa, 24 September 2015, musibah terjada di Mina pada saat pelaksanaan ibadah haji yang menewaskan ribuan orang, dan sejumlah besar orang hilang. Ratusan jemaah haji Iran gugur dalam tragedi tersebut.

Pemerintah Arab Saudi tidak menunjukkan tanggung jawab terhadap insiden itu. Arab Saudi menolak visa bagi delegasi Iran yang hendak masuk ke Arab Saudi untuk menindak-lanjuti kasus, tidak mau bekerja sama sepenuhnya dengan lembaga resmi dari Iran yang mengatur haji untuk mengidentifikasi jamaah haji yang hilang maupun yang gugur. Diplomat Iran juga hilang dalam tragedi Mina, dan sampai hari ini belum ditemukan.

—-

Artikel ini diterjemahkan dari http://iranfrontpage.com/news/world/middle-east/2015/11/what-are-the-reasons-behind-saudi-arabias-hostility-to-iran-part-two/ oleh Putu Heri