Rangkuman Berita Utama Timteng, Sabtu 22 Oktober 2016

pasukan-suriah-di-aleppoJakarta, ICMES: Tentara Rusia menyatakan jeda kemanusiaan yang diterapkan oleh pasukan Suriah dan Rusia sejak Kamis lalu (20/10/2016) di Aleppo diperpanjang lagi selama 24 jam.  Mengenai Yaman, PBB menyatakan gencatan senjata di Yaman secara garis besar masih bertahan. Sedangkan mengenai Irak, PBB menyatakan kuatir terhadap kuatnya kemungkinan ISIS menjadikan warga sipil sebagai tameng, dan sumber anonim di negara ini membantah Bagghdad menyetujui partisipasi Turki dalam operasi militer pembebasan Mosul.

Demikian beberapa berita utama Timteng dengan rangkuman sebagai berikut;

Rusia Perpanjang Gencatan Senjata di Aleppo

Tentara Rusia menyatakan bahwa jeda kemanusiaan yang diterapkan oleh pasukan Suriah dan Rusia sejak Kamis lalu (20/10/2016) di Aleppo diperpanjang lagi selama 24 jam dan akan berakhir pada Sabtu, demi memberi kesempatan bagi warga sipil maupun kawanan bersenjata untuk meninggalkan Aleppo timur yang sudah terkepung.

“Atas permintaan utusan PBB dan lembaga-lembaga internasional lain, Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan perpanjangan jeda kemanusiaan di kawasan Aleppo selama 24 jam dari pukul 08.000 hingga 19.00 waktu setempat atau dari pukul 05.00 -16.00 GMT, 22 Oktober,” ungkap petinggi militer Rusia Sergey  Letjen Rudskoi, Jumat (21/10/2016).

Namun demikian,beberapa koridor yang disediakan untuk keluarnya penduduk dan kawanan bersenjata dilaporkan nyaris kosong sejak Kamis pagi lalu.

Rudskoi menambahkan bahwa  “Koridor kemanusiaan yang ditujukan untuk keluarnya warga sipil masih tetap menjadi sasaran tembakan para teroris” dan kawanan bersenjata “memanfaatkan gencatan” sebagai kesempatan untuk menyiapkan serangan masif.

Menurutnya, sebanyak delapan kombatan Ahrar Sham, salah satu kelompok utama pemberontak Suriah, telah keluar melalui koridor yang tersedia sehingga diberi makan dan diobati oleh tentara Rusia. Selain itu, tujuh warga sipil “juga telah berhasil meninggalkan” Aleppo.

PBB Nyatakan Gencatan Senjata di Yaman Rentan Tapi Masih Bertahan

Utusan Khusus PBB Ismail Ould Cheikh Ahmad menyatakan gencatan senjata di Yaman secara garis besar masih solid, dan menyeru semua kelompok yang bertikai supaya menghormati perjanjian gencatan senjata ini.

“Gencatan senjata rawan, tapi secara umum masih solid,” katanya, Jumat (21/10/2016).

Dia menambahkan, “Semua pihak yang bertikai hendaknya menahan diri, mencegah tensi ketegangan dan konsisten sepenuhnya kepada gencatan senjata selama 72 jam.”

Dia juga meminta semua pihak yang terlibat konflik agar menjalankan kewajiban menyampaikan bantuan kemanusiaan tanpa hambatan apapun.

Beberapa saksi mata Jumat kemarin mengatakan bahwa pasukan koalisi pimpinan Arab Sadui sempat melancarkan serangan udara Kamis petang lalu terhadap milisi Ansarullah (Houthi) dengan alasan bahwa milisi ini telah melanggar gencatan senjata yang dimediasi oleh PBB.

PBB Kuatir ISIS Gunakan Warga Sipil Sebagai Tameng di Mosul

Komisioner Tinggi PBB untuk HAM Zaid Ra’ad al-Hussein menyatakan kuatir terhadap kuatnya kemungkinan ISIS menjadikan warga sipil sebagai tameng, atau akan membunuhi mereka di Mosul.

Dia mengatakan bahwa pihaknya telah mendapatkan laporan bahwa pekan lalu ISIS menyekap sekira 200 keluarga di Mosul, dan memaksa sekitar 350 keluarga lain agar pindah dari Najafiah menuju Mosul, sehingga ada dugaan bahwa mereka akan dijadikan sebagai perisai hidup untuk menahan gerak maju pasukan Irak ke dalam kota Mosul.

Sumber pemerintahan lokal Nineveh Jumat mengatakan bahwa pertempuran masih berlangsung antara pasukan Irak dan para kombatan ISIS di sekitar distrik Bartella yang sudah berhasil dibebaskan oleh pasukan Irak, karena ISIS berusaha merebutnya kembali, termasuk dengan cara mengandalkan serangan-serangan bom bunuh diri.

Baghdad Bantah Setujui Keterlibatan Turki Dalam Perang Mosul

Sumber anonim Irak membantah bahwa pemerintah pusat Irak di Baghdad menyetujui partisipasi Turki dalam operasi militer pembebasan Mosul, Irak utara, dari tangan kelompok teroris takfiri ISIS. Demikian dilaporkan al-Sumaria News, Jumat  (21/10/2016), tanpa menyebutkan keterangan lebih lanjut.

Sebelumnya, Menhan Amerika Serikat (AS) Ash Carter di Ankara, ibu kota Turki, di hari yang sama  tanpa juga tanpa menyebutkan secara rinci mengatakan ada kesepakatan awal antara AS dan Turki mengenai partisipasi  militer Turki dalam operasi pembebasan Mosul.

Hal ini lantas menimbulkan opini bahwa pemerintah Baghdad juga terkait dengan kesepakatan itu karena operasi pembebasan Mosul juga melibatkan pasukan udara koalisi pimpinan AS.

Sebelum itu, Pentagon juga menyebut-nyebut Turki berperan kunci dalam perang melawan ISIS di Irak dan Suriah.

“Turki dan AS bersepakat meningkatkan kerjasamanya  untuk memberantas ISIS,” ungkap Pentagon.

Hal ini ditegaskan lagi dalam kunjungan Ash Caster ke Ankara.

“Washington konsisten untuk bersama mitra NATO-nya dalam menghadapi ancaman bersama,” katanya.

AS tidak menghendaki adanya ketegangan hubungan antara Baghdad dan Ankara terkait penumpasan ISIS di Mosul, dan tidak menghendaki keterlibatan militer Turki tanpa persetujuan Baghdad.

Carter menyatakan bahwa menghormati kedaulatan nasional Irak merupakan salah prinsip penting dan ditekankan oleh pasukan koalisi.

(raialyoum/afp/alsumarianews/reuters)