Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 23 November 2016

Iraq army preparing to recapture MosulJakarta, ICMES: Kota Tal Afar di barat Mosul, Irak utara, sudah hampir bebas dari pendudukan kelompok teroris ISIS.

BBC laporkan bahwa ISIS mendapat senjata dari Amerika Serikat dan Arab Saudi.

Kelompok teroris Ahrar al-Sham mengakui komandannya, Abu Harith al-Halabi, tewas di kota Aleppo.

Kuwait mengumumkan akan menghapus konten anti Syiah akan dihapus dari buku pelajaran.

Berita selengkapnya:

Tal Afar Hampir Bebas Dari Cengkraman ISIS, “Bulan Sabit” Terbentuk

Juru bicara pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi, Ahmad al-Asadi, menyatakan bahwa kota kecil Tal Afar di barat Mosul, Irak utara, sudah hampir bebas dari pendudukan kelompok teroris ISIS.

“Keberanian pasukan relawan rakyat dalam perang pembebasan Mosul telah menghancurkan tulang punggung DAESH (ISIS),” katanya dalam wawancara TV al-Iraq, Selasa (22/11/2016).

Dia bersumpah bahwa operasi penumpasan ISIS akan terus dilanjutkan sampai seluruh wilayah Irak jengkal demi jengkal terbebas dari cengkraman gerombolan teroris ini.

Secara terpisah, wakil komandan al-Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis berpesan kepada para pengungsi Tal Afar bahwa relawan akan segera mengembalikan mereka ke kampung halaman masing-masing, dan memberantas eksistensi ISIS di Tal Afar dan semua daerah yang diduduki ISIS.

Kemhan Irak menyatakan bahwa sebuah markas dan gudang senjata terbesar ISIS di kawasan al-Farhan di pinggiran Tal Afar hancur diterjang serangan udara pasukan Irak.

Mengenai Mosul sendiri, tentara Irak mengumumkan kawasan al-Humaira di  timur Mosul telah bebas dari cengkraman ISIS setelah terjadi pertempuran sengit yang membuat ISIS menderita kerugian jiwa dan materi.

Sebelumnya, Menlu Irak Ibrahim Jaafari dalam jumpa pers bersama sejawatnya dari Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan bahwa dalam operasi pembebasan Mosul sejauh ini sedikitnya 1700 kombatan ISIS tewas dan 650 bom mobil hancur.

“Sepertiga wilayah provinsi Nineveh sudah bebas, dan ini menunjukkan keberhasilan operasi dan perkembangan militer Irak,” lanjutnya.

Dilaporkan bahwa posisi pasukan Irak sejauh ini telah membentuk formasi bulan sabit yang mengitari Mosul dari arah timur, selatan, dan barat. Dalam formasi ini ISIS di Mosul sudah kehilangan rute akses dan suplainya menuju perbatasan Suriah. Dengan kata lain, ISIS di Mosul sudah terputus dengan ISIS di Raqqah, Suriah.

BBC: Senjata ISIS Didapat Dari AS dan Arab Saudi

Hasil penelitian kelompok riset Inggris di beberapa kawasan Irak yang sudah dibebaskan dari pendudukan ISIS, termasuk provinsi Nineveh, memperlihatkan bagaimana kelompok teroris besar pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi ini mendapatkan senjata dari negara-negara lain.

Sebagaimana dilaporkan BBC, Senin (21/11/2016), sebuah tim kecil dari Conflict Armament Reserch (CAR) melakukan penelitian itu ketika pasukan pemerintah Irak yang didukung pasukan Kurdi Peshmerga dan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi bergerak maju menuju kota Mosul di Irak utara.

Penyelidikan dilakukan di distrik Qaraqoush yang berhasil dibebaskan belum lama ini. Di salah satu rumah yang sudah ditinggal penghuninya, mereka menemukan kotak amunisi kosong, sebuah barang bukti yang dinilai paling berguna karena di situ tercetak nomor seri dan nomor batch.

Mereka juga menemukan di dalam sebuah gereja bagian-bagian roket, bahan peledak dan kertas catatan petunjuk pembuatan bom.

Data-data yang berhasil dihimpun CAR menunjukkan bahwa mereka mendapat bahan senjata rakitan dan bahan peledak dari negara-negara lain, terutama Turki.  Dia mencontohkan temuan kantung-kantung berisikan bahan kimia yang tidak mungkin bisa di dapat kecuali di pasar Turki.

Dia menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus  sebanyak 3000-5000 kantung telah dibeli dengan nomor lot yang sama.

Setelah menganalisa data-data yang tersedia, tim ini menghasilkan kesimpulan pada tahap-tahap awal ISIS memang mendapatkan banyak senjatanya di lapangan di kawasan yang jatuh ke tangan mereka ketika mereka berhasil mendesak pasukan pemerintah di Suriah dan Irak. Tapi sejak akhir-akhir 2015 ketika mereka mulai terdesak dalam perang, mereka mengakses sumber lain dalam suplai senjata.

Dari kode-kode yang ada pada kotak-kotak amunisi diketahui bahwa amunisi itu dibuat di negara-negara  Eropa Timur, dan selanjutnya diketahui bahwa amunisi itu dijual secara legal kepada Amerika Serikat dan Arab Saudi untuk kemudian diserahkan kepada kelompok-kelompok pemberontak Suriah melalui wilayah Turki untuk memerangi pemerintah Suriah, tapi ujung-ujungnya juga digunakan untuk memerangi pasukan Irak di Tikrit, Ramadi, Fallujah dan Mosul di Irak.

Komandan Ahrar Sham Tewas di Aleppo

Kelompok teroris Ahrar al-Sham, Selasa (22/22/2016), mengakui komandannya, Abu Harith al-Halabi, tewas di kota Aleppo. Beberapa media yang dekat dengan kelompok-kelompok bersenjata Suriah menyebutkan bahwa al-Halabi terbunuh dalam pertempuran melawan tentara Suriah di kawasan Sheikh Said, Aleppo.

Ahrar Sham membagi-bagi pasukannya di beberapa kawasan operasi yang masing-masing memiliki satu komandan. Al-Halabi adalah komandan lapangan kelompok teroris Ahrar al-Sham di Aleppo yang ikut berperang di bawah komando aliansi teroris Jaish al-Fateh melawan pasukan pemerintah, Tentara Arab Suriah (SAA), karena Ahrar Sham bergabung dengan Jaish al-Fateh.

Ahrar Sham beraksi terutama di provinsi Idlib, Aleppo, dan Hama, dan di beberapa kawasan lain mereka bahu membahu dengan dua kelompok teroris Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) dan Jabhat al-Nusra memerangi SAA.

Kuwait Hapus Konten Anti Islam Syiah Dalam Buku Pelajaran

Kementerian Pendidikan dan Tarbiyah Kuwait, Selasa (22/11/2016), mengumumkan bahwa konten-konten anti Syiah akan dihapus dari buku pelajaran di negara ini.

“Demi menjaga suasana menguatnya persatuan nasional dan melawan radikalisme, konten-konten anti Syiah dan berbau sektarianisme akan dihapus dari buku-buku pelajaran sekolah negara ini,” ungkap Menteri Pendidikan dan Tarbiyah Kuwait  Bader al-Issa dalam sebuah festival keterpilihan Kuwait sebagai ibu kota kebudayaan Dunia Islam.

Dia menegaskan bahwa Kuwait berjuang memperkuat persatuan antarmazhab Islam di negara ini, terutama di tengah kerawanan suasana sentimen sektarianisme di Timteng, dan dalam rangka ini pula pemerintah Kuwait bermaksud menciptakan iklim moderat dan terjauh dari radikalisme dalam dunia pendidikan.

Warga Syiah di Kuwait tercatat sebagai kalangan minoritas namun cukup berpengaruh dalam iklim politik dan ekonomi negara ini serta menjalin hubungan yang sangat baik dengan keluarga kerajaan. (mm/aliraq/irna/bbc/irna/alalam/alrai)