Rangkuman Berita Utama Timteng, Rabu 16 November 2016

serangan-udara-rusiaJakarta, ICMES:  Rusia memulai operasi serangan udara besar-besaran terhadap posisi kelompok-kelompok teroris ISIS dan al-Nusra di Suriah, sementara Presiden Suriah menegaskan hanya ada satu opsi bagi negara ini, yaitu mengalahkan teroris.

Kelompok teroris ISIS merilis video propaganda berupa dokumentasi perang Mosul dan mengklaim bahwa pasukan Irak dan Peshmerga telah kehilangan 2,200 pasukan.

Para menteri pertahanan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) menuduh Iran mengacaukan stabilitas dan memelihara organisasi-organisasi teroris.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry menyatakan bhwa Arab Saudi dan milisi Ansarullah (Houthi) sepakat untuk menerapkan gencatan senjata yang akan dimulai Kamis besok.

Berita selengkapnya:

Rusia Umumkan Serangan Udara Masif Anti Teroris di Suriah

Pemerintah Rusia mengumumkan pihaknya telah memulai operasi serangan udara besar-besaran sesuai instruksi Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap posisi kelompok-kelompok teroris ISIS dan al-Nusra di Aleppo, Homs dan Idlib, Suriah.

Di sela-sela rapat para kepala staf angkatan bersenjata Rusia, Menteri Pertahanan Sergey Shoygu, Selasa (15/11/2015) mengatakan bahwa kapal induk Admiral Kuznetsov telah bergabung dengan operasi militer berdasarkan instruksi Putin, dan dari kapal induk bertenaga nuklir ini beberapa jet tempur Su-33 telah melesat dan membom posisi-posisi kawanan teroris di Suriah.

Shoigu menyebutkan bahwa kapal frigate Admiral Gorshkov juga telah meluncurkan rudal-rudal jelajah kaliber terhadap tempat-tempat konsentrasi kawanan bersenjata, namun sasaran utamanya adalah tempat-tempat teroris membuat senjata kimia dan senjata perusak massal.

Dia menambahkan bahwa jet-jet tempur Rusia juga melakukan patroli untuk keamanan pasukan Rusia di pangkalan Tartus dan Hmeimim, Suriah.

Al-Assad Bersumpah Untuk Kalahkan Teroris

Presiden Suriah Bashar al-Assad menyatakan bahwa kondisi yang dialami Suriah sekarang lebih menyerupai perang multinasional terhadap Suriah, namun hanya ada satu opsi bagi negara ini, yaitu mengalahkan teroris.

“Perang melawan teroris di Suriah bukan hanya demi kemaslahatan Suriah dan rakyat Suriah semata, melainkan juga untuk kemaslahatan Timteng dan Eropa sendiri. Sayangnya hal ini tidak dilihat oleh sebagian pejabat di Barat, entah karena mereka tidak menyadarinya atau karena tidak mengakuinya,” ujar al-Assad dalam TV RTP milik Portugal, seperti dikutip al-Alam, Rabu (16/11/2016).

Ditanya mengenai kemungkinan kerjasama Suriah dengan Sekjen baru PBB Antonio Guterres yang mengaku memprioritaskan perdamaian di Suriah, al-Assad menyatakan kesediaannya menjalin kerjasama melalui jalur apapun untuk mewujudkan stabilitas Suriah selagi memang mengindahkan kemaslahatan negara ini dan merespon aspirasi rakyatnya.

Mengenai harapannya kepada Donald Trump yang terpilih sebagai presiden AS dia mengatakan, “Kami tidak memiliki harapan banyak, karena pemerintahan AS berkaitan bukan dengan presidennya semata, melainkan juga dengan berbagai kekuatan yang ada dalam pemerintahan ini, dengan berbagai tekanan yang mempengaruhi presiden. Karena itu kita harus menunggu dan melihat ketika dia memulai misi barunya, atau terpasrah kepada misi jabatannya sebagai presiden dalam pemerintahan ini setelah dua bulan nanti.”

ISIS Rilis Video Propaganda Perang Mosul

Untuk kedua kalinya sejak dimulainya operasi pembebasan Mosul, Irak utara, oleh pasukan negara ini, kelompok teroris takfiri ISIS merilis video propaganda berupa dokumentasi perang Mosul.

Video itu diambil dengan rekaman kamera drone yang digunakan ISIS untuk memantau posisi pasukan Irak. Video itu juga mendokumentasikan salah satu aksi pasukan ISIS meledakkan diri di dekat sekumpulan pasukan Irak di kawasan sekitar Mosul.

Dalam video propaganda itu ISIS memperlihatkan keterbunuhan pasukan elit Irak dalam pertempuran, dan mengklaim sebagai kelompok yang mendapat pertolongan sehingga tidak akan musnah.

ISIS mengklaim bahwa sejak perang Mosul pecah, pasukan Irak dan Peshmerga telah kehilangan 2,200 pasukan, dan menderita kerugian sebesar US$ 420 juta.

Di pihak lain, pejabat Kemendagri yang menjadi juru bicara operasi gabungan untuk pembebasan Mosul, Saad Maan, menyatakan pasukan Irak sejauh ini telah berhasil menyingkirkan ISIS dari dua pertiga wilayah Mosul timur.

Menurut Maan, di bagian selatan Mosul saja sejauh ini sebanyak 1852 teroris ISIS tewas, dan 108 lainnya diringkus.

Para Menhan GCC Tuding Iran Motori Terorisme di Timteng

Para menteri pertahanan (menhan) negara-negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) memulai sidang resmi di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, Selasa (15/11/2016). Mereka membicarakan berbagai isu dan tantangan regional Timteng, terutama apa yang mereka sebut “campurtangan Iran untuk mengguncang stabilitas dan memelihara organisasi-organisasi teroris.”

“Kami akan mendiskusikan isu- isu penting dan berkaitan dengan aspek-aspek militer dan keamanan di dua kancah regional dan internasional serta dampaknya bagi kawasan,” bunyi statemen resmi mengenai sidang itu.

Para menhan itu juga menyatakan bahwa sesuai sumber-sumber informasi kawasan Teluk, mereka akan membicarakan “ancaman yang dialami kawasan ini, termasuk bahaya terorisme dan campurtangan kontinyu Iran untuk mengguncang stabilitas regional serta memelihara dan mendanai organisasi-organisasi teroris.”

Kerry Nyatakan Gencatan Senjata di Yaman Akan Dimulai Besok

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry yang mengadakan kunjungan dua hari ke Oman menyatakan bhwa Arab Saudi dan milisi Ansarullah (Houthi) sepakat untuk menerapkan gencatan senjata yang akan dimulai Kamis besok (17/11/2016).

“Berbagai pihak Yaman sepakat untuk membentuk pemerintahan yang satu sebelum akhir tahun ini,” kata Kerry dalam jumpas pers di Muscat, ibu kota Oman, Selasa (16/11/2016).

Senin lalu dia mengadakan pertemuan dengan Sultan Oman Qaboos bin Said al-Said dan membicarakan berbagai isu penting, terutama krisis Yaman. Keduanya menyambut baik prakarsa damai Utusan Khusus PBB untuk Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed yang ditolak oleh presiden tersingkir Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi.

Dilaporkan bahwa Hadi menolak dengan alasan bahwa prakarsa itu “menjaga kelestarian milisi dengan persenjataan dan berbagai institusinya.” Menurut Hadi, prakarsa itu tidak merespon aspirasi rakyat Yaman untuk perdamaian yang permanen dan komprehensif berlandaskan peniadaan revolusi, dan dimulainya kembali proses politik dengan menggodok draft konstitusi sebelum kemudian penyelenggaraan pemilu.”

Berbagai sumber menyebutkan bahwa prakarsa PBB itu mencanangkan supaya Hadi melimpahkan kewenangannya kepada wakil presiden konsensual yang diserahi tugas sebagai kepala pemerintahan rekonsiliasi nasional.

Karena itu, prakarsa PBB juga mencanangkan peletakan jabatan Wakil Presiden Ali Mohsen Saleh al-Ahmar, sedangkan Hadi lebih berperan sebagai presiden simbolis setelah milisi Ansarullah (Houthi) meninggalkan Sanaa, ibu kota Yaman, segera setelah penandatangan perjanjian.

(rt/alalam/alalam/raialyoum/reuters/ralyoum7/dpa/rayalyoum)