Rangkuman Berita Utama Timteng, Jumat 7 April 2017

Assad melambaikan tanganJakarta, ICMES: Presiden Suriah Bashar al-Assad menyatakan ada negara Arab Teluk Persia yang mendukung Suriah tapi bungkam tak berani mengungkapkannya.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam “tuduhan tak berdasar” mengenai dugaan serangan bom kimia di kota Khan Sheikhun, Suriah.

ISIS serang relawan Irak di provinsi Salahuddin, lima relawan terbunuh, 63 teroris tewas.

Rusia menegaskan bahwa bagian barat Baitul Maqdis adalah ibu kota Israel, sedangkan bagian timurnya adalah ibu kota Palestina.

Berita selengkapnya;

Berita selengkapnya;

Al-Assad: Ada Negara Teluk Yang Dukung Suriah Tapi Bungkam

Presiden Suriah Bashar al-Assad menilai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sama saja dengan pendahulunya, Barack Obama, dan menyebut Israel memiliki tujuan yang sama dengan Arab Saudi dan Qatar terkait dengan krisis Suriah.  Dia juga menyatakan ada negara Arab Teluk Persia yang mendukung Suriah tapi bungkam tak berani mengungkapkannya.

Seperti dikutip SANA, Kamis (6/4/2017), dalam wawancara dengan sebuah surat kabar Kroasia al-Assad mengatakan, “Selagi mereka mengirim pasukan ke Suriah tanpa koordinasi dan permohonan kepada pemerintah Suriah yang sah maka pemerintah (AS) ini sama saja dengan pemerintahan sebelumnya yang tidak menghendaki pulihnya stabilitas di Suriah.”

Dia menyebut pasukan AS yang datang dan bersekutu dengan pasukan yang didominasi oleh milisi Kurdi, Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) , sebagai pasukan pendudukan.

“Campurtangan setiap tentara, sekalipun satu orang, tanpa izin pemerintah Suriah merupakan perang dalam arti yang sesungguhnya, dan segala campurtangan di udara dan lain-lain juga merupakan intervensi ilegal dan agresi terhadap Suriah,” tuturnya.

Mengenai kekuatiran pecahnya perang Suriah dengan Israel, al-Assad mengatakan, “Kekuatiran pecahnya perang ini sangat tidak realistis, karena faktanya di sini kami justru sedang berperang; para teroris berperang demi kepentingan Israel, Israel bersekutu dengan Turki dalam tujuan, dan bersekutu pula dengan AS, Perancis, Inggris, Saudi, Qatar, dan lain-lain.”

Presiden Suriah menegaskan bahwa tak ada pilihan kecuali kemenangan Pasukan Arab Suriah (SAA) atas teroris, karena “jika tidak demikian maka berarti Suriah akan terhapus dari peta.”

Dia juga menegaskan tak semua kelompok bersenjata di Suriah adalah teroris, dan “tak ada oposisi moderat.”

“Yang ada adalah pemberontak jihadis di mana makna jihad telah diselewengkan. Karena itu dewasa ini perundingan dengan kubu pemberontak ini tidak dapat membuahkan hasil kongkret. Buktinya, di tengah perundingan di Astana (ibu kota Kazakhstan), mereka melancarkan serangan ke kota Damaskus, Hama dan kawasan Suriah lainnya. Mereka memutar lagi roda terorisme dan pembantaian orang-orang yang tak berdosa. Para teroris ini tidak bisa menjadi oposisi dan tidak bisa pula membantu pencapaian solusi,” tegasnya.

Mengenai sebab mengapa pemerintah Damaskus berunding dengan mereka, al-Assad menjelaskan, “Berunding dengan mereka dilakukan karena banyak orang semula tidak percaya bahwa kelompok-kelompok ini tidak menghendaki peletakan senjata dan keberanjakan menuju proses politik. Pada gilirannya kamipun pergi untuk membuktikan kepada semua orang yang meragukan kenyataan betapa kelompok-kelompok ini tidak bisa menjalani proses politik, karena mereka memang nyata-nyata kelompok teroris.”

Ditanya tentang negara-negara Arab Teluk Persia dia mengatakan, “Sebagian besar negara-negara Teluk adalah negara-negara yang mengekor (kepada Barat) sehingga tak berani berkata ‘tidak’. Sebagian di antara mereka mengatakan, ‘ Kami bersama kalian (Suriah) tapi kami tak dapat mengungkapkannya, kami mengharapkan kemenangan kalian dalam perang, terjaganya Suriah yang utuh, dan kekalahan teroris’. Tapi secara terbuka mereka berkata lain lagi karena mereka tunduk kepada kehendak Barat.” (sana)

Heboh Bom Kimia, Putin Kecam “Tuduhan Tanpa Dasar”

Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam “tuduhan tak berdasar” mengenai dugaan serangan bom kimia yang, menurut laporan terbaru, telah menewaskan sedikitnya 86 orang, 30-an di antaranya anak kecil, di kota Khan Sheikhun, provinsi Idlib, Suriah.

Sebagaimana dinyatakan Kremlin, kecaman ini ditegaskan Putin dalam kontak televon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kamis (6/4/2017). Kremlin dalam statamennya menyebutkan bahwa Presiden Rusia “menegaskan terutama penolakan terhadap tuduhan tanpa dasar kepada siapapun sebelum dilakukan penyelidikan internasional secara cermat dan independen.”

Menurut Kantor Perdana Menteri Israel, Netanyahu telah mengontak Putin via telefon untuk menyampaikan ucapan belasungkawa atas serangan teror bom yang menewaskan 14 orang di kereta bawah tanah di St Petersburg pekan ini.

Sebelumnya di hari yang sama Menhan Israel Avigdor Lieberman mengaku yakin “100%” bahwa serangan bom kimia di provinsi Idlib yang terjadi Selasa lalu itu diperintahkan langsung oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Jubir Kremlin Dmitry Peskov kemarin juga menegaskan Amerika Serikat tidak memiliki data-data “obyektif” mengenai “kejahatan mengerikan” di kota Khan Shekhoun tersebut.

Peskov menyatakan bahwa “segera setelah tragedi ini tak ada siapapun yang dapat mencapai kawasan” di Idlib yang dikuasai penuh oleh kelompok-kelompok militan bersenjata, dan “pada gilirannya, data-data yang mungkin ada di pihak AS tidak mungkin berdasarkan materi atau kesaksian-kesaksian obyektif.”

Rabu lalu Presiden AS Donald Trump berjanji akan bereaksi terhadap serangan yang disebut AS “penghinaan tak manusiawi” ini.

Dari Gedung Putih Trump menegaskan bahwa serangan udara dalam peristiwa tersebut “melanggar banyak batas” .

Di pihak lain, Menlu Suriah Walid Moallem mengingatkan bahwa Damaskus “tidak pernah dan tidak akan pernah” menggunakan senjata kimia terhadap rakyat, anak kecil, dan bahkan “para teroris.”

“Saya tegaskan kepada Anda sekali lagi bahwa Pasukan Arab Suriah tidak pernah dan tidak akan pernah menggunakan senjata jenis ini bukan hanya terhadap rakyat dan anak-anak kecil kami, melainkan juga bahkan terhadap para teroris yang telah membantai rakyat dan anak-anak kecil kami dan menyerang secara membabi buta orang-orang yang hidup damai di berbagai kota,” tegas Moallem dalam jumpa pers di Damaskus, Kamis.

Dia menjelaskan bahwa peristiwa ledakan bom kimia itu terjadi pada Selasa pukul 07.00, sementara serangan udara pasukan Suriah di hari yang sama dimulai pada pukul 11.30  terhadap sebuah gudang senjata milik Jabhat al-Nusra yang di dalamnya terdapat bahan-bahan kimia. (arutzshiva/rayalyoum)

Coba Serangan Relawan Irak, 63 Anggota ISIS Tersambar Maut

Lima anggota pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi terbunuh akibat serangan serangan pasukan teroris ISIS terhadap beberapa posisi relawan di provinsi Salahuddin, Kamis (6/4/2017). Namun demikian, perlawanan hebat relawan dalam peristiwa ini membuat gerombolan ISIS menelan pil pahit kehilangan nyawa 63 anggotanya.

“Sekira 100 kawanan bersenjata ISIS melancarkan serangan serempak terhadap beberapa posisi al-Hashd al-Shaabi di persimpangan Baiji, Gunung Makhoul, dan al-Shiniyah utara, provinsi Salahuddin,” ungkap Kapten Hamid al-Obeidi.

Dia menambahkan, “Sedikitnya lima relawan terbunuh dalam pertahanan terhadap serangan yang menggunakan berbagai jenis senjata dan perlengkapan…ISIS berusaha menguasai jalur penghubungan distrik Hawija, barat daya provinsi Kirkuk menuju distrik Baiji, dan dari situ menuju perbatasan Suriah.”

Al-Hashd al-Shaabi sendiri dalam statemennya menegaskan, “63 anggota ISIS tewas, termasuk beberapa penyerang bunuh diri, 8 mobil bersenjata berat milik kelompok ini hancur, dan 4 bom mobil berhasil diledakkan ketika berusaha mendekat ke garis pertahanan.”

Statemen ini menjelaskan bahwa ISIS menyerang dengan tujuan memutus jalur suplai militer al-Hashd  al-Shaabi dan pasukan keamanan Irak yang menghubungkan antara Baiji dan Mosul. Selain itu, mereka juga berusaha melarikan para tokoh ISIS dari Hawija dan beberapa daerah di balik Gunung Makhoul menuju sahara al-Hidr yang terbuka menuju Suriah.

Di Mosul, komandan operasi pembebasan, Letjen Abdul Amir Rashid Yarallah, dalam berita segera di TV al-Iraqia  menyatakan pihaknya berhasil melepaskan satu lagi distrik, yaitu al-Yarmuk 2, di bagian barat kota ini dari pendudukan ISIS. (anadolu)

Rusia Tegaskan Baitul Maqdis Timur Ibu Kota Palestina, Israel Masih Bungkam

Pemerintah Rusia merilis pernyataan resmi mengejutkan mengenai status kota suci Baitul Maqdis (Yerussalem) yang hendak dijadikan oleh Israel sebagai ibu kota negara Zionis ilegal ini.

Negeri Beruang Merah ini menegaskan bahwa bagian barat kota ini adalah ibu kota Israel, sedangkan bagian timurnya yang menjadi tempat-tempat suci umat Islam, Kristen dan Yahudi adalah ibu kota Palestina.

“Kami menegaskan kembali komitmen kami kepada prinsip-prinsip PBB yang telah disetujui untuk penyelesaian Palestina-Israel, yang meliputi status Yerusalem Timur sebagai ibukota negara Palestina di masa depan. Pada saat yang sama, kami harus menyatakan bahwa dalam konteks ini kami melihat Yerusalem Barat sebagai ibukota Israel, ” ungkap Kemlu Rusia dalam statemennya yang dirilis di Moskow, Kamis (6/4/2017).

Menurut surat kabar Israel Arutz Shiva, pernyataan Moskow ini merupakan pergeseran besar dalam kebijakan Rusia; Moskow semula menyerukan supaya Yerusalem  dikuasai oleh rezim internasional, tapi sekarang mengakui klaim Otoritas Palestina untuk bagian timur kota ini, padahal di situ terdapat banyak “situs tersuci Yahudi”, termasuk Temple Mount.

Banyak negara menolak untuk memindah kedubesnya dari Tel Aviv ke Baitul Maqdis meskipun Israel telah menguasai bagian barat kota ini sejak perang 1948. Presiden AS Donald Trump mengaku sedang mempertimbangkan memindahkan kedubes AS ke Yerusalem, tapi belum membuat keputusan final.

Para pejabat Israel menolak untuk mengomentari pernyataan Rusia yang mengejutkan tersebut.

“Kami sedang mempelajari masalah ini,” kata juru bicara Kemlu Israel Emmanuel Nahshon. (arutzshiva/rt)