Rangkuman Berita Utama Timteng, Jumat 15 April 2017

bahan kimia di suriahJakarta, ICMES: Menlu Iran menyatakan bahwa negara-negara yang dulu rezim Saddam Hossein untuk menyerang Iran kini menuduh Suriah menggunakan bom kimia.

Satu rudal yang dilesatkan oleh angkatan udara Rusia dilaporkan telah menewaskan 22 komandan pasukan teroris Jabhat al-Nusra, cabang al-Qaedah di Suriah.

Juru bicara pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi, Mayjen Ahmed Asiri, menyatakan sejauh ini pihaknya masih belum berniat menyerang pelabuhan Hudaydah, Yaman.

Tentara Mesir terus menggelar operasi pemburuan dan penumpasan para teroris takfiri di Semenanjung Sinai, dan berhasil menghabisi sejumlah teroris “sangat berbahaya.”

Berita selengkapnya;

Menlu Iran: Pihak Yang Dulu Bekali Saddam Senjata Kimia Kini Tuduh Suriah Seenaknya

Menlu Iran Mohammad Javad Zarif di akhir pertemuannya dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov dan Menlu Suriah Walid Moallem di Moskow, Rusia, Jumat (14/4/2017), menanggapi tuduhan Barat bahwa pemerintah Suriah telah menggunakan bom kimia.

“Para pemberi senjata jenis ini kepada Saddam di era perang yang dipaksakan (Irak) terhadap Iran kini menuduh Suriah menggunakan bom kimia… Mereka membekali Saddam senjata, dan Iran -sebagai satu-satunya korban senjata kimia padabeberapa dekade lalu- menyatakan bahwa peristiwa Khan Shekhpun harus diselidiki. Sayangnya, AS malah melakukan serangan ke Suriah dengan semena-mena,” ungkapnya kepada wartawan di gedung Kemlu Rusia.

Mengenai pertemuan itu sendiri dia mengatakan bahwa Iran, Suriah dan Rusia sama-sama menghendaki penyelidikan secara tuntas dan independen peristiwa dugaan serangan bom kimia yang terjadi di kota Khan Sheikhoun, provinsi Idlib, Suriah, pekan lalu.

“Masyarakat dunia tak dapat menerima tindakan-tindakan sepihak , mereka justru terusik dan mengecamnya… Serangan AS Jumat pekan lalu (terhadap pangkalan udara Shayrat milik Suriah) meunjukkan bahwa AS memang bermaksud memanfaatkan tragedi pahit Khan Sheikhoun,” kecamnya.

Dia menegaskan, “Kami menghendaki penyelidikan secara cermat persoalan kimia di lokasi kejadikan dan pangkalan udara Shayrat, karena di luar kedua ini sama sekali tidak ada alasan untuk pembuktian, dan kami juga menyambut baik persetujuan Suriah untuk penyelidikan peristiwa ini… Harus jelas bagaimana peristiwa Khan Sheikhoun bisa sampai menjatuhkan korban warga sipil dan anak-anak kecil. Iran sebagai negara yang banyak warganya telah menjadi korban senjata kimia persembahan Barat kepada Saddam sehingga ada ribuan orang yang tak dapat bernafas secara normal menginginkan kejelasan isu Khan Sheikhoun.”

Lebih lanjut dia menekan urgensi penyelesaian krisis Suriah melalui jalur politik sebagaimana telah menjadi sikap segi tiga Iran, Rusia dan Suriah, namun perang melawan terorisme juga harus dilanjutkan.

Tiga menteri luar negeri tersebut mengadakan pertemuan di Moskow menyusul terjadinya ketegangan akibat serangan rudal jelajah AS terhadap pangkalan udara al-Shayrat di provinsi Homs, Suriah. Serangan ini dilancarkan AS dengan dalih menindak pemerintah Suriah yang dituduhnya bertanggungjawab atas serangan bom kimia di Khan Sheikhoun. (irna)

Satu Rudal Rusia Tewaskan 22 Komandan al-Nusra di Suriah

Satu rudal yang dilesatkan oleh angkatan udara Rusia dilaporkan telah menewaskan 22 komandan pasukan teroris Jabhat al-Nusra, cabang al-Qaedah di Suriah. Bersamaan dengan ini Menlu Rusia menyatakan pihaknya memantau pergerakan tentara AS di sekitar perbatasan selatan Suriah.

Disebutkan bahwa serangan udara itu menerjang para komandan Jabhat al-Nusra yang sedang menggelar pertempuan di sebuah lokasi yang mereka duga aman dari pantauan.

Sebelum serangan udara itu para agen intelijen militer Rusia mendapatkan informasi mengenai pertemuan tersebut dari para anggota kelompok yang menamakan dirinya Ahrar Sham.

Serangan itu terjadi di sekitar distrik Jasr al-Thughour, provinsi Idlib, bagian barat laut Suriah, pada tanggal 10 April lalu.

Beberapa media Rusia menayangkan video berdurasi 47 detik yang merekam serangan udara tersebut. Dalam video ini terlihat sebuah bangunan menyendiri di simpang tiga jalan kecil sebuah desa meledak dan hancur. Tak ada keterangan lebih lanjut maupun tenggapan pihak al-Nusra tentang serangan ini.

Sementara itu, Menlu Rusia Sergey Lavrov menyatakan negaranya memantau dari dekat adanya pengerahan sarana militer yang terjadi di kawasan perbatasan Suriah.

Dalam jumpa pers usai pembicaraan dengan sejawatnya dari Suriah, Walid Moallem, dan Iran, Mohammad Javad Zarif, di Moskow, Jumat (14/4/2017), Lavrov mengatakan, “Kami memantau berita-berita tentang ini, dan berusaha memahami apa yang terjadi. Sejauh ini apa yang mereka jelaskan kepada kami secara informal ialah bahwa pengerahan sarana militer itu ditujukan untuk memutus jalur antara Suriah dan Irak bagi kelompok teroris ISIS. “

Dia menambahkan, “Kami akan terus memantau masalah ini, karena penggunaan kekuatan militer di Suriah tidak bisa dilakukan kecuali untuk memerangi teroris.” (rt/interfax)

Pasukan Koalisi Pimpinan Saudi Belum Berniat Serang Kota Hudaydah

Juru bicara pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi, Mayjen Ahmed Asiri, menyatakan sejauh ini pihaknya masih belum berniat menyerang pelabuhan Hudaydah, Yaman.

Di sela-sela sebuah konferensi yang diselenggarakan di Paris, ibu kota Perancis, Jumat (14/4/2017), Asiri mengatakan, “Hudaydah dewasa ini bukanlah sasaran kami… Suatu hari ini pelabuhan ini harus kembali kepada kekuasaan pemerintah Yaman (presiden tersingkir Abd Rabbuh Mansour Hadi).”

Dia menambahkan, “Para pemberontak (pasukan  Ansarullah/Houthi) yang didukung oleh Iran mengirim senjata melalui Hudaydah meskipun pelabuhan ini secara parsial terblokade…. “

Dia kemudian menuding pasukan Ansarullah menyabotase dan memperdagangkan bantuan kemanusiaan yang dikirim kepada para korban perang Yaman.

“Bantuan kemanusiaan  yang dikirim ke pelabuhan ini tidak sampai kepada penduduk, melainkan dijual di pasar gelap… Kami meminta supaya para pengawas internasional disebar di sana supaya para pengirim bantuan kemanusiaan mendapatkan kepastian bahwa bantuan itu sampai ke warga sipil di berbagai kawasan yang dikuasai pemberontak,” tudingnya.

Disebutkan bahwa Maret lalu PBB menolak permintaan pasukan koalisi Arab supaya menugaskan para pemantau internasional ke Hudaydah yang dikuasai pasukan Ansarullah.

Pasukan koalisi Arab selama ini memblokade pelabuhan Hudayda dan memeriksa semua kapal yang menuju ke sana. Hal ini menyebabkan parahnya keterhambatan bantuan kemanusiaan, menurut International Crisis Group (ICG) . ICG juga mengutip keterangan PBB bahwa 90% barang impor khusus bagian utara Yaman yang dikuasai Ansarullah datang melalui Hudaydah.

Asiri mengklaim bahwa pasukan loyalis Hadi yang bersekutu dengan Saudi berhasil menguasai 80% wilayah Yaman berkat serangan udara Saudi dan sekutunya terhadap posisi-posisi Ansarullah dan sekutunya, tentara loyalis mantan presiden Ali Abdullah Saleh, sejak 26 Maret 2015 sampai sekarang. (rt)

Tentara Mesir Habisi Sejumlah Teroris “Sangat Berbahaya” Di Sinai

Tentara Mesir terus menggelar operasi pemburuan dan penumpasan para teroris takfiri di Semenanjung Sinai, dan Jumat kemarin (14/4/2017) mereka berhasil menghabisi sejumlah teroris “sangat berbahaya” di kawasan yang menjadi basis para teroris di Negeri Piramida ini.

Saat melaporkan hal tersebut tentara Mesir dalam sebuah statemennya menyatakan pihaknya telah menghancurkan sembilan tempat persembunyian militan takfiri, satu unit kendaraan militer, dan sejumlah motor serta menyita dua kendaraan.

“Dalam operasi ini sebuah tempat persembunyian para ekstrimis juga terungkap dan dihancurkan, dan di dalamnya terdapat tempat penyimpanan sejumlah ranjau, artileri, dan bahan-bahan untuk merakit bom,” lanjut statemen tersebut.

Bagian utara Semenanjung Sinai sudah sekian tahun menjadi basis pergerakan para ekstrimis Wahabi yang berafiliasi dengan kelompok teroris ISIS.  Selain menyerang tentara dan polisi, mereka juga tak segan-segan menyerang warga sipil, terutama warga Kristen Koptik.

Media Mesir menyebutkan kelompok teroris paling berbahaya di Mesir adalah kelompok Ansar Bait al-Maqdis yang belakangan menyatakan baiat kepada “kekhalifahan” pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi.  Setelah menyatakan baiat itu mereka berarti nama menjadi Wilayat Sinai yang berarti bagian dari negara “kekhalifahan” ISIS untuk wilayah Sinai.

Ansar Bait al-Maqdis sudah lama terbentuk dan bergerak di Mesir, namun aksi mereka merajalela hingga menjatuhkan banyak korban sipil maupun militer sejak peristiwa kudeta Presiden Mohamed Morsi oleh militer Mesir pada Juli 2013. (skynews)