Rangkuman Berita Timteng Senin 18 Desember 2017

poster trump dan salman di aljazairJakarta, ICMES: Para suporter pada acara pertandingan sepak bola di Aljazair membentangkan spanduk raksasa bergambar satu wajah yang memadukan antara wajah Raja Saudi Salman bin Abdulaziz dan wajah Presiden AS Donald Trump.

Konglomerat Yordania Sabih Al-Masri membantah kabar bahwa dirinya ditahan di Arab Saudi, namun para anggota parlemen Yordania meragukan pengakuan Al-Masri dan menyoal mengapa dia belum pulang ke Yordania.

Kemhan Amerika Serikat (AS), Pentagon, enggan berkomentar mengenai kabar bahwa gembong kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Abu Bakar Al-Baghdadi, “tertangkap” dan dibawa ke salah satu pangkalan militer AS di Suriah.

Kemhan Iran memamerkan rudal balistik canggih “Zolfaqar” buatan dalam negeri dan disebut sebagai “anti radar”.

Berita selengkapnya;

Wajah Salman Disatukan Dengan Wajah Trump Di Aljazair, Ini Reaksi Saudi

Sebuah pemandangan yang sangat menyakitkan bagi Arab Saudi terjadi dalam suatu acara kejuaraan sepak bola di Aljazair. Sebab para suporter di tribun tempat mereka menonton pertandingan malah berunjuk rasa anti Amerika Serikat (AS) dan Saudi dengan cara membentangkan spanduk raksasa bergambar satu wajah yang memadukan antara wajah Raja Saudi Salman bin Abdulaziz dan wajah Presiden AS Donald Trump.

Kejadian ini tak pelak membuat Saudi gusar sehingga Minggu kemarin (17/12/2017) mengancam tidak akan membiarkan aksi itu tanpa reaksi.

Para suporter membentangkan spanduk itu untuk menandai protes mereka terhadap keputusan Trump mengakui Al-Quds (Yerussalem) sebagai ibu kota negara Zionis Israel.

Foto pembentangan poster itu beredar pertama kali di kalangan pengguna media sosial Twitter. Dalam poster terlihat foto Masjid Al-Aqsa di sisi gambar satu kepala dengan separuh wajah Salman dan separuh wajah Trump, sementara di bagian bawahnya tertulis kalimat berbahasa Inggris “two face of the some coin” (Dua wajah dalam satu koin), dan kalimat berbahasa Arab yang artinya “Rumah kami dan Al-Quds kami”, seperti dilansir RT.

Menanggapi hal ini, Dubes Saudi untuk Aljazair Sami bin Abdullah Al-Saleh berkomentar dengan nada geram, “Hal itu sudah dikonfirmasi, dan kami akan melakukan apa yang harus dilakukan. Ini kewajiban kami, dan tidak baik bagi kami jika kami tidak melakukannya.

Seperti diketahui, berbagai negara Arab dan Muslim belakangan ini dilanda gelombang untuk rasa anti keputusan Trump mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel.  Trump mengambil keputusan demikian di saat hubungannya sangat mesra dengan Arab Saudi, dan ketika Saudi ramai dikabarkan menjalani proses normalisasi hubungan dengan Israel sehingga praktis mengundang kekecewaan khalayak dunia Islam.

Di Aljazair, kemarahan terhadap Trump sekaligus kekecewaan terhadap Salman rupanya ditunjukkan dengan memajang poster tersebut dalam sebuah pertandingan sepak bola.

Beberapa laporan yang belum terkonfirmasi menyebutkan bahwa keputusan Trump mengenai Al-Quds itu sudah “mendapat lampu hijau dari Saudi”, terutama karena terjadi bersamaan dengan adanya bocoran informasi mengenai  kesiapan Washington dan Riyadh untuk mengusung sebuah prakarsa damai yang dinamai “deal of the century” yang diharapkan dapat meredakan konflik Palestina-Israel yang sudah berjalan selama 70 tahun.  Otoritas Saudi berulangkali membantah adanya kabar lampu hijau tersebut. (rt/sabq)

Konglomerat Yordania Mengaku Tidak Ditahan Di Saudi, Anggota Parlemen Yordania Tidak Percaya

Konglomerat Yordania Sabih Al-Masri membantah kabar bahwa dirinya ditahan di Arab Saudi, namun para anggota parlemen Yordania meragukan pengakuan Al-Masri dan menyoal mengapa dia belum pulang ke Yordania sebagaimana pernah terjadi pada Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri.

Semula beredar kabar di berbagai media dan kalangan netizen Arab bahwa otoritas Saudi menahan Al-Masri karena dianggap terlibat dalam beberapa “kasus korupsi”. Namun, Ahad (17/12/2017), dia membantah kabar itu dengan mengatakan, “Saya tidak ditahan, dan tidak pula diinterogasi. Mereka menanyakan pertanyaan kewajiban saja. Tidak ada interogasi ataupun penahanan. Saya di rumah bersama keluarga.”

Menurut kabar itu, Al-Masri yang berdarah Palestina dan menjabat komisaris Arab Bank ditahan oleh otoritas Saudi ketika dia berkunjung ke Riyadh, ibu kota Saudi.

Menanggapi kabar yang dilansir Reuters tentang pengakuan Al-Masri tersebut, anggota parlemen Yordania Salih Al-Armouti mengatakan kepada Sputnik bahwa pengakuan  Al-Masri tak dapat dapat diyakini selagi dia masih “ditahan” di Saudi.

Al-Armouti menambahkan bahwa tak ada alasan bagi Al-Masri memperpanjang waktu keberadaannya di Riyadh sementara tugasnya di sana sudah selesai sehingga tentunya sudah pulang ke Amman, ibu kota Yordania, seandainya tidak ditahan.

“Konteks peristiwa menunjukkan bahwa pengusaha Sabih Al-Masri memang ditahan di Riyadh, sedangkan pernyataan dia dalam kondisi demikian tidak dapat diandalkan. Pernyataan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri ketika berada di Riyadh sama persis dengan pernyataan Al-Masri,” ungkap Al-Armouti.

Dia juga menyoal, “Al-Masri sudah menyelesaikan tugasnya dan seharusnya pulang ke Amman karena dia memiliki jadwal makan malam bersama dengan para tokoh pebisnis, tapi tiba-tiba dia meminta maaf atas kejadian itu. Pada prinsipnya dia sudah menyelesaikan tugasnya di Riyadh, lantas untuk apa dia bertahan di sana sampai beberapa hari kemudian?”

Senada dengan ini, Khalil Atiyya yang juga anggota parlemen Yordania mengatakan, “Otoritas Saudi pada hari Ahad telah membebaskan pengusaha Palestina-Saudi Sabih Al-Masri yang semula ditahan di Riyadh sejak Selasa lalu.”

Dia menambahkan bahwa Al-Masri berada dalam perjalanan pulang menuju Amman.

Al-Masri juga dikenal sebagai pendiri Palestine Securities Exchange, dan mengelola sejumlah perusahaan investasi dan institusi keuangan di Timteng, termasuk Arab Bank, dan luar kawasan Timteng.

Arab Bank, yang bermarkas di Amman merupakan penyalur kredit terbesar di  Yordania dan menjadi motor penggerak ekonomi di Timur Tengah dan Afrika Utara lewat layanan kreditnya. (sputnik/aljazeera)

Al-Baghdadi Dikabarkan Ada Di Pangkalan AS Di Suriah,Pentagon Enggan Berkomentar

Kemhan Amerika Serikat (AS), Pentagon, enggan berkomentar mengenai kabar bahwa gembong kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Abu Bakar Al-Baghdadi, “tertangkap” dan dibawa ke salah satu pangkalan militer AS di Suriah.

Jubir Pentagon Mayor Adrin Rankin-Galloway saat ditanya kantor berita TASS milik Rusia tentang ini, Minggu (17/12/2017), mengatakan, “Tak ada komentar tentang ini.”

Sebelumnya di hari yang sama surat kabar Turki Yenisafak mengutip keterangan sumber-sumber Suriah bahwa Al-Baghdadi sudah diringkus di Irak tapi kemudian dipindah ke pangkalan militer AS di kota Ras Al-Ain, provinsi Hasakah, Suriah utara, lalu dipindah lagi ke pangkalan lain di Ramilan di provinsi yang sama.

Keterangan itu juga menyebutkan bahwa bersama Al-Baghdadi ditangkap tujuh petinggi ISIS lainnya, satu di antaranya warga negara Irak sedangkan sisanya non-Suriah atau non-Irak. (rayalyoum)

Kemhan Iran Pamerkan Tudal Balistik Anti Radar

Kemhan Iran memamerkan rudal balistik canggih “Zolfaqar” buatan dalam negeri di Universitas Teknologi Amir Kabir, Teheran, Minggu (17/12/2017).

Disebutkan pula rudal balistik ini sepanjang 8.86 meter dengan diameter 61 centimeter dan bobot 450 kilogram ini memiliki jarak jelajah sekira 700 – 750 kilometer, berbahan bakar padat, dan berkemampuan berkelit dari deteksi radar.

Rudal Zolfaqar merupakan generasi baru rudal “Fateh” yang dipastikan memiliki presisi sangat tinggi dalam membidik sasaran serta berkemampuan menon-aktifkan efek gelombang elektronik yang digunakan oleh pihak lawan untuk mengalihkan rudal dari target.

Pada 18 Juni lalu Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) telah menghancurkan beberapa markas dan posisi kelompok teroris ISIS di Deir Ezzor, Suriah, dengan rudal Zolfaqar. Saat itu IRGC juga memublikasi beberapa video yang merekam tingginya akurasi rudal ini dalam melumat sasaran.  (fna)