Rangkuman Berita Timteng Senin 1 Januari 2018

iran pesiden hassan rouhaniJakarta, ICMES: Presiden Iran Hassan Rouhani mengecam Presiden Amerika Serikat (AS) Hassan Rouhani dan menyebutnya tak layak berlagak bersimpati kepada para demonstran yang memrotes pemerintah Iran.

Arab Saudi menunjukkan kegembiraanya atas maraknya unjuk rasa protes yang melanda Iran sejak Kamis lalu (28/12/2017). Melalui medsos Twitter, Saudi berharap di Iran gerakan yang dapat menjatuhkan apa yang disebutnya “rezim mullah”.

Aksi demo memprotes pemerintah yang berlangsung di Iran sejak hari Kamis 28/12/17) merenggut nyawa 2 orang, namun bukan oleh peluru aparat.

Berita selengkapnya;

Saudi  Soraki Maraknya Unjuk Rasa Protes Di Iran

Arab Saudi menunjukkan kegembiraanya atas maraknya unjuk rasa protes yang melanda Iran sejak Kamis lalu (28/12/2017). Melalui medsos Twitter, Saudi berharap di Iran gerakan yang dapat menjatuhkan apa yang disebutnya “rezim mullah”.

Para pengguna Twitter Saudi memviralkan rekaman video aksi para demonstran Iran mengecam pemimpin besar Iran Ayatullah Ali Khamenei dan Presiden Hassan Rouhani. Padahal, media Iran sendiri juga melaporkan aksi-aksi unjuk rasa itu dan menyebutnya sebagai unjuk rasa menolak korupsi, kemiskinan, mahalnya harga barang, dan pengangguran, sehingga membuktikan hidupnya demokrasi dan kebebasan pers di negeri ini, sementara media Saudi tak pernah menikmati demokrasi dan kebebasan ini.

Pasukan cyber Saudi menyebut apa yang terjadi di Iran sebagai “revolusi”, dan membuat berbagai hashtag di mana yang terbaru di antaranya adalah “kebangkitan rakyat Iran”.  Para pengguna Twitter Saudi menganggap aksi demo di Iran itu sebagai kemenangan bagi Saudi.

Pasukan cyber Saudi juga menyambut gembira ciutan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang antara lain menyatakan bahwa rezim diktator tidak bisa bertahan untuk selamanya, dan bahwa rakyat Iran pada akhirnya akan bertindak dan menggulingkan rezim itu. Padahal, media Barat sendiri justru mengingatkan Trump agar tidak mencampuri urusan internal karena, sebagaimana yang sudah-sudah, hasilnya hanya akan kontraproduktif, sebab kebencian terhadap AS sudah mendarah daging pada rakyat Iran, terlepas dari pemerintahnya.

Arab Saudi begitu peduli unjuk rasa kontra pemerintah Iran yang terjadi di sekitar 10 kota dan daerah Iran, namun mengabaikan unjuk rasa akbar pro pemerintah yang mewarnai semua kota dan daerah Iran Sabtu lalu (30/12/2017). (rayalyoum/alalam)

Rouhani: Trump Tak Layak Bersimpati Kepada Para Demonstran Iran

Presiden Iran Hassan Rouhani mengecam Presiden Amerika Serikat (AS) Hassan Rouhani dan menyebutnya tak layak berlagak bersimpati kepada para demonstran yang memrotes pemerintah Iran.

“Presiden Amerika Donald Trump tak layak berlagak bersimpati kepada para pemrotes Iran setelah beberapa bulan lalu dia menyebut bangsa Iran sebagai teroris. Orang ini juga sepenuhnya anti bangsa Iran sehingga tak patut berlagak bersimpati pada bangsa Iran,” kata Rouhani, Minggu (31/1/2017).

Seperti diketahui, aksi protes yang dilancarkan oleh ratusan hingga ribuan massa telah terjadi beberapa kota dan daerah Iran, termasuk Masyhad, kota terbesar kedua di Iran, sejak Kamis lalu. Namun kemudian juga terjadi unjuk rasa tandingan yang pro-pemerintah dengan skala yang jauh lebih besar.

Rouhani mengatakan bahwa bangsa Iran adalah bangsa yang merdeka dan haknya dilindungi sepenuhnya oleh konstitusi dalam menyampaikan kritikan dan bahkan protesnya, namun harus dengan cara yang konstruktif bagi negara dan kehidupan masyarakat, bukan malah menguntungkan pihak-pihak yang memusuhi Iran.

“Apakah cara itu tepat dan membantu kemaslahatan bangsa ini, ataukah membantu interes pihak lain?” soalnya.

Dia mengingatkan bahwa pemerintahannya tidak menolerir sekelompok orang yang bermaksud merusak fasilitas publik dan membuat huru-hara di tengah masyarakat.

Rouhani kemudian mengapresiasi otoritas keamanan karena dapat menahan diri dan tidak terpancing untuk melakukan tindakan represif. (rayalyoum/alalam)

Jejak Keterlibatan Asing Ditemukan dalam Aksi Demo di Iran

Aksi demo memprotes pemerintah yang berlangsung di Iran sejak hari Kamis 28/12/17) merenggut nyawa 2 orang, namun bukan oleh peluru aparat. Demikian dinyatakan seorang pejabat Iran pada Minggu (31/12/17).

Pejabat hubungan politik dan keamanan Provinsi Lorestan, Habibollah Khojastepour, menyatakan, dalam demonstrasi di kota Dorood, peserta aksi bentrok dengan polisi.

“Selama bentrokan, tidak ada peluru yang ditembakkan oleh militer [Iran], dan pasukan keamanan kepada demonstran,” kata Khojastepour.

Khojastepour lebih jauh lagi menuding kelompok takfiri dan badan intelijen asing sebagai dalang di balik bentrokan berdarah ini. Di antara para pendemo juga ditemukan senjata api.

“Dalam bentrokan ini, tujuan kami adalah untuk menghentikan demonstrasi secara damai, namun akibat kehadiran kelompok takfiri dan anasir badan intelijen asing, dua orang tewas,” katanya.

Mantan juru bicara luar negeri Iran, Hamid Reza Asefi, menyatakan rezim Arab Saudi mencoba mengambil keuntungan dari unjuk rasa ini, yaitu untuk mencapai tujuan politik dan memicu kekacauan. Demikian pernyataan dari

“Pemerintah Saudi dan Amerika berniat mengubah tuntutan ekonomi rakyat (Iran) menjadi ketegangan dan kekacauan dan mengambil keuntungan politik dari situasi tersebut,” katanya, Sabtu (30/12/17).

Ia menjelaskan aksi demo di sejumlah kota Iran adalah bentuk kebebasan berekspresi di negara itu. Sejumlah media oposisi pemerintah Iran pun telah mengonfirmasikan bahwa aksi ini bertujuan untuk memprotes masalah ekonomi. Namun demikian media mainstream memberitakan bahwa aksi demo ini bertujuan untuk ‘mengganti rezim’. (presstv/tasnim)