Rangkuman Berita Timteng Selasa 28 November 2017

tentara emiratJakarta, ICMES: Sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) peduli hak asasi manusia (HAM) telah mengadukan Uni Emirat Arab (UEA) kepada Pengadilan Kejahatan Internasional  (International Criminal Court/ICC) dengan dakwaan melakukan kejahatan perang di Yaman.

Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mendesak kelompok pejuang Hizbullah yang didukung Iran agar berhenti melakukan campur tangan di luar negeri dan menerima kebijakan “netral” demi menyudahi krisis politik di Lebanon.

Surat kabar Daily Mail (DM) mengungkap keterlibatan Inggris dalam invasi militer Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman.

Sebuah laporan intelijen Israel menyatakan adanya kesamaan kepentingan antara negara Zionis ini dan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah, meskipun untuk “sementara waktu” akibat adanya “musuh bersama” berupa Iran.

Berita selengkapnya;

Emirat Diadukan Sebagai Penjahat Perang Di Mahkamah Internasional

Sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) peduli hak asasi manusia (HAM) telah mengadukan Uni Emirat Arab (UEA) kepada Pengadilan Kejahatan Internasional  (International Criminal Court/ICC) dengan dakwaan melakukan kejahatan perang di Yaman.

UEA merupakan salah satu anggota utama koalisi Arab pimpinan Arab Saudi yang melancarkan intervensi militer ke Yaman dengan dalih membela pemerintahan yang sah.

Pasehat hukum Organisasi Arab untuk HAM (Arab Organisation for Human Rights/AOHR), Joseph Breham, mengatakan kliennya mendakwa UEA telah melakukan “serangan membabi buta terhadap warga sipil.”

AOHR yang berbasis di London juga menuduh UEA telah menggunakan bom terlarang cluster dan menyewa tentara bayaran untuk melakukan penyiksaan dan eksekusi.

Kepala Jaksa ICC Fatou Bensouda harus memutuskan apakah akan membuka penyelidikan pendahuluan atau tidak. Yaman dan UEA bukan penandatangan Statuta Roma yang mendasari pengadilan di Den Haag sehingga dia hanya memiliki yurisdiksi jika ada warga negara lain terlibat.

“Keluhan kami menarget  tindakan yang dilakukan  di wilayah Yaman oleh UEA yang tidak mengakui ICC,” kata Breham.

Tapi dia menambahkan, “Pelakunya adalah tentara bayaran yang dipekerjakan oleh UEA dan berasal dari Kolombia, Panama, El Salvador, Afrika Selatan atau Australia, negara-negara yang mengenal ICC.”

Karena itu, menurutnya, pengadilan dapat melakukan penyelidikan dan mendakwa pasukan UEA melakukan “serangan udara yang menyasar rumah  warga sipil, rumah sakit, dan sekolah”.

Pada Juni 2017 lembaga Human Right Wath (HRW) menyatakan bahwa UEA mengelola sedikitnya “dua fasilitas penahanan informal” di Yaman, namun Abu Dhabi membantahnya.

Pada September lalu Dewan HAM PBB setelah mengadakan perundingan yang bertele-tele mengirim para ahli internasional untuk menyelediki kemungkinan terjadinya kejahatan perang di Yaman.

Perang ini telah menjatuhkan korban tewas lebih dari 8000 orang dan korban luka lebih dari 50,000 orang. Para korban ini sebagian besar adalah warga sipil korban serangan udara pasukan koalisi Arab sejak Maret 2015.

Sementara itu, jubir Sekjen PBB Stephane Dujarric menyatakan pasukan koalisi pimpinan Saudi telah menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Yaman, meskipun Saudi sudah mengumumkan bahwa pihaknya telah memperkenankan masuknya bantuan kemanusiaan ke Yaman melalui pelabuhan laut Hudayda dan Al-Salif  serta pelabuhan udara Sanaa yang dikuasai oleh kelompok Ansarullah (Houthi) yang diperangi oleh Saudi dan sekutunya.

“Ada halangan-halangan yang terkait dengan pasukan koalisi bagi penyampaian bantuan,” kata Dujarric.

Dia juga menegaskan, “Kami menginginkan jaminan sampainya bantuan kemanusiaan tanpa syarat, baik melalui laut maupun udara dan darat. Kebutuhan kemanusiaa sangat besar, dan penderitaan orang-orang Yaman masih belum selesai.”  (afp/rayalyoum)

Hariri Akan Mundur Lagi Jika Hizbullah Tidak Mengubah Keadaan

Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mendesak kelompok pejuang Hizbullah yang didukung Iran agar berhenti melakukan campur tangan di luar negeri dan menerima kebijakan “netral” demi menyudahi krisis politik di Lebanon.

“Saya tidak ingin ada partai politik dalam pemerintahan saya campur tangan di negara-negara Arab terhadap negara-negara Arab lain… Saya menantikan netralitas yang sudah kami sepakati dalam pemerintahan. Kita tidak bisa mengatakan satu hal lalu melakukan hal lain,” katanya dalam wawancara dengan CNews milik Perancis, Senin (28/11/2017).

Dia mengancam akan mengajukan pengunduran diri lagi dari jabatan perdana menteri jika Iran dan Hizbullah menolak “keseimbangan politik” yang dia representasikan.

“Keseimbangan pemerintahan bisa jadi akan berubah sesuai perundingan mendatang, dan saya siap untuk pemilu sebelum waktunya,” tuturnya.

Mengenai Iran dia mengatakan bahwa negara republik Islam ini telah menyebabkan Hizbullah bercampur tangan di kawasan sekitar, dan demi menciptakan “benturan positif” dia akan mundur jika Hizbullah menolak perubahan atas kondisi yang ada sekarang.

Sedangkan mengenai Saudi dia menyebut putera mahkota negara ini “reformis besar”. Dia juga masih bersikukuh bahwa dia sendiri yang membuat pernyataan mundur ketika berada di Riyadh pada 4 November lalu. (rayalyoum/france24)

Daily Mail: Inggris Diam-Diam Terlibat Dalam Invasi Saudi Ke Yaman

Surat kabar Daily Mail (DM) mengungkap keterlibatan Inggris dalam invasi militer Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman.

Surat kabar Inggris ini dalam laporannya Minggu (26/11/2017) menyebutkan bahwa lebih dari 50 tentara Inggris secara diam-diam telah melatih tentara Saudi agar mahir dalam “perang kotor” Yaman yang berkobar sejak tahun 2015 hingga menewaskan ribuan orang akibat serangan udara serta menyebabkan sekira satu juta anak kecil Yaman terancam bahaya kelaparan dan wabah penyakit.

DM mengutip keterangan anggota parlemen dan mantan menteri pembangunan internasional Inggris Andrew Mitchell bahwa “keterlibatan tentara Inggris dalam perang ini merupakan bagian dari kolusi yang memalukan bagi Inggris dalam penderitaan ini” sehingga dia mendesak pemerintah menjelaskan kepada Majelis Rendah mengenai peranan negara ini dalam operasi militer Saudi di Yaman.

“Saya tidak ragu bahwa parlemen akan meminta penjelasan mengenai pelatihan ini di tengah keprihatinan terhadap tragedi kemanusiaan yang terlihat di Yaman,” imbuhnya.

Dia menegaskan bahwa Inggris telah melakukan kolusi yang memprihatinkan dalam perang ini dan dengan cara yang melanggarkan Kesepakatan Jenewa.

DM menyebutkan bahwa mengingat merebaknya keprihatinan mengenai operasi militer Saudi di Yaman tidak seharusnya ada “operasi jalur-jalur silang.” Operasi ini terungkap secara tidak disadari ketika di akun Facebook Royal Scots muncul foto-foto pelatih Inggris berdiri di depan peta Yaman sembari menjelaskan skenario strategi.

Kemhan Inggris lantas mengatasi masalah ini dengan menghapusnya pada sekira 20 menit sejak foto-foto itu diposting sehingga ada wartawan yang segera menghubungi Kemhan untuk menanyakan masalah ini.

Menurut DM, Inggris juga telah menjual senjata senilai miliaran Pound Sterling, dan ada dugaan bahwa bom-bom buatan Inggris telah digunakan dalam seranga udara koalisi pimpinan Saudi ke Yaman.

DM juga menyebutkan bahwa PBB menyelidiki “tragedi kemanusiaan terburuk dalam sejarah modern” yang telah menewaskan lebih dari 10,000 orang selama pasukan koalisi iArab menyerang Yaman sejak tahun 2015 tersebut. (alalam)

ITIC: Ada Aliansi Israel-ISIS Untuk Melawan Iran

Sebuah laporan intelijen Israel menyatakan adanya kesamaan kepentingan antara negara Zionis ini dan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah, meskipun untuk “sementara waktu” akibat adanya “musuh bersama” berupa Iran.

Pusat Informasi Intelijen dan Terorisme Meir Amit (Meir Amit Intelligence and Terrorism Information Center/ITIC) yang bernaung di bawah Kemlu Israel, Senin (28/11/2017), menjelaskan bahwa perlawanan terhadap eksistensi Iran di Suriah menimbulkan sebentuk aliansi antara Israel dan ISIS

Laporan ini menyebutkan bahwa Israel tidak kuatir lagi terhadap ISIS karena keresahan Israel mengarah kepada keberadaan militer Iran di Suriah, dan ISIS masih memiliki kemampuan tempur yang tinggi, akan kembali ke perang gerilya, dan bisa jadi akan melancarkan pola  “hit and run”  terhadap pasukan Iran di Suriah setelah kelompok ini berantakan.

Menurut laporan ini, Iran dan kelompok-kelompok bersenjata yang bersekutu dengannya akan berusaha membuka front anti-Israel di Suriah, dan akan memperkuat Hizbullah untuk melawan Israel. (jerussalempost)