Rangkuman Berita Timteng Selasa 15 Agustus 2017

iran dan arab saudiJakarta, ICMES: Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmani Fazli menanggapi positif permintaan Saudi kepada Baghdad supaya Irak memediasi hubungan Saudi dengan Iran.

Putera Mahkota Arab Saudi Mohammad Bin Salman mengaku “ingin keluar” dari perang Yaman yang berlangsung dua tahun.

Humas Unit Drone Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) di Teluk Persia menyatakan pihaknya akan terus mengoperasikan pesawat nirawaknya untuk patroli secara cermat di wilayah teritorialnya tanpa menggubris agitasi pasukan asing yang bercokol di Teluk Persia.

Gubernur provinsi Anbar, Irak, Suhaib al-Rawi, mengumumkan bahwa pintu perbatasan Arar antara Irak dan Arab Saudi kembali dibuka setelah ditutup selama kurun waktu 26 tahun.

Serangan udara pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS) di kota Raqqa di kawasan timur laut Suriah menjatuhkan belasan korban tewas yang sebagian besar anak kecil dan kaum perempuan.

Berita selengkapnya;

Saudi Minta Mediasi Irak, Ini Tanggapan Iran

Kabar mengenai pernyataan Menteri Dalam Negeri Irak Qasim Al-Araji bahwa Putera Mahkota Arab Saudi Mohammad Bin Salman telah mengajukan permohonan resmi kepadanya supaya Irak menengahi hubungan Saudi dengan Iran mengundang perhatian banyak pihak sehingga menjadi headline beberapa media dunia.

Laman berita RT melaporkan bahwa al-Araji telah meminta otoritas Saudi  menghormati jemaah haji Iran antara lain dengan memperkenankan mereka berziarah ke Makam Baqi, demi membantu mencairkan hubungan Riyadh dengan Teheran.

Menanggapi pernyataan al-Araji tersebut, Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmani Fazli mengatakan bahwa pihak yang memutus hubungan negaranya dengan Saudi bukanlah Teheran, melainkan Riyadh sendiri.

“Bukan kami yang memutuskan hubungan kami dengan Saudi,” katanya.

Menurut al-Araji, Iran menanggapi positif permintaan Saudi tersebut, dan Saudipun berjanji juga akan memberikan respon positif terhadap persyaratan Iran.

Kabar tersebut juga dilansir oleh beberapa media lain termasuk Sputnik milik Rusia, Al-Jazeera milik Qatar, kantor berita Jerman DPA, Ray al-Youm yang berbasis di Inggris, al-Youm7 yang berbasis di Mesir, kanal berita Irak al-Iraqiya, kantor berita Kurdi Rudaw.

Seperti telah diberitakan, al-Araji dalam pertemuan dengan sejawatnya dari Iran, Abdolreza Rahmani Fazli, Ahad lalu (13/8/2017), mengatakan, “Putra mahkota Saudi secara resmi meminta saya agar Irak menjadi mediator untuk menangani ketegangan Saudi-Iran.”

Al-Araji bahkan mengatakan bahwa permintaan serupa juga disampaikan Raja Salman. (irna)

Bocoran Email Ungkap Keinginan Saudi Keluar Dari Perang Yaman

Putera Mahkota Arab Saudi Mohammad Bin Salman mengaku “ingin keluar” dari perang Yaman yang berlangsung dua tahun. Pengakuan ini dia sampaikan kepada dua mantan pejabat Amerika Serikat (AS) sembari menyatakan “baik-baik saja” soal keterlibatan Washington dalam interaksi dengan musuh bebuyutannya, Iran. Demikian terungkap dalam bocoran email yang didapat dan dilansir oleh Middle East Eye yang berbasis di London, Senin (14/8/2017).

Pewaris tahta Saudi berusia 31 tahun itu mengungkapkan niatnya tersebut kepada mantan duta besar AS untuk Israel Martin Indyk  dan mantan penasihat keamanan nasional AS Stephen Hadley setidaknya satu bulan sebelum Saudi menuduh Qatar bersekongkol dengan Iran dan melemahkan koalisi pimpinan Saudi  dalam perang Yaman.

Rincian mengenai pertemuan tersebut termuat dalam thread email antara Indyk dan Dubes Uni Emirat Arab (UEA) di Washington yang diperoleh oleh kelompok kampanye  GlobalLeaks.  Disebutkan bahwa Indyk dan Otaiba telah mendiskusikan “pragmatisme” pangeran Saudi yang menyimpang dari posisi publik yang diadopsi negara kerajaan ini. (mee)

Ini Pernyataan IRGC Soal Drone Iran Di Dekat Kapal Induk AS

Humas Unit Drone Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) di Teluk Persia menyatakan pihaknya akan terus mengoperasikan pesawat nirawaknya untuk patroli secara cermat di wilayah teritorialnya tanpa menggubris agitasi pasukan asing yang bercokol di Teluk Persia.

Pernyataan ini disampaikan IRGC, Senin (14/8/2017), dalam sebuah statemennya setelah Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) menebar pernyataan mengenai mendekatnya nirawak Iran ke kapal induk Nimitz milik AS di Teluk Persia secara berbahaya dan tidak profesional.

“Misi patroli udara kami di zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ)  Iran akan terus dilakukan sebagaimana biasa dan rutin setiap hari dengan mengindahkan undang-undang yang berlaku,” ungkap IRGC.

IRGC menyebut statemen Angkatan Laut AS tak berdasar karena mengklaim bahwa penerbangan nirawak Iran berbahaya.

IRGC menegaskan bahwa pesawat-pesawat nirawaknya dilengkapi standar navigasi dan dikendalikan secara cermat dan profesional, sementara klaim AS justru “menunjukkan kelemahan sistem identifikasinya atau memang sengaja mencari-cari kesalahan pihak lain.”

Di bagian akhir statemennya iRGC menggaris bawahi bahwa nirawak Iran akan terus menjalankan misi patroli udaranya secara cermat dan kontinyu demi menjaga wilayah perbatasannya tanpa mengindahkan upaya pasukan asing menekan nyali Iran di Teluk Persia. (irna)

Setelah 26 Tahun, Perbatasan Saudi-Irak Dibuka

Gubernur provinsi Anbar, Irak, Suhaib al-Rawi, mengumumkan bahwa pintu perbatasan Arar antara Irak dan Arab Saudi kembali dibuka setelah ditutup selama kurun waktu 26 tahun.

“Pihak Irak dan pihak Saudi sore hari ini telah membuka kembali pintu perbatasan ini untuk para musafir niaga kedua pihak, “ ungkap al-Rawi, Senin (14/8/2017).

Dia menambahkan, “Kuasa Usaha Arab Saudi di Baghdad, Abdul Aziz al-Shammari, dan Dubes Irak di Riyadh, Rushdi al-Ani, telah meresmikan pembukaan pintu perbatasan ini.”

Putera Mahkota Arab Saudi Mohammad Bin Salman dalam sidang dewan negara kerajaan ini di hari yang sama juga memberitahukan ihwal pembukaan pintu perbatasan Arar dan menyatakan berharap terjadi perluasan hubungan Riyadh-Baghdad.

Hubungan Saudi dengan Irak dalam beberapa bulan terakhir ini memasuki babak baru menyusul kunjungan Menlu Saudi Adel al-Jubeir ke Baghdad dan lawatan Perdana Menteri Irak Haider Abadi ke Riyadh. (irna)

Serangan Koalisi Internasional Tewaskan 17 Warga Sipil Di Suriah

Serangan udara pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS) di kota Raqqa di kawasan timur laut Suriah menjatuhkan belasan korban tewas yang sebagian besar anak kecil dan kaum perempuan, Senin (14/8/2017).

Sumber-sumber rumah sakit kota Raqqa kepada kantor berita Jerman, DPA, mengatakan, “17 orang yang sebagian besar perempuan dan anak kecil terbunuh, dan lebih dari 24 lainnya luka-luka dalam serangan udara jet-jet tempur koalisi internasional dan artileri Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) terhadap distrik-distrik di kota Raqqa yang terkepung.”

Beberapa hari sebelumnya puluhan keluarga yang terkepung di Raqqa meminta kepada organisasi-organisasi peduli kemanusiaan agar memberikan pertolongan dan mengevakuasi mereka secepatnya.

Dilaporkan bahwa SDF telah memasuki kota Raqqa dari beberapa arah dan terus bergerak maju dengan dukungan serangan udara pasukan koalisi internasional dalam perang melawan kelompok teroris takfiri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). (rayalyoum)