Rangkuman Berita Timteng Sabtu 4 November 2017

nasrallah dan velayatiJakarta, ICMES: Pesenahat Pemimpin Besar Iran urusan internasional, Ali Akbar Velayati, menyatakan agenda Amerika Serikat kandas di Irak maupun Suriah, dan SAA akan terus bergerak sampai membebaskan kota Raqqa di bagian utara Suriah.

Pasukan Irak berhasil membebaskan dan merebut kembali kota kecil Al-Qaim di bagian barat negara ini dari tangan ISIS,dan dengan demikian berakhirlah tahap pertama operasi militer penumpasan kelompok teroris berfaham Salafi/Wahabi ini di kantung terakhirnya di Irak.

Pasukan Arab Suriah (SAA) yang didukung pasukan relawan daerah Hader, provinsi Quneitra, berhasil menguasai sejumlah titik wilayah yang semula dimasuki oleh kelompok teroris Jabhat Al-Nusra yang dengan Israel dari arah barat  daerah tersebut.

Militer Rusia menuding pasukan Amerika Serikat (AS) melakukan tindakan yang dapat dianggap sebagai kejahatan perang, yaitu mencegah sampainya bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Suriah.

Berita selengkapnya;

Berkunjung Ke Lebanon, Tokoh Senior Iran Ini Nyatakan SAA Akan Bebaskan Raqqa

Pesenahat Pemimpin Besar Iran urusan internasional, Ali Akbar Velayati, dalam kunjungannya ke Beirut, ibu kota Lebanon, Jumat (3/11/2017), menegaskan bahwa agenda Amerika Serikat (AS) kandas di Irak maupun Suriah, dan SAA akan terus bergerak sampai membebaskan kota Raqqa di bagian utara Suriah.

Dalam jumpa pers usai pertemuan dengan ketua parlemen Lebanon, Nabih Berri, Veleyati mengatakan bahwa Pasukan Arab Suriah (SAA) dalam waktu dekat ini akan bergerak maju di berbagai kawasan di sebelah timur Sungai Furat.

Dia menuding AS sengaja berposisi di kawasan Timur Suriah dengan tujuan membelah Suriah menjadi dua bagian.

“AS tidak akan berhasil di Irak, dan tidak akan berhasil pula di Suriah,” katanya.

Mantan Menlu Iran ini menjelaskan bahwa SAA akan terus bergerak maju bahkan sampai membebaskan  kota Raqqa yang direbut oleh Pasukan Demokrasi Suriah (aliansi Arab-Kurdi) yang didukung AS dari kelompok teroris ISIS pada pertengahan Oktober lalu.

Pada kesempatan lain usai pertemuan dengan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri di kantornya di pusat kota Beirut Velayati menyebut “kemenangan atas organisasi teroris ISIS merupakan kemenangan bagi kita semua” dan memastikan bahwa kawanan teroris berfaham Salafi/Wahabi ini didukung oleh Rezim Zionis Israel dan AS.

Mengenai Irak, Velayati menyambut baik tindakan pemerintah pusat Irak terhadap pemerintah otonomi Kurdistan Irak. Dia menilai keberhasilan Irak mengatasi gerakan separatisme juga merupakan bagian dari rangkaian kemenangan.

Sedangkan mengenai Lebanon dia  mengatakan bahwa Iran mendukung stabilitas Lebanon dan menilai kemenangan negara ini atas terorisme sebagai kemenangan kubu resistensi anti Israel.

Ali Akbar Velayati juga di hari yang sama juga mengadakan pertemuan dengan Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah untuk membicarakan perkembangan situasi politik di Lebanon, Suriah, dan Timteng secara umum.

Hizbullah dalam statemennya menyatakan bahwa Sayyid Nasrallah telah menerima kunjungan Velayati yang datang bersama  Dubes Iran untuk Lebanon, Sayyid Mohammad Fathali. (rayalyoum)

PM Irak Umumkan Pembebasan Kota Al-Qaim, Ini Misi Al-Hashd Al-Shaabi Selanjutnya   

Pasukan Irak berhasil membebaskan dan merebut kembali kota kecil Al-Qaim di bagian barat negara ini dari tangan ISIS,dan dengan demikian berakhirlah tahap pertama operasi militer penumpasan kelompok teroris berfaham Salafi/Wahabi ini di kantung terakhirnya di Negeri 1001 Malam, Jumat (3/11/2017).

Perdana Menteri Irak, Haider Abadi, dalam sebuah statemennya tentang ini mengucapkan selamat kepada “bangsa Irak atas keberhasilan para pejuang gagah berani merebut dan membebaskan Al-Qaim dalam tempo relatif singkat”, setelah pasukan Irak yang didukung relawan Al-Hashd Al-Shaabi menyerbu kota di perbatasan Irak-Suriah ini pada Jumat pagi.

Dengan demikian maka misi pasukan Irak sekarang tinggal merebut daerah Rawa yang bersebelahan dengan Al-Qaim dan kawasan sahara di provinsi Anbar untuk kemudian mengumumkan pembebasan seluruh wilayah Irak yang semula dikuasai ISIS di sejumlah provinsi sejak tahun 2014.

Pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat menyebut operasi Al-Qaim “perang besar terakhir” anti ISIS, dan diharapkan akan berakhir dengan pertemuan pasukan Irak di sisi perbatasan untuk mengepung ISIS di kawasan Wadi Al-Furat yang membentang dari Deir Ezzor di Suriah timur hingga Al-Qaim di Irak barat.

Sementara itu, pemimpin Al-Hashd Al-Shaabi, Haji Abu Mahdi Al-Muhandis, mengatakan bahwa misi pasukan relawan Irak ini selanjutnya ialah menjalankan operasi penyisiran dalam dua hari ke depan sebelum kemudian menguasai perbatasan.

“Operasi pembersihan dan penyisiran kawasan pusat Al-Qaim berlanjut setelah kota ini dibebaskan secara total dari kekuasaan ISIS. Operasi pembersihan ini akan berakhir dalam dua hari ke depan,” katanya.

Dia menambahkan, “Setelah itu Al-Hashd Al-Shaabi akan bergerak untuk memegang perbatasan Irak-Suriah sepenuhnya.” (rayalyoum/alalam)

SAA Rebut Kawasan Yang Diduduki Jabhat Al-Nusra Yang Dibantu Israel

Pasukan Arab Suriah (SAA) yang didukung pasukan relawan daerah Hader, provinsi Quneitra, berhasil menguasai sejumlah titik wilayah yang semula dimasuki oleh kelompok teroris Jabhat Al-Nusra yang dengan Israel dari arah barat  daerah tersebut.

Sumber Suriah di Quneitra, Khalid Abada, mengatakan, “Para pakar militer rezim pendudukan (Israel) telah membantu para teroris itu dalam menyerang Hader di Quneitra.”

Dia memastikan bahwa Rezim Zionis Israel memberikan bantuan kesehatan dan lain-lain kepada kawanan teroris cabang Al-Qaeda tersebut dalam melancarkan serangan di wilayah Quneitra.

Sebelumnya, SAA dan pasukan relawan itu telah mempertahankan daerah Hader dan menangkal serangan hebat kawanan teroris yang didukung Israel dari dua arah. (alalam)

Militer Rusia Tuding AS Lakukan Kejahatan Perang Di Suriah

Militer Rusia menuding pasukan Amerika Serikat (AS) melakukan tindakan yang dapat dianggap sebagai kejahatan perang, yaitu mencegah sampainya bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Suriah.

Pusat Rusia Untuk Rekonsiliasi Suriah menyatakan bahwa kondisi kemanusiaan sangat buruk di kawasan perbatasan Tanaf antara Yordania dan Suriah yang menjadi tempat konsentrasi pasukan koalisi internasional pimpinan AS.

Pusat Rusia ini menjelaskan, “Kondisi kemanusiaan yang paling mendesak terjadi di kawasan Tanaf karena AS membuat pangkalan militer di sana secara ilegal dan menerapkan larangan mendekatinya sejarak minimal 55 kilometer sehingga puluhan ribu orang tidak dapat memperoleh bantuan kemanusiaan.”

Pusat Rusia kemudian menegaskan, “Perbuatan militer AS dan apa yang disebut ‘koalisi internasional’ merupakan pelanggaran keras terhadap HAM dan dapat disebut sebagai kejahatan perang.”

Di pihak lain, juru bicara Kemhan AS Pentagon, Eric Bahon, menyatakan bahwa jarak 55 kilometer yang disebutkan oleh militer Rusia itu merupakan kawasan de-eskalasi yang disepakati AS dengan Rusia untuk mengantisipasi kontak senjata antara pasukan AS dan pasukan Rusia.

Pada awal Oktober lalu militer Rusia menuding AS memberikan bantuan kepada kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dari kawasan Tanaf.

Kawasan Tanaf digunakan oleh pasukan khusus AS dan Inggris sebagai pangkalan militer untuk pelatihan milisi oposisi Suriah dengan dalih untuk memerangi kelompok teroris Salafi/Wahabi ISIS. (alalam)