Rangkuman Berita Timteng,  Sabtu 24 Juni 2017

baleho kemusnahan israelJakarta, ICMES: Jutaan rakyat Iran menggelar unjuk rasa akbar di berbagai kota besar dan daerah negara ini dalam rangka memperingan Hari al-Quds Internasional.

Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah menyebut Kerajaan Arab Saudi terlalu ringkih dan penakut untuk dapat memerangi Iran.

Jaringan berita TV Al-Jazeera menyatakan bahwa segala upaya untuk menutup TV berbasis satelit ini tak ubahnya dengan upaya “membungkam media yang bebas.”

Berita selengkapnya;

Al-Quds Day, Iran Pajang Hitungan Mundur Bagi Kebinasaan Israel

Jutaan rakyat Iran menggelar unjuk rasa akbar di berbagai kota besar dan daerah negara ini dalam rangka memperingan Hari al-Quds Internasional, Jumat (23/6/2017).

Dalam peringatan yang jatuh setiap hari Jumat terakhir bulan suci Ramadhan ini, jalan-jalan besar di Teheran, ibu kota Iran, dipenuhi para pengunjuk rasa yang kali ini tidak hanya diriuhkan oleh yel-yel anti Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Israel, melainkan juga teriakan anti kelompok teroris ISIS dan Kerajaan Arab Saudi menyusul pecahnya krisis Qatar dengan negara-negara Arab jirannya di Teluk Persia dan serangan rudal balistik Iran terhadap ISIS di Suriah belum lama ini.

Di hadapan para demonstran, ketua parlemen Iran Ali Larijanji menyebut Israel “induk teroris”, sementara Presiden Iran Hassan Rouhani yang juga membaur dengan massa demonstran mengutuk sanksi baru AS terhadap Iran yang baru disahkan oleh dewan senat dan dewan perwakilan rakyat AS.

“Hari al-Quds tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena adanya para teroris yang didukung Israel di kawasan, dan karena AS selalu berpikir untuk menistakan hak bangsa Iran,’” tegas Rouhani.

Dia menambahkan, “Bangsa Iran hendak menegaskan kepada AS dalam konsentrasi massa ini bahwa pemerintah (Iran) akan membuat keputusan balasan, dan akan melanjutkan jalan yang dipilihnya.”

Sementara itu, otoritas Iran memajang baleho besar bertuliskan hitungan mundur bagi kemusnahan Rezim Zionis Israel di Palestine Square di pusat kota Teheran.  Di situ terpajang angka digital “hari yang tersisa menuju kemusnahan Israel’, yaitu 8411 hari, atau sekira 23 tahun.

Hitungan mundur ini mengacu pada pernyataan Pemimpin Besar Iran Sayyid Ali Khamenei dua tahun lalu bahwa usia Israel paling lama 25 tahun lagi, sehingga sekarang sudah berkurang menjadi 23 tahun. (rayalyoum)

Sekjen Hizbullah: Rezim Saudi Terlalu Lemah Untuk Dapat Memerangi Iran

Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah menyebut Kerajaan Arab Saudi terlalu ringkih dan penakut untuk dapat memerangi Iran. Dia juga menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) menunggangi aneka peristiwa yang terjadi di kawasan Timteng untuk menutup berkas perkara Palestina – Israel.

“Tujuan Washington ialah memroduksi hegemoni kekuatan-kekuatan besar terhadap kawasan… Sementara rezim Saudi terlalu lemah, ringkih, dan pengecut untuk dapat mengobarkan perang terhadap Iran,” katanya.

Dia menambahkan, “Kawasan telah diperlakukan sedemikian rupa untuk memulihkan hegemoni mustakbir (adidaya) terhadap kawasan kita, serta untuk menyudahi perkara Palestina, dan mendorongnya menuju penuntasan orang-orang Palestina.”

Dia kemudian mengapresiasi Iran dan menyebutnya sebagai kekuatan yang paling berpengaruh di Timteng.

“Iran tidak terkucil, dan malah solid di depan sanksi, eksistensinya menjadi paling kuat di kawasan dan paling berpengaruh dalam perimbangan kawasan… Ada sebuah kekuatan besar regional yang solid dalam menyokong gerakan-gerakan dan poros muqawamah (resistensi),” ungkapnya.

Mengenai Suriah dia menegaskan bahwa negara ini merupakan basis poros muqawamah, pilar gerakan-gerakan muqawamah, dan rintangan bagi upaya masif yang bertujuan menutup berkas perkara Palestina, sehingga perang terhadap Suriah bertujuan menjatuhkan pilar ini untuk digantikan dengan rezim yang lemah dalam menguasai negara ini.

Menyinggung posisi Irak dia mengatakan bahwa negara 1001 Malam ini memiliki kebijakan yang jelas untuk tidak menjadi bagian dari ambisi AS meredam isu Palestina. (rayalyoum)

Saudi Minta Qatar Berhenti Berhubungan Dengan Iran Dan Turki

Jaringan berita TV Al-Jazeera, Jumat (24/6/2017), menyatakan bahwa segala upaya untuk menutup TV berbasis satelit ini tak ubahnya dengan upaya “membungkam media yang bebas.” Hal ini dinyatakan Al-Jazeera setelah sejumlah negara yang belakangan memusuhi Qatar menyampaikan desakannya supaya pemerintah Doha menutup channel ini.

Al-Jazeera menyatakan, “Kami yakin bahwa permintaan  baru ini tak lain merupakan upaya sia-sia untuk membungkam media yang bebas dan obyektif di kawasan. Kami di channel Al-Jazeera menegaskan hak kami dalam menjalankan kegiatan kami dengan sepenuhnya profesional dan bebas tanpa ada batasan dari pemerintah atau pihak manapun.”

Sebelumnya, channel Al-Jazeera dan Al-Arabiya melaporkan bahwa Kuwait telah menyerahkan daftar permintaan Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir yang telah memutuskan hubungan dengan Qatar belakangan ini.

Al-Arabiya yang berbasis di Dubai, UEA, mengutip keterangan sumbernya bahwa empat negara yang memusuhi Qatar itu telah menyiapkan daftar permintaan yang harus dipenuhi Qatar untuk meredakan krisis. Channel ini mengutip pernyataan Menlu UEA Anwar Gharghas mengenai permintaan bahwa Qatar harus berhenti mendukung teroris dan orang-orang yang menjadi “buronan internasional dan regional.”

Associated Press mengaku telah menerima daftar itu yang isinya antara lain permintaan kepada Qatar supaya menutup Al-Jazeera, menghentikan hubungan diplomatik dengan Iran, dan menutup pangkalan militer Turki di Qatar serta menyudahi kerjasamanya dengan Turki.

Dilaporkan bahwa permintaan itu terdiri atas belasan poin di mana persoalan hubungan Qatar dengan Iran menempati poin pertama yang menuntut;

“Pengumuman Qatar secara resmi atas penurunan taraf perwakilan diplomatiknya dengan Iran,  penutupan atase; keluarnya anasir Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) atau orang-orang yang terkait dengannya dari wilayah Qatar; dan dalam kerjasama dagang dengan Iran cukup pada hal-hal yang tidak menyalahi sanksi internasional dan Amerika Serikat terhadal Iran serta tidak menyalahi keamanan Dewan Kerjasama Teluk (GCC); dan pemutusan segala bentuk kerjasama militer atau intelijen dengan Iran.”

Belum ada laporan mengenai komentar pemerintah Qatar atas permintaan itu, sementara Saudi dan kelompoknya memberi tenggat waktu 10 hari untuk merespon permintaan tersebut. (rayalyoum)