Rangkuman Berita Timteng Rabu 24 Januari 2018

pengungsi afrinJakarta, ICMES: Jubir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Stephane Dujarric menyatakan sebanyak lebih 126,000 orang mengungsi dan lebih 300,000 orang lainnya terancam mengungsi dari Afrin, provinsi Aleppo, Suriah utara, sejak Turki melancarkan operasi militer ber sandi “Tangkai Zaitun” di kawasan ini.

Pihak militer Turki mengklaim sebanyak ratusan milisi Kurdi tewas diterjang operasi militer “Tangkai Zaitun” yang dilancarkan Turki terhadap milisi Kurdi Unit Perlindungan Rakyat (YPG) di kota Afrin.

Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, menegaskan penolakannya terhadap ide “negara alternatif” untuk Palestina, dan memastikan tidak akan pernah ada negara Palestina yang mendompleng di negara Arab lain.

Militer Rusia telah mengerahkan empat unit sistem pertahanan udara S-400 milik Negeri Beruang Merah ini ke Suriah.

Berita selengkapnya;

PBB:  126,000 Orang Mengungsi Dari Afrin

Jubir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Stephane Dujarric menyatakan sebanyak lebih 126,000 orang mengungsi dan lebih 300,000 orang lainnya terancam mengungsi dari Afrin, provinsi Aleppo, Suriah utara, sejak Turki melancarkan operasi militer ber sandi “Tangkai Zaitun” di kawasan ini.

“Kami sudah memulai komunikasi-komunikasi kami untuk menghentikan situasi ini di kawasan, sebab 60% penduduk Afrin memerlukan bantuan,” katanya kepada Radio Rudaw milik Kurdi Suriah, Selasa (23/1/2018).

Dia menekankan “keharusan melindungi warga sipil dan menghormati undang-undang internasional oleh semua pihak yang bertikai”, dan menduga bahwa organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan akan menghadapi tantangan besar jika berusaha masuk ke Afrin ketika pertempuran masih berlanjut.

Seperti diketahui, sejak Sabtu (20/1/2018) Turki memulai serangan militer bersandi “Tangkai Zaitun” terhadap milisi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) di Afrin.

Dewan Keamanan PBB Senin lalu mengakhiri sidangnya mengenai operasi militer Turki itu tanpa merilis kecaman atau keputusan kolektif.

Sidang itu sendiri digelar atas permintaan Dubes Perancis untuk PBB Francois Delattre yang menyatakan “sangat prihatin atas situasi di Suriah utara di tengah kontinyuitas eskalasi”.

Dia meminta Turki “menahan diri”, dan mengingatkannya bahwa apa yang harus diutamakan sekarang ini ialah “persatuan para mitra dalam perang melawan ISIS”.

Menlu Amerika Serikat Rex Tillerson Senin lalu juga menyayangkan serangan Turki tersebut dan mengimbau semua pihak agar menahan diri.

Sementara itu, Pusat Rusia untuk Rekonsiliasi Suriah kemarin melaporkan bahwa sekira 10,000 warga Suriah telah kembali rumah masing-masing selama 24 jam sebelumnya, dengan rincian 9,578 orang di provinsi Damaskus, 63 di Hama, 14 di Homs, dan 56 di Deir Ezzor. (rt/novosti)

Militer Turki Klaim 260 Milisi Kurdi Tewas Di Afrin, Putin Adakan Pembicaraan Dengan Erdogan

Pihak militer Turki mengklaim sebanyak ratusan milisi Kurdi tewas diterjang operasi militer “Tangkai Zaitun” yang dilancarkan Turki terhadap milisi Kurdi Unit Perlindungan Rakyat (YPG) di kota Afrin, provinsi Aleppo, Suriah utara sejak Sabtu lalu (20/1/2018).

“260 anggota YPG dan militan ISIS tewas dalam operasi militer di Afrin, Suriah,” ungkap militer Turki dalam statemennya, Selasa (23/1/2018), sembari memastikan bahwa operasi ini akan berlanjut sesuai rencana.

Turki menyatakan bahwa operasi militer tersebut dilancarkan dengan sasaran Partai Pekerja Kurdi Turki (PKK), Unit Perlindungan Rakyat (YPG), Pasukan Demokrasi  Suriah (SDF), dan kelompok teroris takfiri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Afrin.

Pemerintah Ankara menyatakan bahwa operasi ini dilakukan justru sesuai undang-undang internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai pemberantasan terorisme serta hak pertahanan diri yang termaktub dalam pasal 51 Piagam PBB.

Sementara itu, Kremlin menyatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengadakan pembicaraan telefon dengan sejawatnya di Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengenai operasi militer Turki di Afrin.

“Kedua pihak menekankan pentingnya kelanjutan upaya bersama untuk mengatasi krisis berdasarkan prinsip penjagaan keutuhan dan integritas wilayah Suriah dan penghormatan atas kedaulatannya,” ungkap Kremlin, Selasa.

Kremlin juga menyebutkan bahwa keduanya juga telah membicarakan persiapan terakhir konferensi nasional Suriah yang akan diselenggarakan di kota Sochi, Rusia, dan berharap konferensi ini akan membantu pencapaian solusi diplomatik jangka panjang di Suriah sesuai resolusi 2254 Dewan Keamanan PBB dan beberapa kesepakatan yang telah dicapai dalam perundingan di Astana, Kazakhstan. (reuters/tass)

Pemimpin Hamas Tolak Keras “Negara Alternatif” Untuk Bangsa Palestina

Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, menegaskan penolakannya terhadap ide “negara alternatif” untuk Palestina, dan memastikan tidak akan pernah ada negara Palestina yang mendompleng di negara Arab lain.

“Mesir maupun Yordania tidak akan menerimanya, demikian pula kami orang-orang Palestina sama sekali tidak menerimanya. Tidak akan ada negara Palestina untuk kami kecuali di perbatasan negeri Palestina sendiri, dan tak ada negara Palestina yang mendompleng di negara Arab lain,” ujar Haniyeh saat berbicara mengenai perkembangan situasi terbaru terkait dengan Palestina, Selasa (23/1/2018).

Dia menyatakan ada upaya-upaya intensif untuk menyudahi perkara Palestina dengan penyelesaian yang tidak mengindahkan hak bangsa Palestina.

“Palestina adalah Palestina, dan Mesir adalah Mesir. Bangsa kami Palestina yang telah mengandaskan rencana migrasi pada pertengahan tahun 1950-an sekarang lebih tangguh dan cerdas untuk mengandaskan rencana serupa,” lanjutnya.

Menurutnya, Amerika Serikat dan Israel telah membuat keputusan-keputusan intensif untuk penyelesaian isu Palestina yang memberatkan Yordania.

“Disinilah bahaya (ide) negara alterlatif dan pembicaraan mengenai konfederasi orang, bukan tanah,” katanya.

Haniyeh melanjutkan, “Mesir telah berpesan kepada kami bahwa negara ini masih konsisten mengindahkan kemaslahatan nasional Palestina.”

Mengenai hubungan Hamas dengan organisasi Fatah dia mengatakan, “Tak pemutusan (hubungan) antara kami dan saudara-saudara kami di Fatah. Kami masih berkomunikasi dan bertemu, dan masih berkomitmen pada rekonsiliasi Palestina. Hamas tidak akan meninggalkan segi empat ini.”  (alalam)

Rusia Kerahkan S-400 Di Suriah

Militer Rusia telah mengerahkan empat unit sistem pertahanan udara S-400 milik Negeri Beruang Merah ini ke Suriah.

Dalam video yang dipublikasi oleh Kementerian Pertahanan Rusia, Selasa (23/1/2018) terlihat dua di antara empat unit sistem itu dikirim ke pangkalan udara Hmeimim di provinsi Latakia, Suriah, sedangkan dua unit lainnya dikirim ke fasilitas maritim Rusia yang terletak di kota pesisir Mediterania, Tartus, Suriah.

S-400 adalah alutsista anti-jet tempur buatan terbaru Rusia dan dirancang untuk merontokkan sasaran udara, termasuk rudal balistik, dengan kemampuan melakukannya terhadap 36 target dalam waktu yang bersamaan.

Hmeimim berfungsi sebagai pangkalan udara permanen Rusia di Suriah dan ditambahkan ke Bandara Internasional Bassel al-Assad, yang memiliki beberapa fasilitas lapangan terbang.

Pada 2016, Damaskus dan Moskow menandatangani sebuah perjanjian untuk menyewakan pangkalan tersebut ke pasukan militer Rusia selama 49 tahun, dan dapat diperpanjang selama 25 tahun lagi.

Sejak September 2015 Rusia telah melakukan serangan udara terhadap kawanan teroris di Suriah atas permintaan pemerintah Damaskus.

Didukung kekuatan udara Rusia, pasukan darat Suriah telah mencetak banyak kemenangan dalam perang melawan teroris.

Seorang mantan wakil komandan Angkatan Udara Rusia  menyatakan bahwa angkasa Damaskus, ibu kota Suriah, juga terpayungi oleh S-400. (presstv/shamtimes)