Rangkuman Berita Timteng Rabu 18 April 2018

zat kimiaJakarta, ICMES: Tentara Rusia mengaku telah menemukan sebuah gudang dan laboratorium milik kawanan bersenjata untuk membuat senjata kimia di kota Duma, Ghouta Timur, provinsi Damaskus.

Pearson Sharp, wartawan TV OAN yang berbasis di AS telah melakukan liputan investigasinya di Duma dan mengaku tidak menemukan bukti apapun yang menunjukkan kebenaran tuduhan penggunaan senjata kimia oleh tentara Suriah di kota ini.

Televisi resmi Suriah melaporkan bahwa para pakar senjata kimia dari Organisasi Larangan Senjata Kimia telah tiba di kota Duma untuk menyelidiki kasus tersebut.

Sumber keamanan Israel menyebutkan adanya persiapan Iran untuk melancarkan serangan balasan terhadap Israel dengan menggunakan pesawat nirawak dalam waktu dekat ini.

Berita selengkapnya;

Rusia Temukan Pabrik Senjata Kimia Milik Kawanan Bersenjata Di Suriah

Tentara Rusia mengaku telah menemukan sebuah gudang dan laboratorium milik kawanan bersenjata untuk membuat senjata kimia di kota Duma, Ghouta Timur, provinsi Damaskus.

“Zat yang ditemukan, seperti thiodiglycol dan diethanolamine, diperlukan untuk produksi gas mustard sulfur dan nitrogen. Selain itu, silinder dengan klorin, mirip dengan yang digunakan oleh militan untuk menyiapkan cerita palsu yang tersebar luas, ditemukan di gudang itu,” ungkap pakar pertahanan kimia Rusia, Alexander Rodionov, Selasa (17/4/2018).

Dia menambahkan, “Dapat disimpulkan bahwa laboratorium ini digunakan oleh kelompok-kelompok bersenjata ilegal untuk memproduksi zat beracun.”

Ketegangan di Suriah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir setelah beberapa media, mengutip klaim militan Suriah, menyalahkan Damaskus dan melaporkannya telah menggunakan senjata kimia di kota Duma di pinggiran Damaskus pada 7 April. Kemlu Suriah membantah klaim itu dan mengatakan bahwa penggunaan senjata kimia di Ghouta Timur bisa jadi justru direncanakan oleh kelompok teroris itu sendiri.

Amerika Serikat, Inggris dan Perancis Sabtu lalu meluncurkan 103 rudal di beberapa sasaran di Suriah sebelum ada penyelidikan mengenai kasus ini oleh para ahli dari Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW). Serangan itu telah dikecam oleh sejumlah negara, termasuk Rusia dan Iran.

Dubes Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya, Selasa, menilai upaya tiga negara penyerang Suriah itu di PBB untuk memulai penyelidikan baru senjata kimia di Suriah dan menghidupkan kembali perundingan damai sebagai upaya yang dilakukan “bukan pada waktunya”, dan karena itu Rusia menyatakan tidak siap berdialog dengan Barat mengenai Suriah pasca serangan rudal tersebut. (mm/sputnik/rayalyoum)

Video: Wartawan TV “OAN” AS Di Duma Tak Menemukan Bukti Adanya Serangan Senjata Kimia

Pearson Sharp, wartawan TV OAN yang berbasis di AS telah melakukan liputan investigasinya di Duma dan mengaku tidak menemukan bukti apapun yang menunjukkan kebenaran klaim tersebut.

Sharp mengatakan bahwa penduduk setempat yang telah ditemuinya mengaku tidak mendengar dan tidak pula melihat apapun mengenai adanya serangan senjata kimia seperti yang ramai diisukan.

“Kami dibawa dengan pengawalan pemerintah ke daerah di mana dugaan serangan kimia terjadi dan kami harus berbicara dengan penduduk setempat. Kami bahkan dapat mengunjungi rumah sakit tempat White Helmet  menunjukkan video orang-orang yang disemprot… Tidak seorang pun dari mereka yang saya ajak bicara di lingkungan itu mengatakan bahwa mereka telah melihat atau mendengar sesuatu tentang serangan kimia pada hari itu,” ungkap Sharp, Senin (16/4/2018).

Dia menjelaskan, “(Penduduk) mengatakan kepada saya … para pemberontak putus asa dan mereka membutuhkan sebuah taktik untuk membantu membuat tentara Suriah ada belakang mereka, sehingga mereka dapat melarikan diri.”

Sharp memastikan bahwa apa yang dia laporkan itu bukanlah opini, melainkan fakta yang dia temukan di lapangan.

“Penduduk memberi tahu saya – dan sekali lagi, saya banyak menggunakan frasa (resident) ini, karena saya ingin agar jelas bahwa ini bukan opini, bukan propaganda, seperti yang dituduhkan beberapa orang. Ini hanyalah fakta yang kami temukan di lapangan  ketika kami berada di kota ini. Hal-hal yang kami lihat langsung,” terangnya.

Mengutip keterangan dokter yang berada di rumah sakit Duma ketika serangan yang dituduhkan itu terjadi,  Sharp mengatakan bahwa sekelompok orang tak dikenal telah menyerang rumah sakit ini pada April lalu dan kemudian begitu saja mengumumkan adanya serangan senjata kimia.

Menurut dokter tersebut, sekelompok orang itu menyemprotkan air pada orang-orang yang mereka bawa ke rumah sakit sembari mengambil gambar dan merekam video apa yang mereka lakukan. Setelah itu mereka juga begitu saja meninggalkan rumah sakit. (thinkprogress/alalam)

Pakar Kimia OPCW Tiba Di Kota Duma

Televisi resmi Suriah melaporkan bahwa para pakar senjata kimia dari Organisasi Larangan Senjata Kimia (Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons/OPCW) telah tiba di kota Duma, Ghouta Timur, provinsi Damasskus, Suriah, Selasa (17/4/2018).

Lembaga ini sebelumnya telah mengumumkan melalui halaman Twitternya bahwa para pakarnya telah tiba di Damaskus, ibu kota Suriah, Sabtu lalu untuk menyelidiki dugaan adanya serangan senjata kimia di kota Duma pada 7 April lalu.

Dilaporkan bahwa para ahli OPCW akan menghimpun data-data yang ada, termasuk sampel tanah,  terkait dugaan serangan senjata kimia. Data-data itu kemudian akan diperiksa di laboratorium OPCW.

Seperti diketahui, klaim mengenai adanya penggunaan senjata terlarang itu di Duma telah dijadikan alasan oleh Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Perancis melancarkan serangan ratusan rudal ke Suriah Sabtu lalu. (rayalyoum)

Israel Cemaskan Serangan Balasan Iran Dalam Waktu Dekat

Sumber keamanan Israel menyebutkan adanya persiapan Iran untuk melancarkan serangan balasan terhadap Israel dengan menggunakan pesawat nirawak dalam waktu dekat ini.

Koran Israel Yedioth Ahronoth, Selasa (17/4/2018), mengutip keterangan sumber anonim yang mengingatkan bahwa  Israel akan “bereaksi keras” terhadap aksi pembalasan dari wilayah Suriah oleh Iran yang kemungkinan akan menggunakan pesawat-pesawat niwarak.

“Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengomandani serangan balasan Iran yang bisa jadi akan dilakukan dalam waktu dekat ini dengan menggunakan nirawak pemantau dan penyerang serta rudal-rudal terhadap Israel,” katanya sumber itu.

TV Israel Channel 2 sehari sebelumnya melaporkan bahwa tentara Israel akan mengungkap semua sistem pesawat di Suriah sebagai antisipasi terhadap balasan Iran atas serangan Israel yang Lanud T-4 di provinsi Homs, Suriah.

Jubir militer Israel mengatakan bahwa angkatan udara Iran di Suriah mencakup tiga satuan; satuan niwarak pemantau, satuan rudal jarak pendek dan menengah, dan satuan pertahanan udara.

Kemhan Rusia menyatakan bahwa beberapa jet tempur F-15 Israel pada 9 April lalu telah melancarkan serangan rudal ke Lanud T-4 dari zona udara Lebanon, dan tiga rudal di antaranya mencapai sasaran, sementara lima lainnya dapat dirontokkan oleh sistem pertahanan udara Suriah.

Sejumlah orang, termasuk tujuh tentara Iran, terbunuh akibat serangan ini, dan Kemlu Iran menegaskan akan membalas serangan itu pada waktu yang tepat.

Militer Israel lantas memperkuat keberadaan pasukannya di perbatasan segi tiga Israel (Palestina pendudukan), Suriah, dan Lebanon karena kuatir Iran akan segera membuktikan ancamannya tersebut.

Sumber militer Israel kepada koran AS New York Times mengakui Israel berada di balik serangan ke Lanud T-4 itu, namun rezim Zionis ini memilih bungkam dan enggan memberikan keterangan resmi. (rayalyoum)