Rangkuman Berita Timteng Rabu 16 Mei 2018

erdogan dan tehera mayJakarta, ICMES: Terkait dengan gejolak situasi di Jalur Gaza, Israel membalas Turki dengan meminta Konsul Jenderal Turki di Al-Quds supaya meninggalkan Israel.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji bahwa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) akan memberikan “pesan kuat” pasca terbunuhnya puluhan orang Palestina akibat serangan pasukan Zionis Israel di daerah perbatasan Gaza-Israel.

Ketua Dewan Tinggi Revolusi Yaman Mohammad Ali al-Houthi memastikan bahwa negara-negara Arab yang berkoalisi dalam serangan militer ke Yaman tidak akan mungkin akan berkoalisi anti Israel dan membela kota suci al-Quds.

Menlu Iran Mohammad Javad Zarif menyatakan bahwa upaya penyelematan perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara terkemuka dunia pasca keluarnya Amerika Serikat (AS) dari perjanjian ini “berjalan di jalur yang benar.”

Berita selengkapnya;

Israel Balas Usir Konsul Jenderal Turki Dari Al-Quds  

Pemerintah Turki, Selasa (15/5/2018), telah meminta Dubes Israel untuk Turki di Ankara agar meninggalkan Turki untuk sementara waktu. Permintaan ini dikemukakan sebagai reaksi protes atas gugurnya puluhan orang Palestina di tangan pasukan Zionis di Gaza. Namun, Israel justru membalasnya dengan meminta Konsul Jenderal Turki di Al-Quds supaya meninggalkan Israel (Palestina pendudukan 1948).

Sebelumnya, Ankara telah memanggil pulang Dubesnya untuk Israel di Tel Aviv, Eitan Na’eh. Seorang pejabat Kemlu Turki mengatakan bahwa Na’eh dipanggil ke Kemlu Turki dan diminta pulang “untuk jangka waktu tertentu”.

Eitan Na’eh diangkat sebagai Dubes Turki untuk Israel pada tahun 2016 setelah Turki dan Israel mengadakan perjanjian damai untuk menyudahi perselisihan keduanya pasca serangan Israel terhadap kapal para aktivis Turki, Mavi Marmara, yang menyebabkan menurunnya hubungan kedua negara hingga taraf terendah selama lima tahun.

Kemlu Israel Selasa kemarin menyatakan bahwa Eitan Na’eh telah dipanggil oleh Kemlu Turki dan “diminta pulang untuk jangka waktu tertentu demi perundingan.”

Di hari yang sama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam keras Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan menyebutnya pemimpin “negara rasis” yang tangannya berlumuran darah orang Palestina, menyusul gugurnya 61 orang Palestina dan terlukanya lebih dari 3000 orang Palestina lainnya akibat serangan pasukan Israel di daerah perbatasan Gaza-Israel selama Senin hingga Selasa kemarin (13-14/5/2018).  (rayalyoum)

Erdogan Berjanji Akan Membuat OKI Memberi “Pesan Kuat” Terkait Kondisi Palestina

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji bahwa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) akan memberikan “pesan kuat” pasca terbunuhnya puluhan orang Palestina akibat serangan pasukan Zionis Israel di daerah perbatasan Gaza-Israel.

“Pertemuan luar biasa pada hari Jumat akan mengirim pesan yang sangat kuat dari Istanbul kepada dunia,” ujarnya dalam jumpa pers bersama Perdana Menteri Inggris Theresa May di London, Inggris, Selasa (14/5/2018),.

Dia juga menyebutkan bahwa seluruh anggota OKI yang berjumlah 57 negara telah diundang untuk menghadiri sidang luar biasa tersebut.

Di pihak lain, Theresa May, mengaku prihatin atas jatuhnya banyak korban di Gaza dan menilainya merugikan upaya perdamaian.

Sebanyak 62 orang Palestina gugur dan lebih dari 3000 lainnya luka-luka diserang pasukan Israel dalam aksi unjuk rasa damai warga Palestina di daerah perbatasan Gaza-Israel pada Senin hingga Selasa (14-15/5/2018).  (rayalyoum)

Houthi: Pihak Yang Berkoalisi Anti Yaman Tak Mungkin Akan Berkoalisi Anti Israel

Ketua Dewan Tinggi Revolusi Yaman Mohammad Ali al-Houthi memastikan bahwa negara-negara Arab yang berkoalisi dalam serangan militer ke Yaman tidak akan mungkin akan berkoalisi anti Israel dan membela kota suci al-Quds (Baitul Maqdis/Yerussalem).

Hal ini dia kemukakan dalam orasinya pada unjuk rasa akbar rakyat Yaman yang digelar untuk mengutuk kekejaman pasukan Zionis Israel di Gaza dan pemindahan Kedubes Amerika Serikat (AS) untuk Israel dari Tel Aviv ke Al-Quds (Yerussalem).

Ali al-Houthi menegaskan bahwa isu Palestina adalah isu nomor wahid bagi umat Islam dan bahwa keputusan Presiden AS memindah Kedubesnya itu harus ditolak dan dilawan. Dan dia optimis bahwa perjuangan rakyat Palestina tidak akan sia-sia.

“Akan datang suatu hari di mana musuh akan menyerah, hak akan kembali kepada pemiliknya, dan hak rakyat Palestina tidak akan musnah, dengan izin Allah… Kami berpesan kepada orang-orang Palestina, teguhlah dan tetap berjihad demi meraih hak-hak kalian,” lanjutnya.

Dia kemudian memastikan bahwa rezim Arab Saudi dan sekutunya tidak akan memerangi Israel demi Al-Quds dan Palestina.

“Musuh yang berkoalisi anti Yaman demi status seseorang tidak akan berkoalisi demi status Al-Quds,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Kita tidak melihat ‘Badai Mematikan’ (nama sandi operasi militer Saudi dan sekutunya terhadap Yaman) demi al-Quds dan demi pemecahan blokade atas Palestina. Badai ini seharusnya hanya untuk melawan musuh umat Islam.”

Dia menyerukan kepada negara-negara Arab dan Israel untuk membentuk aliansi pasukan demi membebaskan Palestina dari cengkraman kaum Zionis. Dia memastikan Yaman akan bersama Arab Saudi dan sekutunya jika mereka membentuk pasukan untuk memerangi Israel.

Dia kemudian mengimbau Mesir, Sudan, dan Yordania untuk bergerak membebaskan Palestina daripada menuruti nafsu Arab Saudi memerangi Yaman.

“Kami tegaskankepada kepada mereka yang terlibat dalam perang terhadap Yaman; Pergilah dan berjihadlah di Palestina… Pergilah demi pembebasan kembali al-Quds daripada diam menyaksikan keputusan Trump,” serunya.  (alalam)

Iran Dan Eropa Sama Berharap Pertahankan Perjanjian Nuklir

Menlu Iran Mohammad Javad Zarif menyatakan bahwa upaya penyelematan perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara terkemuka dunia pasca keluarnya Amerika Serikat (AS) dari perjanjian ini “berjalan di jalur yang benar.”

Hal ini dia kemukakan saat memulai perundingannya dengan negara-negara terkemuka Eropa di Brussel, ibu kota Belgia, Selasa (15/5/2018).

“Kami telah memulai proses (perundingan), dan saya kira kami berada di jalan yang benar. Banyak pihak percaya bahwa kami dapat berbuat sesuatu dalam beberapa pekan mendatang… Saya kira ini merupakan permulaan yang baik. Kami memulai proses,” katanya kepada wartawan usai pertemuan dengan Perwakilan Tinggi Uni Eropa Federica Mogherini serta para menlu Perancis, Jerman, dan Inggris.

Di pihak lain, Mogherini mengatakan bahwa kondisi perundingan menjadi “sulit” setelah Presiden AS Donald Trump membuat keputusan kontroversial keluar dari perjanjian nuklir Iran.

“Kami mengakui bahwa misi ini sulit, tapi kami bertekad untuk mempertahankan perjanjian nuklir,” katanya.

Mengenai desakan AS supaya diadakan perundingan lagi untuk membuat perjanjian baru mengenai program nuklir Iran, dia menilai kecil kemungkinan perjanjian itu dapat direvisi.

“Hal yang sepenuhnya pasti ialah bahwa Eropa bertekad menjaga perjanjian yang tergolong urgen bagi keamanan kita dan keamanan di kawasan,” ujarnya.

Dengan resiko apapun Eropa berusaha agar Iran tidak keluar dari perjanjian nuklir dan memulai lagi proyeknya untuk “membuat senjata nuklir.”

“Kami katakan kepada Iran, bertahanlah niscaya kamipun bertahan (pada perjanjian nuklir,” tegas Mogherini.

Sebelumnya, Iran menegaskan pihaknya siap memulai lagi aktivitas pengayaan uranium “pada level industri tanpa syarat”, kecuali jika Eropa dapat memberikan jaminan kongkret untuk kelanjutan hubungan perdagangannya dengan Iran meskipun AS kembali menerapkan sanksi terhadap Iran. (rayalyoum)