Rangkuman Berita Timteng Rabu 25 April 2018

trump dan macronJakarta, ICMES: Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran Laksamana Ali Shamkhani memastikan bahwa balasan atas serangan Israel terhadap Lanud T-4 yang menyebabkan kematian sejumlah penasehat militer Iran di Suriah pasti akan terjadi, dan waktu serta tempatnya ada di tangan Iran.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut negara-negara itu “tidak akan bertahan barang seminggu” tanpa perlindungan AS, dan karena itu dia meminta mereka mengirim pasukan ke Suriah untuk “mengusir teroris” dan menanggung biaya tambahan untuk mendukung upaya AS di Suriah.

Duta Besar Suriah untuk Iran Adnan Mahmoud mengungkap bagaimana sikap negaranya terhadap kemungkinan pengiriman pasukan negara-negara Arab Teluk Persia ke Suriah seperti yang diinginkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Republik Islam Irak mengajak negara-negara Arab jirannya di kawasan Teluk Persia berdialog mengenai keamanan regional dan menyudahi “ilusi dominasi” yang telah menyulut peperangan yang menghancurkan.

Berita selengkapnya;

Shamkhani: Balasan Terhadap Israel Pasti Akan Terjadi, Waktunya Di Tangan Iran

Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran Laksamana Ali Shamkhani memastikan bahwa balasan atas serangan Israel terhadap Lanud T-4 yang menyebabkan kematian sejumlah penasehat militer Iran di Suriah pasti akan terjadi, dan waktu serta tempatnya ada di tangan Iran.

“Balasan terhadap Israel adalah satu kepastian, namun tempat dan waktu pembalasan ini ada di tangan Iran. Jika Rezim Zionis (Israel) belum mengerti bahwa masa serangan dan intimidasi telah berakhir maka ia harus membayar ketidak tahuan ini,” ungkapnya dalam pernyataan yang ditayangkan oleh televisi resmi Iran menjelang keberangkatannya ke kota Sochi, Rusia, Selasa (24/4/2018), untuk mengikuti konferensi keamanan nasional yang akan dihadiri adalah para petinggi keamanan dari 100-an negara dunia.

Shamkhani mengapresiasi upaya negara-negara Eropa untuk menyelamatkan JCPOA, namun dia juga meminta mereka agar tidak memberi konsesi apapun kepada Presiden AS Donald Trump dalam upaya melestarikan perjanjian ini.

“Jika (upaya Eropa) ini berarti penghinaan terhadap Republik Islam Iran atau pembayaran upeti kepada Trump maka Eropa telah melakukan kesalahan stategis,” ujarnya.

Inggris, Perancis, Jerman, dan Uni Eropa yang terlibat dalam JCPOA selama ini telah berusaha membujuk Trump agar konsisten kepada JCPOA yang diteken AS di era kepresidenan Barack Obama pada tahun 2015. Presiden Perancis Emmanuel Macron dewasa ini sedang berkunjung ke AS dengan harapan dapat mendiskusikan JCPOA dengan Trump.

Gedung Putih meminta supaya ketentuan terhadap Iran diperketat terkait dengan sepak terjangnya di Timteng serta proyek nuklir dan rudal balistiknya, namun Teheran menegaskan tak ada alasan apapun bagi negosiasi untuk pembatasan program rudal balistik yang dipandang Iran sebagai dasar dalam sistem pertahanannya.

“Republik Islam Iran tidak akan pernah membiarkan negara manapun dan dalam kondisi apapun melanggar garis merah,” pungkas Shamkhani. (rayalyoum)

Trump: Negara-Negara Arab Teluk Tidak Akan Kaya Tanpa Perlindungan AS

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tampak tanpa beban membuat pernyataan yang merendahkan negara-negara Arab di kawasan Teluk Persia. Dalam konferensi pers bersama sejawatnya dari Perancis, Emmanuel Macron, usai pembicaraan antara keduanya di Washington, AS, Selasa (24/4/2018), Trump menyebut negara-negara itu “tidak akan bertahan barang seminggu” tanpa perlindungan AS, dan karena itu dia meminta mereka mengirim pasukan ke Suriah untuk “mengusir teroris” dan menanggung biaya tambahan untuk mendukung upaya AS di Suriah.

“Negara-negara yang berada di daerah itu, beberapa di antaranya sangat kaya, tidak akan ada di sana tanpa AS, dan pada tingkat yang lebih rendah Prancis… Mereka tidak akan ada di sana kecuali karena AS. Mereka tidak akan bertahan barang seminggu. Kami melindungi mereka. Mereka sekarang harus meningkatkan dan membayar apa yang terjadi.”

Dia juga memandang negara-negara Teluk tidak akan kaya tanpa perlindungan AS.

“Negara-negara ini tidak akan kaya tanpa proteksi AS, dan kami tidak dapat menanggung peningkatan biaya keberadaan militer kami di kawasan. Kami telah membayar lebih dari US$ 7 triliun, dan tidak mendapat imbalan apa-apa… Negara-negara yang sangat kaya di kawasan akan membayar tambahan dana di Suriah, sedangkan kami sendiri tidak akan terus membayar, saya ingin tentara kami pulang ke negerinya,” ujar Trump.

Mengenai keberadaan Iran di Suriah dia mengatakan, “Kami tidak akan memberi Iran kesempatan untuk mencapai Laut Tengah, kami akan memulangkan pasukan (ke AS) dalam waktu dekat ini, dan kami telah melakukan tindakan besar terhadap IS (ISISI di Suriah dan Irak.”

Di pihak lain, menyinggung perjanjian nuklir Iran, Presiden Macron mengatakan, “Perjanjian nuklir Iran tak dapat dikoyak tanpa ada kerangka alternatif yang lebih luas dari perjanjian sekarang.”

Kepada Trump dia mengatakan, “Anda meyakini bahwa perjanjian Iran sangat buruk, sedangkan saya mengatakan bahwa perjanjian ini tidak ideal, tapi ini memungkinkan kita untuk tidak memperkenankan Iran melakukan aktivitas nuklir sampai tahun 2025, demikian pula halnya pembatasan aktivitas (rudal) balistik, dan penciptakan situsi yang kondusif bagi inisiasi penyesaian secara politik untuk pembatasan aktivitas Iran di kawasan.” (washingtonexaminer/rayalyoum)

Ini Tanggapan Damaskus Mengenai Kemungkinan Pengiriman Pasukan Arab Ke Suriah

Duta Besar Suriah untuk Iran Adnan Mahmoud mengungkap bagaimana sikap negaranya terhadap kemungkinan pengiriman pasukan negara-negara Arab Teluk Persia ke Suriah seperti yang diinginkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

“Pemerintah Suriah menyatakan bahwa eksistensi AS di Suriah adalah pendudukan, agresi, dan pelanggaran terbuka terhadap undang-undang internasional dan kedaulatan Suriah, serta merupakan eksistensi ilegal,” ujar Mahmoud saat menjawab pertanyaan channel al-Alam tentang ini, Selasa (24/4/2018).

Mengenai Arab Saudi dia mengatakan, “ Keberadaan Saudi atau selainnya (di Suriah) akan dipandang sebagai agresi dan pendudukan sehingga akan diperlakukan oleh rakyat dan tentara Suriah atas dasar bahwa hal itu merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional dan kedaulatan Suriah.”

Dia menambahkan, “Kami selalu menegaskan bahwa eksistensi asing tanpa koordinasi dengan pemerintah Suriah adalah pelanggaran terhadap hukum internasional serta kedaulatan dan tanah Suriah, dan akan diperlakukan atas dasar ini.”

Trump belakangan ini beberapa membuat pernyataan berisi desakan terutama kepada negara-negara Arab Teluk agar mengirim pasukan ke Suriah dan menanggung biaya keberadaan pasukan AS di Suriah.  (alalam)

Iran Di PBB Usulkan “Forum Dialog Regional” Teluk Persia

Republik Islam Irak mengajak negara-negara Arab jirannya di kawasan Teluk Persia berdialog mengenai keamanan regional dan menyudahi “ilusi dominasi” yang telah menyulut peperangan yang menghancurkan.

Menlu Iran Mohammad Javad Zarif dalam sidang PBB di NewYork, AS, Selasa (24/4/2018), mengenai upaya penegakan perdamaian permanen mengusulkan pembentukan “forum dialog regional.”

“Dari sini kami mengajak negara-negara jiran kami di jalur perairan yang telah menjadi saksi banyak peperangan ini agar bergabung dengan kami dalam upaya ini,” ujarnya.

Mengenai tudingan bahwa Iran ingin berdominasi di Timteng, Zarif menegaskan bahwa “pengedepanan ilusi dominasi” telah menimbulkan banyak konflik, dan karena itu sudah seharusnya “sekarang beralih kepada pola baru yang berkonsentrasi pada pemersatuan kekuatan kita daripada masing-masing kita berusaha menjadi yang terkuat di kawasan.”

Menlu Iran memastikan bahwa negaranya maupun Arab Saudi sama-sama tidak mungkin dapat berdominasi atas kawasan Timteng, dan Iran alih-alih bermaksud “mengekspor revolusi” justru selalu mendapat ancaman dari AS.

Zarif kembali menegaskan dukungan Iran kepada solusi politik di Suriah dan Yaman. Menurutnya, Iran sudah mengupayakan gencatan senjata di Yaman, tapi negara-negara Arab sekutu AS malah bersikap arogan dengan bersumber akan dapat mengalahkan lawannya di Yaman dalam jangka waktu tiga minggu.

“Kita hidup di kawasan yang rawan berbagai krisis akibat kebingungan dalam aneka persoalan. Saudi hendak mengesankan bahwa Iran adalah ancaman baginya. Karena itu kami mengusulkan pelaksanaan dialog regional sesuai prinsip-prinsip tertentu semisal sikap saling menghormati kedaulatan dan tidak mencampuri urusan internal,” paparnya.

Mengenai belanja senjata secara besar-besaran seperti yang dilakukan Saudi dia mengatakan, “Kita membutuhkan kepercayaan satu sama lain. Keamanan tak dapat dibeli, dan belanja senjata jutaan US$ tidak akan mewujudkan keamanan. Sebagian negara jiran berlomba memborong senjata AS untuk menjamin perlindungannya sembari melupakan betapa keamanan tidaklah dapat dibeli.” (alalam/rayalyoum)