Rangkuman Berita Timteng Rabu 12 September 2018

pasukan ASJakarta, ICMES: Rusia berkemungkinan menyokong Pasukan Arab Suriah (SAA) jika Barat melancarkan serangan ke Suriah dengan dalih terjadi “serangan bom kimia”.

Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain mengecam keras apa yang mereka sebut campur tangan Turki dan Iran dalam krisis Suriah.

AS menyatakan akan segera bereaksi sengit terhadap Iran jika terjadi serangan sekutu Iran terhadap AS di Irak.

Sekelompok pemuda Palestina berhasil menyusup ke sebuah pos tentara Israel kemudian pulang ke Gaza sembari membawa tiga kamera dan sebuah kotak amunisi.

Iran kembali membuka konsulatnya di Basrah sembari menegaskan bahwa hubungannya tetap berat dengan Irak.

Berita selengkapnya;

AU Rusia Berkemungkinan Membela Suriah Jika Diserang Barat

Rusia berkemungkinan menyokong Pasukan Arab Suriah (SAA) jika Barat melancarkan serangan ke Suriah dengan dalih terjadi “serangan bom kimia” yang berpotensi dilakukan oleh para antek Barat untuk menyalahkan pemerintah Suriah.

Kemungkinan tersebut dinyatakan oleh Oleg Morozov, anggota parlemen Rusia kepada kantor berita Sputnik, Selasa (11/9/2018).

“Kalaupun aliansi Barat mulai menyerang Suriah tak seorangpun percaya adanya serangan kimia kecuali orang yang  mengada-adakannya… Tapi ini bukan berarti  aliansi itu tidak akan melancarkan serangan. Serangan kimia hanyalah dalih untuk membenarkan agresi,” ungkap Morozov.

Dia menambahkan, “Reaksi Suriah di tahap pertama akan menyasar kawanan bersenjata. Saya kira bukan tak mungkin Angkatan Udara Rusia akan menyokong Suriah, tapi hanya ketika aliansi Barat memulai serangan.”

Sebelumnya pada hari yang sama, pusat Rusia untuk rekonsiliasi Suriah menyatakan bahwa di kawasan Jisr al-Thughur, provinsi Idlib, terdapat kelompok-kelompok kameramen dari beberapa saluran televisi Timur Tengah dan kelompok lain dari sebuah saluran berita Amerika Serikat (AS).

Menurut pusat ini, kelopok-kelompok tersebut datang untuk membuat foto dan video hoax serangan kimia terhadap warga sipil oleh SAA agar kemudian menjadi alasan bagi AS, Perancis, dan Inggris untuk menyerang Suriah, sebagaimana pernah terjadi.

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa proses pembuatan video serangan kimia sudah dimulai.

“Berdasarkan data-data yang masuk dari penduduk provinsi Idlib, di kota Jisr al-Thughur sekarang sudah dimulai pengambilan gambar-gambar provokatif bernarasikan penggunaan senjata kimia oleh tentara Suriah terhadap warga sipil,” ungkap Kementerian Pertahanan Rusia. (rt)

Saudi Dan Sekutunya Kecam “Campur Tangan” Turki Dan Iran Di Suriah

Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain mengecam keras apa yang mereka sebut campur tangan Turki dan Iran dalam krisis Suriah, Selasa (11/9/2018).

Empat negara itu telah membentuk sebuah “komisi kementerian segi empat dengan misi pemantauan perkembangan krisis hubungan dengan Iran dan mekanisme pencegahan campur tangannya dalam urusan internal negara-negara Arab.”

Dalam statemen usai pertemuan di sela pertemuan tingkat menteri luar negeri ke-150 Liga Arab mereka menyatakan “mengecam intensitas campur tangan Iran dan Turki dalam krisis Suriah dan dampaknya yang berbahaya bagi masa depan, kedaulatan, keamanan, stabilitas, dan integritas Suriah serta keamanan regional.”

Komisi segi empat yang mengadakan pertemuan di bawah pimpinan UEA itu mengklaim, “Campur tangan demikian tidak membantu upaya penyelesaian krisis Suriah melalui jalur damai sesuai Jaminan Jenewa 1.”

Kecaman itu dinyatakan setelah Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gharghash pada 8 September lalu menyerukan peningkatan campur tangan Arab dalam krisis Suriah di tengah kekuatiran terhadap serangan SAA terhadap kawanan bersenjata di provinsi Idlib yang dihuni oleh sekira 4 juta penduduk.

Saudi, Mesir, UEA, dan Bahrain dalam statemen itu juga kembali menuding Iran “membangkitkan sentimen sektarianisme mazhab di negara-negara Arab” dengan cara “menyokong dan mempersenjata milisi-milisi teroris di sejumlah negara Arab.”

Menurut mereka, dengan tindakan itu Iran telah menyebabkan “kekacauan dan instabilitas yang mengancam keamanan bangsa Arab.”

Iran, Turki, dan Rusia merupakan kelompok segi tiga perundingan Astana untuk penyelesaian krisis Suriah. Segi tiga ini telah sepakat untuk berupaya mencegah jatuhnya korban sipil dalam operasi militer Pasukan Arab Suriah (SAA) di Idlib.

Dalam pertemuan di Teheran pada 7 September lalu ketiganya menyepakati keharusan memisahkan antara oposisi moderat Suriah dan kawanan teroris di Idlib.  (raialyoum)

Washington Peringatkan Iran Mengenai Keamanan Jiwa Para Diplomat AS Di Irak

Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengingatkan Iran bahwa AS akan segera bereaksi sengit membela keamanan jiwa orang-orang AS jika terjadi serangan yang menjatuhkan korban orang AS atau kerugian terhadap fasilitas AS di Irak.

Dalam statemennya yang dirilis pada Selasa (11/9/2018) Gedung Putih menyatakan, “Dalam beberapa hari terakhir kami melihat adanya serangan-serangan yang mengancam jiwa di Irak, termasuk konsulat AS di Basrah dan komplek Kedutaan Besar AS di Baghdad.”

Gedung Putih juga menyayangkan Iran karena “tidak bergerak untuk menghentikan serangan yang dilakukan oleh para anteknya di Irak, yang didukungnya dengan dana, pelatihan, dan senjata.” (raialyoum)

Sekelompok Pemuda Palestina Berhasil Menyusup Ke Pos Militer Israel

Sekelompok pemuda Palestina dilaporkan telah berhasil menyusup ke sebuah pos tentara Israel kemudian pulang ke Gaza sembari membawa tiga kamera dan sebuah kotak amunisi yang mereka dapat dari pos itu, Selasa (11/9/2018). Demikian dilaporkan kantor berita Palestina, Maan, berdasarkan keterangan para saksi mata.

Menurut keterangan itu, para pemuda Palestina berhasil menyusup ke wilayah Israel (Palestina pendudukan 1948) dan pulang dengan kondisi selamat tanpa sedikitpun mengalami cidera.

Di pihak lain, sumber-sumber pemberitaan Israel menyatakan bahwa sejumlah personil militer Israel telah melepaskan tembakan dari tank ke dua menara pemantau yang sudah ditinggalkan oleh para anggota faksi Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas.

Disebutkan bahwa tentara Israel menembaki dua menara itu sebagai reaksi atas terjadinya penyusupan para pemuda Palestina tersebut. Namun, menurut para saksimata, Hamas telah meninggalkan semua pos pemantauannya sebagai antisipasi atas kemungkinan adanya serangan Israel. (raialyoum)

Buka Lagi Konsulat Di Basrah, Iran Nyatakan Hubungannya Dengan Irak Masih Erat

Iran kembali membuka konsulatnya di Basrah namun di tempat baru dalam sebuah seremoni yang dihadiri oleh Duta Besar Iran untuk Irak, Iraj Masjedi, Selasa (11/9/2018).

Pembukaan konsulat di tempat baru ini dilakukan setelah gedungnya yang semula telah dibakar oleh sekelompok orang tak dikenal yang menyusup dalam aksi unjuk rasa yang marak di Basrah beberapa waktu lalu.

Dalam jumpa persnya Masjedi mengatakan, “Serangan terhadap konsulat Iran tidak akan mempengaruhi hubungan dua negara yang memiliki banyak kepentingan bersama ini, meskipun musuh bersama kami berusaha merusak hubungan ini.”

Dia mengaku berkunjung ke Basrah memang untuk membuka konsulatnya di gedung baru.

“Ini karena kami tidak ingin berhenti memberikan layanan barang sehari,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa sejauh ini Iran belum fokus pada soal siapa pelaku penyerangan ke konsulatnya, namun memastikan bahwa pelakunya tidak terkait dengan rakyat Irak yang notabene sangat bersaudara dengan bangsa Iran.

Dia juga menyatakan insiden itu tak ada kaitannya dengan krisis air.

“Sebab kawasan secara keseluruhan sedang mengalami kekeringan. Orang Iran sendiri, terutama di kawasan selatan, juga mengalami masalah yang sama,” katanya.

Belakangan ini Basrah dilanda gelombang unjuk rasa protes atas minimnya layanan publik dari pemerintah. Unjuk rasa ini terkeruhkan oleh aksi pembakaran markas dan kantor-kantor partai dan beberapa gedung milik pemerintah, dan terakhir pembakaran gedung konsulat Iran. (alalam)