Rangkuman Berita Timteng Kamis 7 September 2017

robert ford mantan dubes AS utk SuriahJakarta, ICMES: Mantan duta besar Amerika Serikat (AS) untuk Suriah Robert Ford memastikan bahwa “pemerintah AS menerima kebertahanan al-Assad” pada jabatannya sebagai presiden Suriah.

Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengimbau kubu oposisi Suriah manyadari bahwa mereka “tidak akan memenangi perang”, sementara kepada pemerintah Suriah dia meminta tidak berbicara tentang soal menang dan kalah.

Perdana Menteri Rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa hubungan negaranya dengan negara-negara Arab terus membaik hingga level tertinggi selama ini.

Lembaga Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) menyatakan sekira 1000 warga Suriah terbunuh akibat serangan pasukan koalisi internasional anti ISIS pimpinan Amerika Serikat (AS) selama tiga bulan terakhir.

Berita selengkapnya;

Robert Ford: Pemerintah AS Menerima Kekuasaan Bashar Al-Assad

Mantan duta besar Amerika Serikat (AS) untuk Suriah Robert Ford memastikan bahwa “pemerintah AS menerima kebertahanan al-Assad” pada jabatannya sebagai presiden Suriah. Dia juga mengatakan bahwa “tak ada pengamat yang menduga sebelumnya bahwa tentara Suriah akan dapat mencapai kota Deir Ezzor” dan “pemerintah Suriah kini berada pada posisi terkuat, berbeda dengan kubu oposisi, secara politik maupun militer.”

Dalam wawancara dengan TV al-Mayadeen yang berbasis di Lebanon dan dilansir Rabu (6/9/2017) dia  mengatakan, “Negara-negara Barat sudah berlepas tangan dari kubu oposisi bersenjata Suriah, sementara dukungan Arab Saudipun kepada kelompok-kelompok bersenjata di Suriah sudah surut.”

Mengenai kelompok-kelompok pasukan sekutu tentara Suriah yang telah berhasil memecah kepungan ISIS terhadap kota Deir Ezzor dia mengatakan, “Tak terduga sebelumnya bahwa Rusia mengirim pasukan ke Suriah, kami salah duga, dan tak terduga pula pengiriman ribuan pasukan Irak dan Afghanistan ke Suriah untuk bertempur bersama tentara Suriah.”

Dia menyalahkan kubu “oposisi moderat” karena telah “bersepakat untuk bergabungnya kelompok-kelompok ekstrimis dan Jabhat a-Nusra dengan kubu oposisi,” sedangkan “kesalahan kedua mereka ialah tidak mengajukan agenda politik yang jelas.”

Robert Ford juga mengungkap adanya komunikasi AS dengan kelompok Ikhwanul Muslimin, tapi dia menepis  adanya upaya Washington mencantumkan mereka dalam daftar kelompok oposisi Suriah.

Dia mengklaim bahwa tujuan AS semula ialah memasukkan orang-orang Suriah dalam perundingan sesama mereka dan meredakan perang saudara di Suriah.

Mengenai Iran dan Rusia dia mengatakan bahwa Iran membantu Rusia menggembosipengaruh AS di kawasan.

“Putin adalah pemenang utama di Suriah, kemudian Iran, sementara AS hingga batas tertentu kalah, Turki akan akan menjadi negara jiran terakhir dalam berdamai dengan Suriah, dan Hizbullah juga termasuk pihak yang diuntungkan dalam perang Suriah,” paparnya.

Tentang kelompok Kurdi dia menilai AS keliru membela kepentingan kelompok ini. Dia lantas menyarankan kelompok Kurdi supaya “tidak bergantung pada keberadaan AS di Suriah karena mereka tidak akan dapat bertahan lama.” (rayalyoum)

Utusan PBB Minta Oposisi Suriah Sadari Kekalahannya

Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengimbau kubu oposisi Suriah manyadari bahwa mereka “tidak akan memenangi perang”, sementara kepada pemerintah Suriah dia meminta tidak berbicara tentang soal menang dan kalah.

“Saya tahu bahwa Anda banyak mendengar ungkapan  ‘proses politik’, tapi apakah pemerintah Suriah siap untuk berunding pasca pembebasan Deir Ezzor dan Raqqa, ataukah hanya cukup mengibarkan bendera kemenangan? Apakah kubu oposisi akan dapat bersatu dan realistis untuk menyadari bahwa mereka tidak akan memenangi perang? Sekarang siapapun tak dapat mengatakan bahwa oposisi memenangi perang,” ujar de Mistura.

Menurutnya, hal yang perlu diprioritaskan sekarang ialah melanjutkan proses pengadaaan kawasan de-eskalasi di Suriah, dan upaya pencapaian kesepakatan gencatan senjata yang menyeluruh tidak mungkin akan berkelanjutan kecuali melalui “proses politik”.

Dia menekankan urgensi negosiasi politik “demi menghindari masa depan yang suram” bagi Suriah, terutama berkenaan dengan kebangkitan lagi ISIS dan merebaknya perang gerilya.

PBB sebelumnya telah memprakarsai perundingan di Jenewa, tapi gagal akibat adanya perselisihan mengenai masa depan Bashar al-Assad.

Mengenai Deir Ezzor dia mengatakan tak lama lagi kota ini terbebaskan dari pendudukan ISIS karena pada Selasa lalu tentara Suriah dan sekutunya sudah mencapai kota ini. Sedangkan mengenai Raqqa yang menjadi “ibu kota” bagi ISIS, dia mengatakan bahwa pembebasan kota ini oleh Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) yang didukung oleh AS bisa terjadi dalam beberapa hari atau minggu mendatang.

Perang di Suriah pecah sejak tahun 2011, dan dilaporkan telah menjatuhkan korban tewas sebanyak 330 ribu orang, sementara separuh penduduk Suriah terpaksa mengungsi. (rayalyoum)

Netanyahu: Hubungan Israel Dengan Negara-Negara Arab Pecahkan Rekor

Perdana Menteri Rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa hubungan negaranya dengan negara-negara Arab terus membaik hingga level tertinggi selama ini.

“Kemajuan yang telah diwujudkan dalam hubungan kita dengan negara-negara Arab telah memecah rekor,” ungkap Netanyahu di depan para pegawai Kemlu Israel, Rabu (6/9/2017), seperti dilansir kantor berita Turki, Anatolia, dan dikutip IRNA.

Tanpa menyebutkan tingkat dan jenis kerjasama Israel dengan negara-negara Arab dia menambahkan, “Kerjasama ini melebihi masa-masa sebelumnya dan merupakan satu perubahan besar dan mendasar.”

Dia lantas menyayangkan pihak Palestina karena “perubahan ini terjadi sementara orang-orang Palestina belum mengubah sikapnya dan masih enggan menerima syarat pencapaian perdamaian.”

Mengenai rencana damai dengan Israel, pihak Palestina mensyaratkan solusi dua negara di mana negara Palestina dengan ibu kota Al-Quds (Baitul Maqdis/Yerussalem) harus diwujudkan di wilayah pendudukan tahun 1967, dan masalah para pengungsi Palestina juga harus diselesaikan secara adil.

Di pihak lain, Netanyahu menolak diakhirinya pendudukan tahun 1967 dan masih bersikukuh pada proyek pembangunan permukiman Zionis.

Mengenai proyek ini, otorita Palestina Senin lalu merilis statemen berisikan peringatan bahwa tindakan Rezim Zionis itu memusnahkan kesempatan yang tersisa untuk perdamaian.

Dalam beberapa bulan terakhir Netanyahu kerap berbicara mengenai perbaikan hubungan Israel dengan negara-negara Arab, tapi sama sekali tidak menyebutkan rincian hubungan ini. (irna)

SOHR: Tiga Bulan, Seribu Warga Suriah Tewas Di Tangan Pasukan Koalisi Internasional

Lembaga Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) menyatakan sekira 1000 warga Suriah terbunuh akibat serangan pasukan koalisi internasional anti ISIS pimpinan Amerika Serikat (AS) selama tiga bulan terakhir.

SOHR, Rabu (6/9/2017), melaporkan bahwa selama tiga bulan lalu sejak 6 Juni lalu sampai sekarang sebanyak 978 warga sipil  kota Raqqa tewas terkena gempuran bom pasukan koalisi internasional dengan rincian 234 di antaranya anak kecil dan 163 perempuan.

SOHR menambahkan bahwa 118 warga sipil, termasuk 28 anak kecil dan 6 perempuan, terbunuh dan beberapa lainnya luka-luka akibat ledakan ranjau yang ditanam ISIS ketika berusaha kabur dari kawasan yang dikuasai oleh kelompok teroris kejam ini.

AS dan sejumlah negara sekutunya sejak Agustus 2014 telah membentuk pasukan koalisi yang disebutnya aliansi internasional diluar kerangka PBB dan tanpa koordinasi dengan pemerintah Suriah dengan dalih demi memerangi ISIS.

Aliansi ini terbukti ceroboh dalam melancarkan serangan di beberapa provinsi-provinsi Raqqa, Deir Ezzor, dan Aleppo di Suriah hingga menewaskan banyak korban sipil dan menghancurkan pula banyak bangunan dan fasilitas infrastruk negara ini. (irna)