Rangkuman Berita Timteng Kamis 5 Oktober 2017

jubur kemlu AS heather nauertJakarta, ICMES:  Juru bicara Kemlu Amerika Serikat (AS) Heather Nauert menyebut kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Iran dan kunjungan Raja Salman Bin Abdulaziz dari Arab Saudi ke Moskow sebagai sesuatu yang biasa dalam dunia diplomatik.

TV Israel Channel 2 mengutip keterangan sumber-sumber keamanan dan politik papan atas di Tel Aviv, ibu kota Israel, bahwa rezim Zionis penjajah Palestina ini sekarang juga diresahkan oleh ancaman gerakan Ansarullah.

Pasukan Arab Suriah (SAA) terus bergerak menekan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di provinsi Deir Ezzor, Suriah timur, dan mendekati kota Mayadin sejarak 10 kilometer.

Begin–Sadat Center for Strategic Studies (BESA Center) yang disebut-sebut sebagai lembaga think tank independen dan non-partisan di Israel membuat laporan analisis mengenai pencabutan larangan bagi kaum perempuan mengemudi mobil di Arab Saudi.

Berita selengkapnya;

AS Komentari Kunjungan Presiden Turki Ke Iran dan Raja Saudi ke Rusia

Juru bicara Kemlu Amerika Serikat (AS) Heather Nauert menyebut kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Iran dan kunjungan Raja Salman Bin Abdulaziz dari Arab Saudi ke Moskow sebagai sesuatu yang biasa dalam dunia diplomatik.

Hal itu dia katakan saat menjawab pertanyaan wartawan dalam jumpa persnya, Rabu (4/10/2017). Ketika itu seorang wartawan menyinggung kunjungan Raja Salman ke Moskow dan kunjungan Erdogan ke Teheran  kemudian bertanya, “Dua negara ini merupakan sekutu kuat AS. Apakah Anda tidak berpikir bahwa para sekutu AS sedang menjauhi negara ini? Apakah Anda tidak berpikir bahwa mereka sedang membentuk aliansi-aliansi baru?”

Heather Nauert menjawab, “Para menteri luar negeri dan para pemimpin berbagai negara dunia diperkenankan menumpang pesawat dan bepergian serta mengadakan pertemuan dengan sejawat mereka di semua negara. Inilah diplomasi.”

Dia menambahkan, “Mereka melakukan hal ini, dan kamipun melakukannya. Menurut kami, hal ini tidak lantas mengubah hubungan kami dengan negara-negara lain. Inilah diplomasi.”

Rabu kemarin Erdogan selaku ketua delegasi Turki tiba di Teheran, ibu kota Iran, serta mengadakan pertemuan dengan Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk membicarakan berbagai persoalan, terutama isu disintegrasi Kurdistan Irak.

Di hari yang sama  Raja Salman Bin Abdulaziz dari Arab Saudi tiba di Moskow, ibu kota Rusia, dalam kunjungan perdananya ke Negeri Beruang Merah ini dan mengadakan pertemuan dengan Presiden  Vladimir Putin dan para petinggi Rusia lainnya untuk membahas hubungan bilateral dan berbagai isu penting Timteng. (fna/rayalyoum)

Israel Ungkapkan Kekuatirannya Terhadap Ancaman Ansarullah Yaman

TV Israel Channel 2 mengutip keterangan sumber-sumber keamanan dan politik papan atas di Tel Aviv, ibu kota Israel, bahwa rezim Zionis penjajah Palestina ini sekarang mendapat ancaman bukan hanya dari Libanon, Suriah, Jalur Gaza, dan Sinai (Mesir) ,melainkan juga dari satu kekuatan baru, yaitu gerakan Ansarullah yang terbukti tangguh di Yaman dan telah mengancam akan merudal Israel.

Sumber-sumber yang memantau perkembangan terbaru di Timteng itu mengatakan bahwa Hamas dan Hizbullah saja tak cukup sebagai ancaman bagi Israel, karena belakangan ini Ansarullah Yaman blak-blakan mengacam akan merudal Israel.

Beberapa hari lalu juru bicara Ansarullah, Jenderal Aziz Rashid, merilis statemen bahwa jika Israel terus terlibat dalam perang Yaman maka Ansarullah akan melepaskan rudal dari ke darat ke darat dengan sasaran pangkalan-pangkalan militer Israel di Eilat (Um al-Rashrash) di bagian selatan Israel serta temapt-tempat yang disewa Israel sebagai pangkalan militer di Eritrea. Ansarullah juga mengancam akan merudal kapal-kapal Israel di Laut Merah.

Stasiun TV Israel itu juga menyatakan bahwa ini bukan kali pertama Ansarullah mengancam Israel, sementara Ansarullah dan sekutunya di Yaman telah membuktikan kemampuannya ketika melesatkan rudal ke arah Riyadh beberapa jam menjelang kedatngan Presiden Amerika Serikat Donal Trump ke  ibu kota Saudi tersebut pada Mei lalu.

Selain itu, Ansarullah juga terbukti memiliki rudal anti kapal dan telah tersebar penggalan rekaman video mereka menggunakannya untuk menghantam kapal perang Saudi dan Uni Emirat Arab. (rayalyoum)

SAA Dekati Mayadin, Riwayat ISIS Di Perbatasan Suriah-Irak Akan Tamat

Pasukan Arab Suriah (SAA) terus bergerak menekan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di provinsi Deir Ezzor, Suriah timur, dan mendekati kota Mayadin sejarak 10 kilometer.

Mayadin yang terletak di tenggara kota Deir Ezzor dewasa ini menjadi “ibu kota” bagi ISIS seiring dengan kekalahan mereka di kota Raqqa dan Deir Ezzor. ISIS menyebut Mayadin dengan nama “Wilayah al-Khair”, sementara  SAA yang merupakan pasukan pemerintah Suriah dalam perkembangan terbarunya berhasil menguasai  kawasan pertanian di sekitar desa al-Sa’lo di sisi barat Sungai Furat.

Dalam beberapa hari terakhir ini ISIS mengerahkan segenap kemampuannya untuk menahan gerak maju SAA menuju Mayadin. ISIS melancarkan serangan masif di kedalaman sahara di barat untuk menggiring SAA agar mempertahankan berbagai daerah yang telah mereka bebaskan dari pendudukan ISIS dalam Operasi Badia.

Dalam serangan itu ISIS semula berhasil merebut sejumlah besar daerah tersebut tapi kemudian mundur lagi setelah diterjang serangan udara sengit dan serbuan-serbuan darat  SAA. Jika SAA dan sekutunya berhasil merebut kota Mayadin maka ini tak ubahnya dengan deklarasi atas berakhirnya riwayat ISIS sebagai kekuatan yang terpadu di Suriah.

Selanjutnya, SAA akan bergerak cepat menuju kota Abu Kamal di perbatasan Suriah dengan Irak. Dan bersamaan dengan ini pasukan Irak yang juga sudah hampir dapat menumpas ISIS di Hawijah, provinsi Kirkuk, yang notabene sarang utama terakhir ISIS  di Irak akan bergerak menyempurnakan penguasaannya atas segi tiga Rawah, Anah, dan al-Qaim untuk kemudian berjumpa dengan SAA dan sekutunya yang akan datang ke Abu Kamal.

Dengan demikian maka Suriah dan Irak sudah mendekati deklarasi tamatnya riwayat ISIS di wilayah perbatasan kedua negara, sehingga yang tersisa bagi ISIS ialah kawasan di mana mereka bertempur di Raqqa serta kantung kecil mereka yang terkepung di Hajar al-Aswad di selatan Damaskus dan kantung lain yang semisalnya di bagian selatan Rif Daraa. (rayalyoum)

BESA Center: Saudi Terapkan Kebijakan Baru Untuk Pengalihan Dan Pencitraan

Begin–Sadat Center for Strategic Studies (BESA Center) yang disebut-sebut sebagai lembaga think tank independen dan non-partisan di Israel membuat laporan analisis mengenai pencabutan larangan bagi kaum perempuan mengemudi mobil di Arab Saudi.

Seperti dilansir FNA Rabu (4/10/2017) lembaga ini menilai kebijakan baru Saudi itu bisa jadi merupakan penjajakan kemampuan Putera Mahkota Saudi Mohammad Bin Salman dalam reformasi ekonomi dan sosial di tengah arus penentangan dari kalangan konservatif.

BESA Center juga menyebut tindakan ini juga ditujukan untuk mengalihkan perhatian orang dari kecaman internasional terhadap agresi Saudi terhadap Yaman, dan dari tuduhan berbagai kelompok peduli HAM, termasuk mengenai sektarianisme para agamawan Saudi dan diskriminasinya terhadap non-Muslim.

Di bagian lain laporannya lembaga ini juga menyinggung reaksi para netizen terhadap kebijakan baru Saudi serta sikap keras para petinggi Saudi terhadap warga Muslim Syiah di negara ini.

“Saudi dengan tafsirannya sendiri (Wahabisme/Salafisme) tentang Islam memandang Muslim Syiah sebagai murtad dan pembangkang, dan membuat  umat Islam menjauhi umat non-Muslim,” ungkap BESA Center.

Lembaga ini melanjutkan bahwa karena itu selama empat dekade terakhir Kerajaan Saudi telah menghamburkan dana sekira 100 miliar USD untuk propaganda Wahabisme, penggalangan posisi Saudi sebagai pemimpin Dunia Islam, dan perlawanan terhadap revolusi Islam Iran 1979 yang telah menumbangkan dinasti Pahlevi yang sebelumnya telah menjadi mercusuar pengaruh Amerika Serikat di Timteng. Dalam rangka ini Saudi berusaha memasyarakatkan perilaku konservatif dan intoleran di tengah masyarakat Muslim di berbagai negara semisal Indonesia dan Malaysia. (fna)