Rangkuman Berita Timteng, Kamis 4 Mei 2017

jaish al-islam syriaJakarta, ICMES: Sedikitnya 146 orang tewas dan puluhan lainnya  luka-luka dalam pertempuran yang sudah memasuki hari ke-6 antarkelompok teroris besar yang beraksi di kawasan Ghouta Timur, provinsi Damaskus.

Para pejuang anti-teroris di Suriah telah menemukan dan menyita peralatan perang milik NATO dari tangan kelompok terorisISIS.

Sebuah rekaman video yang tergolong lucu tersebar secara viral di dunia maya terkait dengan keberhasilan pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi menangkap pengarang lagu terkenal ISIS, Abu Hajir al-Hadhrami.

Juru bicara Kemlu Iran Behram Ghasemi menyebut pernyataan terbaru Menteri Pertahanan Arab Saudi Mohammed Bin Salman mengenai Iran “menunjukkan pemahamannya yang keliru terhadap kondisi regional.”

Berita selengkapnya;

Sesama “Jihadis” Bertempur Di Suriah, 146 Orang Tewas

Sedikitnya 146 orang tewas dan puluhan lainnya  luka-luka dalam pertempuran yang sudah memasuki hari ke-6 antarkelompok teroris besar yang beraksi di kawasan Ghouta Timur, provinsi Damaskus, Rabu (3/5/2017).

Lembaga Oberservatorium Suriah untuk HAM (SOHR) dalam siaran persnya tentang peristiwa ini menjelaskan bahwa telah terjadi kontak senjata sengit antara kelompok Failaq al-Rahman dan Hayat Tahrir Sham di satu pihak dan Jaish Islam di pihak lain di beberapa titik lokasi perkotaan, distrik dan daerah pertanian Zamalka, Arabain, Hazzah, Bait Sou, dan daerah pertanian Aftaris dan Asy’ari serta beberapa kawasan lain.

LSM yang berbasis di London dan intensif memantau perkembangan situasi perang Suriah ini menambahkan bahwa dari jumlah korban tewas itu sebanyak 133 orang adalah militan, termasuk 50 anggota Jaish al-Islam, sedangkan sisanya adalah 13 warga sipil, dua di antaranya anak kecil. Pertempuran itu juga menjatuhkan korban luka dari kalangan warga sipil.

Jaish al-Islam tercatat sebagai kelompok bersenjata terbesar dan berkuasa di kawasan Ghouta Timur, dan pemimpinnya, Zahran Alloush, tewas terkena serangan udara pada Desember 2015.

Sedangkan Hayat Tahrir al-Sham merupakan sebuah alinasi pasukan yang dibentuk pada Januari lalu dan dianggotai oleh beberapa kelompok, terutama Jabhat al-Nusra, agen al-Qaeda di Suriah.

SOHR menyebutkan bahwa kegiatan sehari-hari penduduk di Ghouta Timur masih lumpuh. Ratusan keluarga di kawasan antara kota Zamalka dan distrik Hazzah sedang mengalami kondisi kemanusiaan yang buruk akibat berlanjutnya pertempuran antarkelompok teroris. Penduduk mmeminta kepada kawanan bersenjata agar membuka blokade karena penduduk sudah tak dapat lagi memenuhi kebutuhan sehari-harinya, termasuk air bersih.

Kelompok Jaish al-Islam menyerukan kepada para kombatan Failaq al-Rahman dan Hayat Tahrir al-Sham agar menyerah “demi menghentikan pertumpahan darah”, sementara Jaish al-Islam menyeru penduduk di lokasi pertempuran agar bertahan dalam rumah masing-masing atau masuk ke ruang-ruang bawah tanah. (rayalyoum)

Para Pejuang Anti Teroris Di Suriah Sita Senjata Milik NATO Dari Tangan ISIS

Para pejuang anti-teroris di Suriah telah menemukan dan menyita peralatan perang milik Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dari tangan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam operasi pembebasan kota Tabqa, provinsi Raqqa, Suriah utara.

Mengutip keterangan milisi Kurdi, kantor berita Sputnik milik Rusia saat melaporkan berita tersebut, Rabu 3/5/2017), menyatakan bahwa para pejuang yang tergabung dalam Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) itu berhasil membebaskan sekira 80 persen wilayah kota Tabqa dari pendudukan ISIS.

Kota ini terletak di jalur strategis di 55 km barat kota Raqqa yang menjadi basis utama ISIS di Suriah, dan SDF memulai operasi pembebasan kawasan ini sejak November 2016.

Dalam peristiwa pembebasan beberapa kawasan lain si Suriah, termasuk Aleppo timur, juga telah ditemukan perlengkapan perang baru buatan negara-negara Barat yang belum sempat dipakai oleh ISIS dan Jabhat al-Nusra (cabang al-Qaeda di Suriah).

Seperti diketahui, sejak 2011 Suriah dilanda gejolak pemberontakan yang disusul dengan wabah terorisme kaum takfiri yang semuanya bergerak dengan berbagai bentuk dukungan dari Barat, Turki dan sejumlah negara Arab sekutu Amerika Serikat di Timteng.

Berbagai kelompok eksrimis dan teroris, termasuk ISIS, Jabhat al-Nusra, Ahrar Sham, dan Jaish al-Islam menebar amuk dan  kekerasan untuk menggulingkan pemerintahan presiden Suriah Bashar al-Assad yang bermusuhan dengan Israel dan didukung oleh Rusia, Iran dan Hizbullah. Perang besar yang berkobar di berbagai wilayah Suriah menelan korban jiwa sedikitnya puluhan ribu orang, serta menyebabkan tragedi pengungsian jutaan orang. (irna)

Relawan Irak Tangkap Pengarang Lagu ISIS Sambil Dendangkan Lagunya

Sebuah rekaman video yang tergolong lucu tersebar secara viral di dunia maya dan media sosial terkait dengan keberhasilan pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi menangkap seorang anggota ISIS tersohor bernama Abu Hajir al-Hadhrami.

Al-Hadhrami bukan sembarang orang, melainkan anggota ISIS yang telah mengarang lagu terkenal di kalangan teroris berjudul  “Ya Ashib al-Ra’as, Wainak” (Wahai Pengikat Kepala, Di Manakah Kamu?). Lagu ini dipublikasi oleh ISIS setelah gerombolan teroris takfiri berfaham Salafi/Wahhabi ini berhasil menduduki Mosul pada tahun 2014.

Di bagian pertama video berdurasi 1 menit 37 detik yang diunggah di situs al-Alam mula-mula diperlihatkan al-Hadhrami sedang melantunkan lagunya dengan antusias sambil duduk bersama sekumpulan pria bersenjata dan bercambang lebat.

Pada detik ke-40 terlihat al-Hadhrami menundukkan wajahnya yang kusut di tengah para relawan al-Hashd  al-Shaabi yang juga bersorak sorai dengan cara melantunkan lagu yang sama sambil menepukkan tangan tanpa disertai aksi pemukulan.  Sebagian orang hanya memegang dan menarik cambang al-Hadhrami yang hanya bisa tertunduk diam.

Video ini juga telah diunggah di situs berbagi video Youtube dan dapat disaksikan di link ini:

Pada link berikut yang diunggah pada Mei 2014 terlihat bagaimana para anggota dulu ISIS melantunkan lagu yang tersebut dengan berputar-putar menari di sebuah ruangan sambil mengacung-acungkan senjata laras panjang:

Disebutkan bahwa al-Hadhrami diringkus oleh pasukan al-Hashd al-Shaabi setelah mereka berhasil membebaskan kota kuno al-Khidr di selatan Mosul dari pendudukan kelompok teroris ISIS pada 26 April lalu.

Juru bicara pasukan relawan, Ahmad al-Asadi, saat itu mengumumkan, “Di hari kedua operasi militer bersandi Mohammad Rasulullah, al-Hashd al-Shaabi  mengalami kemajuan pesat ke arah kota kuno al-Khidr, dan dengan pembebasan kota ini ISIS sudah semakin mendekati ajalnya di Irak.”

Kota ini terletak di tengah gurun di barat daya Mosul, ibu kota provinsi Nineveh, dan merupakan salah satu pangkalan terbesar ISIS di Irak. Pasukan relawan berhasil menguasai kota ini setelah sempat mendapat perlawanan sengit dari ISIS. (alalam/alsumarianews)

Iran Sebut Menhan Saudi Keliru Memahami Kondisi Timteng

Juru bicara Kemlu Iran Behram Ghasemi menanggapi pernyataan terbaru wakil putera mahkota merangkap Menteri Pertahanan Arab Saudi Mohammed Bin Salman mengenai Iran.

Behram Ghasemi dalam tanggapannya, Rabu (3/5/2017), menilai pernyataan Bin Salman ini “menunjukkan pemahamannya yang keliru terhadap kondisi regional.”

Dia juga mengatakan, “Pernyataan ini merupakan dokumen jelas penyebaran terorisme dan keberlanjutan kebijakan destruktif Saudi dalam membangkitkan ketegangan di kawasan dan Iran.”

Menurut Ghasemi, dalam situasi genting regional seperti yang terjadi sekarang tidak seharusnya Bin Salman melontarkan “pikiran yang tidak konstruktif” sedemikian rupa.

Seperti pernah diberitakan, putera Raja Salman Bin Abdulaziz dari Arab Saudi itu dalam wawancara dengan channel MBC, Selasa (2/5/2017), menuduh Iran bermaksud menguasai Baitullah Kaabah di kota suci Mekkah al-Mukarromah, Arab Saudi. Dia juga mengatakan tak ada titik temu antara Riyadh dan Teheran untuk menjadi bahan perundingan antara keduanya.

“Jangan harap perang akan terjadi di Saudi, melainkan kita akan bertindak supaya perang terjadi di Iran sendiri…  Ideologi ekstrem Iran menghalangi dialog dengan Teheran… Tak ada titik temu untuk dapat kami membahasnya dengan Iran,” sumbar Bin Salman.

Hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi terputus pada awal tahun 2016 menyusul peristiwa serangan demonstran terhadap Kedubes Saudi untuk Iran di Teheran dan Konsulat Jenderal Saudi di Masyhad. Para demonstran saat itu berunjuk rasa mengecam hukuman mati terhadap ulama Syiah Saudi Syeikh Nimr Baqir al-Nimr. (rayalyoum)