Rangkuman Berita Timteng Kamis 15 Februari 2018

pertahanan udara suriahJakarta, ICMES: Sistem pertahanan udara Suriah berhasil mencegat dan menghalau pesawat nirawak pengintai Israel di provinsi Quneitra di bagian barat daya Suriah.

Wakil Menlu Suriah Faisal Mekdad memastikan kesiapan penuh sistem pertahanan udara negaranya meladeni agresi negara manapun.

Sebanyak 18.000 orang terbunuh dan 36.000 lainnya terluka dalam perang melawan ISIS di Irak sejak kelompok takfiri berfaham Salafi/Wahabi ini menyerbu Irak pada tahun 2014.

LSM Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) melaporkan bahwa pasukan Turki baru menguasai 7% kawasan Afrin dalam operasi militernya yang sudah berlangsung selama 26 hari.

Selengkapnya:

Pasukan Suriah Halau Nirawak Mata-Mata Israel

Sistem pertahanan udara Suriah berhasil mencegat dan menghalau pesawat nirawak pengintai Israel di provinsi Quneitra di bagian barat daya Suriah.

“Pertahanan udara Suriah telah menghalau operasi pengintaian Israel di atas Quneitra, memaksa mereka meninggalkan wilayah udara Suriah,” ungkap kantor berita resmi Suriah, SANA, dalam laporan segeranya, Rabu (14/2/2018).

Hal ini  terjadi hanya selang beberapa hari setelah militer Suriah berhasil menembak jatuh sedikitnya satu jet tempur F-16 milik Israel.

Militer Israel mengkonfirmasi bahwa satu unit F-16 rontok di bagian utara Israel, dan bahwa dua pilotnya yang berhasil menyelematkan diri dengan menggunakan kursi lontar telah dievakuasi dan dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi satu di antaranya parah.

Koran Israel Haaretz menyebutkan bahwa dalam 30 tahun terakhir baru kali ini Israel kehilangan jet tempurnya selama melancarkan serangan udara ke Suriah.

Sejak Suriah dilanda krisis yang bermula pada tahuhn 2011 Israel berulang kali melancarkan serangan udara ke Suriah, antara lain dengan klaim menyasar posisi atau konvoi pasukan Iran atau Hizbullah, termasuk di sejumlah titik dekat Bandara Internasional Damaskus.

Suriah dan Israel sudah sekian dekade berada dalam kondisi tegang. Pada Juni 1967 Israel menduduki wilayah Suriah seluas sekira 1200 kilometer persegi di Dataran Tinggi Golan dan menganeksasinya sejak 1981 tanpa ada pengakuan dari masyarakat internasional. (presstv/rayalyoum)

Mekdad: Pertahanan Udara Suriah Siap Meladeni Agresi Negara Manapun

Wakil Menlu Suriah Faisal Mekdad memastikan kesiapan penuh sistem pertahanan udara negaranya meladeni agresi negara manapun.

“Pertahanan udara Suriah siap menggagalkan serangan terhadap wilayah Suriah, baik oleh jet tempur Israel, Amerika, maupun Turki, atau kekuatan yang berusaha mengusik martabat  dan hak rakyat Suriah,” tegas Mekdad dalam wawancara eksklusif dengan TV Al-Manar yang berbasis di Lebanon, Rabu (14/2/2018).

“Kami selalu menyatakan bahwa kami berurusan dengan serangan Israel sesuai dengan agenda kami sendiri, bukan yang lain,” imbuhnya.

Mengenai persekutuan negaranya dengan Rusia, Iran dan Hizbullah, Mekdad mengatakan, “Kami adalah orang-orang yang memutuskan kapan dan di mana harus meladeni agresi. Pertahanan udara Suriah telah menghantam lebih dari satu pesawat Zionis di angkasa wilayah pendudukan Dataran Tinggi Golan dan wilayah Palestina, “ungkapnya.

Dia mengingatkanIsrael agar melihat kenyataan bahwa Damaskus bertekad untuk menjadi pemenang dan meraih banyak prestasi dalam perang melawan terorisme dan ekspansionisme Israel.

Televisi pemerintah Suriah Sabtu lalu mengutip pernyataan seorang pejabat militer anonium Suriah bahwa sistem pertahanan udara negara ini telah merontokkan sedikitnya satu pesawat tempur F-16 Israel yang melancarkan operasi serangan ke Suriah.

Terkait dengan tertembak jatuhnya jet tempur Israel ini ketua parlemen Libanon Nabih Berri menegaskan bahwa sekarang  aksi “teror” Israel akan mendapat reaksi telak.

“Apa yang terjadi itu lebih besar dari pertempuran dan lebih kecil dari perang. Ini akan menciptakan keseimbangan dan aturan main baru di kawasan, “ungkap Berri, seperti dilansir koran Lebanon Al-Joumhouria.

Dia menambahkan, “Peristiwa ini merupakan yang pertama kalinya dalam berapa dekade terakhir. Namun, tidak ada eskalasi yang diharapkan. Segala sesuatu hendaknya berakhir disini dan tidak  berkembang menjadi perang total.” (mm/presstv)

Menlu Irak: 18.000 Terbunuh  Dalam Perang Melawan ISIS

Sebanyak 18.000 orang terbunuh dan 36.000 lainnya terluka dalam perang melawan ISIS di Irak sejak kelompok takfiri berfaham Salafi/Wahabi ini menyerbu Irak pada tahun 2014. Demikian dikatakan Menlu Irak Ibrahim Jafari pada sebuah konferensi mengenai bantuan internasional untuk rekonstruksi Irak yang diselenggarakan di Kuwait, Rabu (14/2/2018).

Dia juga mengatakan bahwa komitmen bantuan yang dibuat dalam konferensi ini masih kurang dari jumlah yang dibutuhkan.

Seumlah jumlah negara Arab dan lain-lain kemarin mengumumkan kontribusi keuangan mereka kepada Irak dalam sebuah konferensi yang diprakarsai Kuwait untuk rekonstruksi Irak.

Negara-negara itu antara lain Turki yang menjanjikan dana pinjaman sebesar US$ 5 miliar dan pelonggaran kredit, dan Arab Saudi yang menyumbang US$ 1 miliar uang bantuan, di samping sejumlah US$ 500 juta untuk mendanai ekspor Saudi ke Baghdad.

Qatar mengumumkan pinjaman investasi hingga US$ 1 miliar dan Uni Emirat Arab menyediakan US$ 500 juta, di samping US$ 500 juta yang diberikan oleh Islamic Development Bank (IDB).

Dana Arab untuk Pembangunan Ekonomi dan Sosial menjanjikan dana sebesar US$ 500 juta, sementara pemerintah Finlandia mengalokasikanUS$ 10 juta untuk upaya peremajaan.

Emir Kuwait Syeikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah telah mengumumkan pinjaman senilai US$ 1 miliar kepada Irak melalui Kuwait Fund for Arab Economic Development, serta dana lain untuk investasi di Irak sebesar US$ 1 miliar.

Pada konferensi Sekjen PBB Antonio Guterres memuji konferensi ini sebagai “kesuksesan besar”.

Irak mencari bantuan sebesar US$ 88,2 miliar dari para donatur untuk mendanai proyek rekonstruksi.

ISIS dari wilayah Suriah menyerbu Irak pada tahun 2014 dan sejak itu mereka menebar maut dan kehancuran yang luar biasa di Negeri 1001 Malam ini. Pasukan Irak dan sekutunya lantas menggelar operasi besar-besaran  untuk melawan dan menumpas ISIS serta merebut kembali kawasan yang diduduki ISIS.

Operasi ini berjalan selama lebih dari tiga tahun hingga kemudian Perdana Menteri Irak Haider Abadi mengumumkan kemenangan atas kawanan teroris takfiri tersebut pada Desember 2017. (presstv/kuwaittimes)

Pasukan Turki Baru Menguasai 7% Kawasan Afrin, Suriah

LSM Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) melaporkan bahwa pasukan Turki baru menguasai 7% kawasan Afrin dalam operasi militernya yang sudah berlangsung selama 26 hari.

LSM yang berafiliasi dengan kubu oposisi Suriah ini, Rabu (14/2/2017), merinci bahwa pasukan Turki bersama militan pendukungnya dalam operasi militer bersandi “Tangkai Zaitun” itu hanya menguasai 24 distrik dan desa atau 7 % dari kawasan Afrin yang terletak di bagian barat daya provinsi Aleppo.

Dalam operasi militer yang dimulai pada 20 Januari lalu terhadap milisi Kurdi itu Turki mengerahkan lebih dari 6000 tentara.

Pemerintah Turki menyatakan bahwa operasi itu bertujuan menumpas Partai Pekerja Kurdi Turki (PKK), Partai Uni Demorkasi Suriah (PYD), dan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi Suriah (YPG) di Afrin.

Turki menuding YPG bekerjasama dengan PKK atau bahkan cabang PKK yang merupakan kelompok pemberontak di Turki. (mm/irna)