Rangkuman Berita Timteng Kamis 14 Juni 2018

hamas ismail haniyehJakarta, ICMES: Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh menegaskan bahwa Hamas tidak mendukung poros Arab atau regional manapun untuk menyerang pihak lain, sebagai isyarat bahwa Hamas tidak berpihak kepada siapapun dalam perang di Suriah.

Ketua Dewan Tinggi Revolusi Tinggi Yaman, Mohammad Ali al-Houthi, menyatakan bahwa pasukan Yaman telah menghancurkan satu di antara dua kapal perang pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi yang hendak mendekati pantai barat Yaman.

Dalam sebuah langkah baru yang menyalahi kehendak Arab Saudi, Emir Qatar Tamim bin Hamad, telah menunjuk duta besarnya untuk Iran pada level tertinggi diplomatik menurut konvensi internasional.

Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menyatakan bahwa lebih dari 11,000 pengungsi Suriah bersiap untuk “pulang secara sukarela” dari Lebanon ke Suriah.

Berita selengkapnya:

Haniyeh: Hamas Tak Pernah Memutus Hubungan Dengan Pemerintah Suriah

Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh menegaskan bahwa Hamas tidak mendukung poros Arab atau regional manapun untuk menyerang pihak lain, sebagai isyarat bahwa Hamas tidak berpihak kepada siapapun dalam perang di Suriah.

Dalam wawancara dengan Sputnik milik Rusia dia mengatakan, “Iran merupakan negara yang berperan sebagai poros penting di kawasan, dan hubungan kami dengannya juga mendapatkan aspek strategis. Iran telah melakukan banyak hal untuk kepentingan bangsa kami, Palestina, dan resistensi gagah beraninya…. Kami dapat mengatakan bahwa hubungan dengan Iran sekarang berada di tahap yang tersendiri dan maju.”

Haniyeh menepis anggapan bahwa Hamas menyokong poros Arab tertentu terhadap pihak lain. Menurutnya, Hamas justru menjalin hubungan baik dengan semua pihak.

“Kami tidak masuk dalam poros anti poros lain. Kami adalah pihak yang memiliki urusan komprehensif berupa urusan Palestina, hal yang membuat kami memerlukan dukungan dari semua pihak. Karena itu, di saat kami menaruh perhatian kepada hubungan yang kuat dengan Mesir kami juga menjaga hubungan kuat dengan Qatar dan Iran,” ujarnya.

Dia menjelaskan, “Kami bukan dalam posisi yang sedemikian nyaman sehingga tidak memerlukan hubungan dalam bentuk apapun dengan negara manapun yang ingin mendukung hak Palestina, Memang ini merupakan perimbangan yang sulit, tapi tetap memungkinkan dan harus dilakukan. Kami menghindari perselisihan regional dan berusaha mewujudkan kemufakatan Arab dan Islam mengenai urusan nasional kami yang memang tidak seharusnya diperselisihkan sama sekali.”

Mengenai Suriah dia mengatakan bahwa Hamas juga berusaha menghindari berbagai urusan internal Suriah, namun terjadi suatu kondisi tertentu yang berdampak pada hubungan Hamas dengan Hamas hingga membeku seperti sekarang.

“Kami tidak memutus hubungan dengan Suriah, tapi kondisi obyektif telah menyebabkan hubungan ini menjadi seperti sekarang. Kami memandang Suriah sebagai negara saudara sendiri, dan rakyat serta pemerintahnyapun selalu mendukung hak Palestina. Apa yang kami inginkan ialah menghindari problematika internal yang terjadi di Suriah,” paparnya.

Ismail Haniyeh kemudian berharap “keamanan, stabilitas, dan perdamaian kembali pulih di Suriah, dan negara ini dapat kembali kepada peranan regional dan nasionalnya.” (sputnik)

Ansarullah Hancurkan Kapal Perang Koalisi Saudi

Ketua Dewan Tinggi Revolusi Tinggi Yaman, Mohammad Ali al-Houthi, menyatakan bahwa pasukan Yaman telah menghancurkan satu di antara dua kapal perang pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi yang hendak mendekati pantai barat Yaman.

“Sebagaimana diinformasikan, dua kapal perang itu hendak melakukan operasi pendaratan, tapi para pejuang Angkatan Laut memantau keduanya,” ungkap Ali al-Houthi dalam satu cuitannya di Twitter, seperti dilansir Al-Alam, Rabu (13/6/2018).

Di cuitan lainnya dia menyebutkan, “Beberapa helikopter telah mengevakuasi sebagian orang yang ada di kapal perang itu, dan sebagian masih ada di dalam kapal yang terbakar ini.”

Dia menambahkan bahwa tidak tertutup kemungkinan dalam kapal perang itu terdapat pasukan atau para ahli Amerika Serikat (AS) dan pihak asing lain, mengingat cepatnya helikopter yang datang ke kapal yang telah dihancurkan itu.

Ali Al-Houthi mengingatkan kepada pasukan koalisi untuk tidak mencoba menyasar Pelabuhan Hudaydah dengan alasan bahwa pelabuhan ini merupakan fasilitas sipil dan tak ada penyelundupan senjata melaluinya, sebab kapal apapun yang akan masuk ke pelabuhan ini diperiksa oleh perangkat PBB dan dipantau pula oleh pasukan koalisi Arab.

Dilaporkan bahwa pasukan Yaman telah menggempur dua kapal perang itu hingga salah satunya terbakar, dan yang lain kabur. Pasukan Yaman juga telah memublikasi video serangan ini dan terlihat ledakan kuat pada kapal tersebut. (alalam/rt/rayalyoum)

Qatar Kembali Kirim Dubes Untuk Iran

Dalam sebuah langkah baru yang menyalahi kehendak Arab Saudi, Emir Qatar Tamim bin Hamad, telah menunjuk duta besarnya untuk Iran pada level tertinggi diplomatik menurut konvensi internasional.

Kantor berita Qatar, QNA, Selasa (13/6/2018), melaporkan bahwa Tamim telah mengeluarkan instruksi keemiran berupa penunjukan Mohammad Hamad Saad al-Fahid al-Hajiri sebagai duta besar “luar biasa” untuk Iran, setelah al-Hajiri juga menduduki jabatan dubes di Yaman, Libya, dan Yunani.

“Dubes luar biasa” merupakan istilah untuk level tertinggi diplomatik dalam jenjang dubes yang membuat pemangku jabatan ini dapat menjalankan misi khusus untuk negaranya di negara lain atau di lembaga internasional serta memberinya berbagai fasilitas khusus untuk menjalankan misinya. Istilah ini juga merupakan terminologi hukum yang berarti pemberian kewenangan kepada dubes untuk menjalin kesepakatan atas nama negara atau lembaga yang diwakilinya.

Pada Januari 2016 Qatar bersama beberapa negara sesama anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) telah menarik dubesnya dari Iran menyusul insiden aksi pembakaran demonstran Iran terhadap gedung Kedubes Saudi di Teheran. Namun Qatar kemudian diboikot Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir dengan tuduhan bahwa Qatar menyokong kelompok-kelompok teroris, dan kemudian Iran membela Qatar dengan menyuplai berbagai kebutuhan yang diperlukan Qatar. (rt)

 

Belasan Ribu Pengungsi Suriah Di Lebanon Bersiap Pulang

Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menyatakan bahwa lebih dari 11,000 pengungsi Suriah bersiap untuk “pulang secara sukarela” dari Lebanon ke Suriah.

Wakil UNHCR di Lebanon, Mirai Gerard, Rabu (13/6/2018), kepada Reuters mengatakan, “Lebih dari 11,000 pengungsi telah bersiap pulang secara sukarela dari Lebanon ke Suriah pada tahun lalu. Berbagai kelompok pengungsi telah berkoordinasi dengan pemerintah Suriah dan Lebanon untuk kepulangan mereka.”

Kemlu Lebanon pekan lalu menuding UNHCR menakut-nakuti para pengungsi itu agar tidak kembali ke Suriah dengan cara bertanya kepada mereka bagaimana jika mereka mendapatkan kesulitan setelah pulang.

Namun, Gerard mengatakan bahwa lembaganya konsisten pada standar internasional dalam memperlakukan para pengungsi demi memenuhi segala informasi yang memadai untuk kepulangan mereka secara aman dan menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk membantu proses kepulangan.

Lebanon menerima kurang dari 1 juta pengungsi Suriah. Pemerintah Lebanon mengeluhkan keberadaan mereka karena menimbulkan tekanan pada layanan publik dan turunnya pertumbuhan ekonomi.

Menlu Lebanon Gebran Basil sebelumnya mengatakan bahwa kondisi “sudah aman” untuk kepulangan mereka ke Suriah.

Badan keamanan Lebanon telah melakukan beberapa tindakan administratif untuk kepulangan pengungsi, antara mencatat nama mereka dan berkoordinasi dengan lembaga “rekonsiliasi” di Suriah serta dengan pemerintah Suriah. (rt)