Rangkuman Berita Timteng Jumat 22 Desember 2017

majelis umum pbb2Jakarta, ICMES: Majelis Umum PBB dengan suara mayoritas mutlak akhirnya mengeluarkan resolusi yang menolak pengubahan status hukum kota Al-Quds (Yerussalem) menjadi ibu kota Israel.

Menlu Bahrain Khalid bin Ahmed Al-Khalifa menyatakan bahwa masalah utama di Timteng adalah ancaman dan bahaya “jelas dan nyata” Iran, sedangkan isu Palestina adalah masalah sampingan.

Ulama tersohor berdarah Mesir namun tinggal di Qatar Syeikh Yusuf Qardhawi menyerukan kepada umat Islam agar bangkit dan berjihad membela dan membebaskan tanah suci Al-Quds (Yerussalem).

Kemlu Rusia mengecam upaya AS memperketat atau mengganti resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2231 mengenai Iran.

Berita selengkapnya;

Ancaman AS Percuma, Majelis Umum PBB Tolak Keputusan Trump Mengenai Al-Quds

Majelis Umum PBB dengan suara mayoritas mutlak akhirnya mengeluarkan resolusi yang menolak pengubahan status hukum kota Al-Quds (Yerussalem) menjadi ibu kota Israel.

Sebanyak 128 negara menyetujui draf resolusi itu, sedangkan 9 negara menolaknya, dan 35 negara abstein dalam sidang darurat Majelis Umum yang digelar atas permintaan Turki dan Yaman, Kamis (21/12/2017), untuk membahas pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donlad Trump atas Al-Quds sebagai ibu kota Israel.

Resolusi itu menyerukan kepada negara-negara dunia untuk tidak memindah kedubes masing-masing untuk Israel dari Tel Aviv ke Al-Quds, dan menegaskan bahwa segala keputusan dan tindakan yang dapat mengubah status dan demograsi Al-Quds sama sekali tidak memiliki implikasi hukum.

Menanggapi hal ini, Kemlu AS menyatakan bahwa Trump tidak mengambil keputusan mengenai perbatasan, melainkan menyerahkan masalah ini kepada perundingan final.

Di pihak lain, Dubes Iran untuk PBB Gholam Ali Khosroo menegaskan, “Keputusan AS mengenai Al-Quds telah memperlihatkan betapa Washington telah berusaha sedemikian rupa untuk melindungi kepentingan rezim pendudukan (Israel) dan tidak menghormati hak bangsa Palestina…. Pertemuan kita di sini menunjukkan bahwa rencana AS mengenai Al-Quds telah gagal.”

Menlu otoritas Palestina Riyad Al-Maliki mengatakan, “Veto AS telah menyulitkan upaya Dewan Keamanan menjaga keamanan dan perdamaian. AS telah menyia-nyiakan kesempatan untuk menarik keputusannya, dan kini terkucil akibat keputusannya mengenai Al-Quds. Keputusan itu berpengaruh pada posisi AS sebagai mediator perdamaian.”

Dia menambahkan bahwa keputusan AS itu membantu upaya pemerintah Israel menerapkan agenda imperialistiknya dan merupakan pelanggaran terhadap hak bangsa Palestina.

Menlu Turki Cavusoglu di Majelis Umum PBB menegaskan, “Keputusan AS melanggar undang-undang internasional, dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) telah menolak keputusan ini.”

Dia juga menegaskan bahwa resolusi penolakan majelis ini terhadap keputusan Trump merupakan perkembangan penting untuk menyakinkan bangsa Palestina bahwa mereka tidak sendirian dalam melawan pendudukan.

“Terorisme dari semua tempat juga tidak akan pernah menakutkan kita,” lanjutnya.

Dia juga mengingatkan bahwa keputusan sepihak untuk mengubah demografi Al-Quds merupakan tindakankeliru yang terjadi karena AS merasa akan dapat membeli suara negara anggota.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan peringatan keras dan ancaman akan menghentikan bantuan Washington kepada negara-negara yang mendukung pemungutan suara di Majelis Umum PBB untuk mengecam pengakuan Trump atas Al-Quds (Yerussalem) sebagai ibu kota Israel.

Israel sendiri menunjukkan kemarahannya atas resolusi Majelis Umum PBB itu dengan menyebut resolusi ini “sampah sejarah.”

Rezim Zionis penjajah Palestina juga bersumbar, “Tak ada suatu apapun yang dapat menjauhkan Israel dari Yerussalem.” (alalam)

Menlu Bahrain: Iran Adalah Masalah Utama, Sedangkan Palestina Masalah Sekunder

Menlu Bahrain Khalid bin Ahmed Al-Khalifa menyatakan bahwa masalah utama di Timteng adalah ancaman dan bahaya “jelas dan nyata” Iran, sedangkan isu Palestina adalah masalah sampingan sehingga percuma banyak pihak semisal Iran dan Turki membangkitkan perselisihan dengan AS.

Hal ini dia ungkapkan melalui halaman Twitternya dengan menuliskan: “Tidaklah berguna membangkitkan pertengkaran dengan Amerika Serikat mengenai isu-isu sampingan, sementara kita bersama-sama melawan ancaman yang jelas dan nyata dari teo-fasis Republik Islam (Iran).”

Jubir Kemlu Iran Bahram Qassemi menyayangkan pernyataan ini dengan mengingatkan bahwa Bahrain telah menganggap luka Dunia Islam selama 70 tahun sebagai masalah sekunder. (alalam)

Syeikh Yusuf Qardhawi Serukan Jihad Demi Al-Quds, Bagaimana Reaksi Publik?

Ulama tersohor berdarah Mesir namun tinggal di Qatar Syeikh Yusuf Qardhawi menyerukan kepada umat Islam agar bangkit dan berjihad membela dan membebaskan tanah suci Al-Quds (Yerussalem) dari cengkraman rezim Zionis Israel.

“Jihad membela negeri adalah fardhu ain (kewajiban) bagi penduduknya, sedangkan jika penduduknya tidak cukup untuk membelanya maka kewajiban ini juga jatuh kepada tetangga mereka dan bahkan kepada seluruh Muslimin. Islam tidak membolehkan Muslimin mundur barang sejengkal dari negeri Islam. Jika negeri ini ternyata adalah Al-Quds yang mulia maka jihad untuk pembebasannya menjadi lebih agung dan mulia,” seru Qardhawi.

Seruan ini dia nyatakan melalui akun Twitternya di tengah kontroversi yang sudah berjalan sekian minggu mengenai keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel yang kemudian membangkitkan gelora intifada bangsa Palestina.

Namun demikian, seperti biasa, seruan Qardhawi sini malah kembali mengundang kontroversi di tengah para netizen, teruma ribuan followernya. Ray Al-Youm, Kamis (21/12/2017), mencatat mereka terbelah menjadi tiga kelompok;

Pertama, mendukung seruan Qardhawi sehingga meminta umat Islam menggunakan kekuatan mereka dengan alasan seperti yang pernah dikatakan oleh presiden Mesir kedua Gamal Abdel Nasser bahwa  apa yang direbut dengan cara paksa tidak akan bisa diambil lagi kecuali dengan cara paksa.

Kedua, justru meragukan keseriuan Qardhawi sembari memperoloknya, antara lain dengan menyebutkan bahwa putera Qardhawi sendiri, Abdulrahman Yusuf,  hanya dapat bersyair tentang Palestina di Turki.

“Sang penyair putera Anda yang terkawal di Turki tentunya akan berjihad dengan kata dari Turki. Ya, dimengerti, dimengerti,” ungkap salah satu followernya.

Ketiga, balik mengecam keras Qardhawi antara lain dengan menampilkan foto-foto lama pertemuan dan ramah tamah Qardhawi dengan delegasi para rahib Yahudi.

Ray Al-Youm lantas menyoal apakah seruan jihad Qardhawi itu “akan didengar” oleh umat Islam, ataukah “sekedar tanaman kering yang luruh diterpa angin?” (rayalyoum)

AS Serukan Pengetatan Resolusi DK PBB Terhadap, Ini Tanggapan Rusia

Kemlu Rusia mengecam upaya AS memperketat atau mengganti resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2231 mengenai Iran.

“Kami tidak melihat ada alasan untuk tindakan demikian, tak ada dasar untuk mengemukakan masalah seperti ini… Iran menerapkan secara total dan tegas kesepakatan-kesepakatan yang dibebankan kepadanya sesuai perjanjian JCPOA, sebagaimana Iran juga menerapkan secara sistematis semua keputusan yang terkait dengannya dalam resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB,” ungkap Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov, Kamis (21/12/2017).

Diplomat senior Rusia ini melanjutkan, “Ironis, kita melihat pemerintah AS belakangan ini bersikukuh pada kebijakan yang mengarah kepada eskalasi, dan ide ‘pengetatan’ resolusi 2231, apalagi penetapan resolusi baru mengenai program nuklir Iran, sangat memprihatinkan bagi kami.”

Ryabkov mengingatkan pemerintah AS bahwa tindakan demikian tidak akan bisa dimengerti oleh Rusia.

“Kami ingin menegaskan bahwa apa yang disebut kebijakan regional Iran, yang membuat AS merasa sangat resah, tak ada kaitannya dengan JCPOA dan resolusi 2231,” imbuhnya.

Sebelumnya, Dubes AS untuk PBB Nikki Haley mengaku di Dewan Keamanan telah mengusulkan pengetatan keputusan dalam resolusi 2231 atau pengambil resolusi baru yang melarang aktivitas Iran di bidang rudal balistik. Dia juga mengaku mengusulkan penerapan sanksi terhadap Iran dengan tuduhan telah membekali kelompok Ansarullah Yaman untuk menyerang Saudi. (mm/alalam)