HRW Kecam Aksi Represif Polisi Mesir

Shima’ al-Shabbagh setelah tertembak peluru (foto: Guardian)

Shima’ al-Shabbagh setelah tertembak peluru (foto: Guardian)

Lembaga Pemantau HAM (Human Right Watch/HRW) mengecam tindakan polisi Mesir “menggunakan kekuatan secara berlebihan” hingga menewaskan sedikitnya 15 orang di antara ribuan massa yang melakukan unjuk rasa damai untuk menandai peringatan tahun ke-4 revolusi Januari 2011 yang menggulingkan diktator Mesir Hosni Mubarak.

“Sudah empat tahun ini polisi Mesir melakukan pembunuhan secara sistematis terhadap demonstran,” ujar Direktur HRW divisi Timur Tengah dan Afrika Utara Sarah Leah Whitson, sebagaimana dikutip Rai al-Youm, Senin (26/1/2015).

Pelanggaran polisi terhadap hak warga menjadi salah satu faktor utama yang memicu kemarahan rakyat Mesir hingga terjadi revolusi yang menggulingkan Mubarak pada tahun 2011.

Unjuk rasa yang terjadi Ahad lalu (25/1/2015) berubah menjadi kerusuhan yang menewaskan sedikitnya 20 orang yang sebagian besar berasal dari kelompok Islamis pendukung presiden Mesir Mohamed Morsi yang dikudeta pihak militer pada Juli 2013.

HRW yang berbasis di New York menyatakan bahwa ketika Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi berkunjung ke Davos, Swiss, untuk memperbaiki citranya, aparat keamanan Mesir malah menggunakan cara kekerasan dalam menghadapi warga Mesir yang menggelar unjuk rasa secara damai.

Tewasnya Shima’ al-Shabbagh

Sabtu malam lalu, aktivis perempuan Shima’ al-Shabbagh, 34 tahun, dari partai kiri tewas terkena peluru senapan angin ketika aparat keamanan Mesir berusaha membubarkan unjuk rasa damai yang digelar puluhan massa untuk menandai peringatan revolusi Januari 2011 yang menewaskan lebih 800 warga Mesir.

Para pengunjuk rasa menyatakan bahwa ibu dari seorang gadis kecil usia lima tahun itu tewas di tangan polisi, namun Kementerian Dalam Negeri Mesir membantah pernyataan mereka. Kasus ini lantas diselidiki oleh Kejaksaan Umum Mesir.

Abdel Fattah al-Sisi yang dipilih sebagai presiden Mesir pada Mei 2014, yakni tak sampai satu tahun pasca kudeta Morsi, dituding banyak kalangan sedang mengembalikan pemerintahan Mesir kepada era dan pola rezim diktator Mubarak.

Sejak Morsi terguling, lebih dari 1400 pendukungnya tewas dan lebih dari 15,000 orang yang sebagian besar adalah kalangan Islamis ditangkap.

Penumpasan terus berlanjut dan bahkan menjangkau para aktivis non-Islamis hingga puluhan orang di antara mereka ditangkap dan dibawa ke mahkamah. (sumber: liputaislam.com)